Mohon tunggu...
Rizki Muhammad Iqbal
Rizki Muhammad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Suka makan ikan tongkol

Hari ini adalah besok pada hari kemarin

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Negasi dan Alasan

1 April 2020   00:26 Diperbarui: 1 April 2020   00:33 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Ekspresionline.com

Corong sinar bulan menandai kepulangan; setelah sekian surya yang jalang melapisi sengatan pada tetes peluh kita; aku dan kau termangu melihat keramaian dalam sebuah wadah bersama, ruang publik yang menyediakan baju dan kecantikan, promo kekosongan dan keterasingan, yang hanya akan menghasilkan kerumunan yang kesepian.

Namun kita bersama dalam khidmat perayaan, membuktikan bahwa kehidupan harus kembali direbut bukan hanya dengan ilusi seraya menyerap karbondioksida.

Kita, yang sadar akan sia-sia, menolak kepatuhan yang berkata bahwa kebebasan adalah dosa. Sampai di separuh sepuluh pagi, kita menghilang dari selayang pandang dan harus kembali diembus pekatnya asap kendaraan dan panas semesta, seraya mengumpat dalam-dalam kepada segala keseakanan.

Diam aku termangu, terduduk layu di sebuah kursi kayu. Memandang lelah tarian yang membosankan pada malam-malam penuh pengasingan.

Sampai di sini, masihkah kau akan bersamaku sampai beberapa dasawarsa yang akan datang?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun