Masing-masing dari kita tunduk terhadap kepatuhan yang berbeda;
Kau tunduk pada tanda-tanda; makna yang ada di balik barang-barang yang kau temukan dalam gedung-gedung mall; maupun lapar yang kau berantas dalam restoran cepat saji yang bergengsi.
Sedangkan aku terseok-seok di separuh perjalanan menuju tempat peristirahatan, tanpa harus kembali merasakan kedirian yang tak diperlukan.
Orang-orang memperlakukan dirinya sebagai komoditas; dirinya menjelma menjadi benda-benda, sahabatnya menjadi benda jua.
Manusia, menjadi makhluk tak berarti, yang mengabulkan keinginan dan tujuan kepada keseakanan dan kemungkinan yang berasal dari luar dirinya; kita hina dan terasing.
Kita tak percaya pada hasil yang ditimbulkan oleh kekuatan diri; kita lebih percaya pada tanda-tanda yang ada di badan barang-barang, benda-benda, dan semua yang melekat pada objek; sebagai pribadi kita yang baru, yang hanya mengangkat diri melalui pemaknaan dan narasi palsu.
Kita tersingkir dari pengendalian diri; masing-masing diri kita bergantung pada sesuatu yang berbeda: kau yang dikendalikan hasrat kepemilikan dan kepuasan; dan aku yang dikendalikan oleh sebuah bisnis baru; bisnis ego dan toleransi frustrasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI