Mohon tunggu...
Rizki Karmila
Rizki Karmila Mohon Tunggu...

tukang jalan, tukang makan, tukang baca, tukang jualan oriflame, tukang nulis yang gak penting, moody, donald bebek lovers.an other kipoenya @ http://kipoenya.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Saat Matahari Tenggelam di Barat

7 Mei 2010   12:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:21 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seorang teman semasa sekolah tidak membalas sapaanku di salah satu media komunikasi elektronik tanpa sebab yang jelas. Sejak itu aku berfikir bahwa basa-basi hanya pintu menuju suudzhon,maka kuputuskan untuk tidak lagi berbasa-basi menanyakan kabar dengan orang lain.
Esoknya, seorang kakak kelas semasa sekolah menyeberang jalan hanya untuk menegurku dan menanyakan kabarku. Aku terharu.
Maka aku tersadar, basa basi mungkin perlu walau tidak semua orang menyukainya.

Seorang teman semasa sekolah menceritakan masalahku pada orang lain, menceritakan tentang aku kepada teman lain yang bagiku terdengar seperti adu domba. Sejak saat itu kubentuk diri untuk tidak berteman terlalu dekat dengan siapapun.
Di tingkat sekolah yang lebih tinggi, cerita rahasia terucap tanpa sengaja. Dan masalah itu tak pernah terdengar ke mana-mana walau kami tidak pernah berjanji secara resmi untuk tidak menyebarkannya.
Maka aku tersadar, persahabatan memang ada.

Seorang wanita memakiku karena kesalahan laki-lakinya. Sejak itu aku tahu, tak pernah ada wanita waras karena cinta.
Wanita lain mengajarkanku, “seperti hati dan otak, nurani dan akal pikiran pun berjarak, emosi mendekatkannya”
Maka aku tersadar, logika tak bisa dipaksa hadir di dunia cinta buta.

Saat lelaki menghancurkan dunia sempurna impianku., sejak itu aku mengerti, mungkin karena itu kaumku meneriakkan emansipasi.
Lelaki lain menarikku dalam dunia tidak sempurnanya.
Maka aku tersadar, ini tak ada hubungannya dengan emansipasi, ini hanya tentang menjadi laki-laki yang tak sesempurna nabi tapi berusaha mengikuti ajarannya.

Dunia memberikanku hitam, dunia memberikanku putih.

Sang Maha Tahu mengizinkanku belajar dari itu semua.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun