Healing. Satu kata yang sudah tak asing terdengar dalam percakapan sehari-hari ini tanpa kita sadari sebenarnya sudah overused. Rehat sejenak setelah mengerjakan tugas, healing. Duduk di sofa empuk seusai berjalan dari kampus ke kos, healing. Tidur setengah hari sehabis perjalanan jauh, healing. Jalan-jalan ke Bali, healing. Waduh, kok, semua yang berhubungan dengan istirahat jadi disebut healing? Lalu, apa sebenarnya definisi healing itu?
   Menurut kamus APA atau American Psychological Association, healing adalah sebuah proses meringankan atau mencoba meringankan penyakit mental ataupun fisik melalui kekuatan pikiran, biasanya menggunakan metode seperti visualisasi, sugesti, dan manipulasi aliran energi secara sadar. Healing pada umumnya dilakukan ketika seseorang merasa lelah secara mental, lalu mencoba untuk menghibur dirinya dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan. Akan tetapi, seringkali aktivitas healing ini dilakukan secara berlebihan, bahkan melebihi waktu yang semestinya dapat kita gunakan untuk melakukan aktivitas yang lebih bermanfaat. Tanpa disadari, hal ini justru mengarah kepada satu hal, yaitu procrastinating alias menunda-nunda. Waduh, lantas, bagaimana cara agar kita tahu jika yang kita lakukan itu healing, atau justru procrastinating?
   Cara untuk mengetahui perbedaannya sebetulnya cukup sederhana. Apabila waktu istirahat yang kita gunakan tersebut sudah membuat kita menjadi terburu-buru dalam mengerjakan pekerjaan, bahkan mepet deadline, maka hal itu sudah tergolong procrastinating. Lalu, hal apa saja yang dapat kita lakukan untuk menghindari perilaku procrastinating?
   Pertama, buatlah daftar prioritas. Dengan membuat daftar prioritas, kita bisa mengetahui hal apa saja yang sebaiknya dikerjakan terlebih dahulu dengan membuat urutan dateline-nya.
   Kedua, kelolalah waktumu dengan baik. Teknik mengelola waktu bisa dilakukan dengan beberapa cara, loh, teman-teman. Misalkan, apabila kamu mendapat pekerjaan yang cukup besar pengerjaannya, maka bagilah pekerjaan tersebut menjadi beberapa bagian. Setelah dibagi, maka kerjakan pekerjaan tersebut secara bertahap.
   Ketiga, sebisa mungkin hindari barang-barang yang dapat membuat fokusmu terbuai. Misalkan, barang-barang elektronik seperti HP, atau media sosial yang dapat menghabiskan waktu lama seperti Instagram, Twitter, atau TikTok. Sebisa mungkin ketika sedang melakukan pekerjaan, singkirkan barang-barang tersebut, ya, guys.
    Yang terakhir, cobalah untuk realistis. Janganlah berharap jika hasil pekerjaanmu nantinya akan sempurna. Sebetulnya, berharap akan terciptanya kesempurnaan memang baik, akan tetapi ekspektasi yang terlalu tinggi nyatanya tidak jarang justru menghambat pekerjaan, loh.
    Nah, itu dia tips-tips agar healing yang kita lakukan tidak menjadi perilaku procrastinating atau procrastination. Bagaimana teman-teman? Kira-kira, selama ini teman-teman betulan healing, atau malah procrastinating, nih? Waduh, jangan sampai, ya. Yuk, mulai sekarang, atur waktumu dengan baik untuk healing!
Referensi:
https://hellosehat.com/mental/gangguan-mood/kecerdasan-emosional-di-tempat-kerja/
https://dictionary.apa.org/mental-healing