Mohon tunggu...
rizki abdillah
rizki abdillah Mohon Tunggu... -

saya hanya manusia biasa yang masih membutuhkan ilmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bagian Indah Hidupku Part 1

19 Juli 2014   20:35 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:52 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kata orang punya sahabat itu lebih mengasyikkan daripada mempunyai seorang pacar. Ternyata hal itu salah. Hal yang terindah adalah saat kita dapat memilikinya secara bersamaan dan kita dapat membahagiakan keduanya secara bersamaan.

Pagi itu Dillah pergi ke sokalah pertamanya, setelah libur panjang, SMA Sejati 28, sejak dia pindah rumah dan sekolah karena suatu alasan tertentu. Saat melewati suatu gang yang sepi sunyi, dia menemukan beberapa orang sedang berkelahi. Dia hanya mengamatinya. Kemudian meninggalkan apa yang dilihatnya.

Sesampainya disekolah, ia bertemu dengan bebrapa orang yang belum dikenalnya. "Hai!" sapa seorang cewek berambut panjang dan berparas seperti Taylor Swift itu, "Hai juga," jawabnya, "Kamu anak baru ya?" tanya cewek itu sekali lagi.

"Iya, aku baru pindah," jawabnya seraya memperkenalkan diri, "Namaku Ziedillah, kamu bisa panggil aku Dillah,aku kelas XII B" kata cowok yang berparas seperti artis Korea ini.

"Namaku Siska, kelasku juga itu, ya udah kita bareng aja yuk ke kelasnya," ajak Siska, Dillahpun mengangguk kecil, dia berjalan seperti menebarkan pesona dan cewek yang melihat ke arahnya langsung di buatnya kesem-kesem. Tak lama setelah mereka berjalan, ada seorang cewek menyapa Siska, "Sis, sorry ya gue terlambat," katanya yang membuat mereka berdua menoleh kebelakang, serta membuat Dillah bertanya-tanya, siapakah gadis ini? katanya dalam hati.

"Oh, gak apa-apa Shel. Oha iya, kenalin Shel ini Dillah, anak baru, teman sekelasku," katanya memperkenalkan Shela, sahabatnya sejak kecil sampai mereka duduk di bangku SMA ini kepada Dillah, mereka berduapun saling berjabat tangan.

"Shela," katanya kepada Dillah, "Dillah," jawabnya.

Dillahpun seperti melayang saat kedua mata mereka bertemu. Paras Shela yang cantik seperti Maddy Jane mampu menyihir Dillah, hingga dia kaku tak bisa bergerak, dan membuatnya melamun, serta jatuh cinta pada pandangan pertama. "Ayo, kita pergi, kok malah ngelamun," kata Siska membuyarkan mimpi indahnya. Mereka bertigapun langsung pergi menuju kelas.

Saat mereka berjalan, mereka bertemu seseorang yang sedang bersanda gurau dengan temannya, "Dil, kamu jangan pernah berteman dengan dia, namanya Jerry, dia suka berkelahi," kata Siska geram. Dillahpun memandangi cowok itu, sepertinya dia mengenalinya, tapi dimana? tanyanya dalam hati. Dia akhirnya teringat kejadian tadi pagi, oh iya, dia orangnya. Dia yang berkelahi tadi pagi.

Tanpa menghiraukan Jerry, mereka langsung melanjutkan perjalanan menuju kelas. Dillahpun memandangi keadaan sekitar sekolah yang tampak begitu ramai karena kesibukan orang-orang yang bermain, ngobrol bersama teman-temanya dengan ceria.

Bel masuk sekolahpun berbunyi.

"Dil, kamu duduk didepan aja, bangkunya kosong kok, gak ada yang nempati," kata Siska. Dillah hanya menuruti permintaan teman barunya itu, dan dia langsung menduduki tempat itu.

"Selamat pagi anak-anak," kata Pak Guru yang belum dikenali Dillah. Anak-anak sekelas menjawab dengan hal yang sama. "Sebelum itu, kita kedatangan anak baru, silahkan maju dan perkenalkan diri," kata Pak Guru, "Perkenalkan nama saya Ziedillah, panggil aja Dillah," ucapnya singkat seraya menunduk, "kamu duduk di situ saja ya," perintah Pak Guru padanya. Dillah pun mengikuti apa yang dikatakan Gurunya. Setelah itu Pak Guru melanjutkan pelajaran. Dan tentunya Dillah mengikuti pelajaran dengan sangat antusias.

Bel istirahat pun berbunyi.

Dillah langsung pergi ke kantin, karena tadi pagi dia tidak makan keburu-buru masuk kelas. Namun hanya dirinya sendiri, tanpa orang lain. Karena saat mengajak Siska pergi ke kantin, Siska sudah ada berjanji akan bertemu Shela. Dillah pun berjalan menyusuri jalan-jalan seraya melihat keadaan sekitar.

Saat sedang makan, dia dikagetkan sama Siska. "Boleh gabung gak?" tanya Siska, "Boleh, silahkan duduk," katanya. Siska langsung duduk diikuti Shela yang duduk disampingnya. Merekapun bercakap-cakap dengan riang, seperti teman lama yang cukup akrab.

Namun waktu terus berjalan dengan cepat sehingga bel masuk berbunyi. Mereka masuk kelas masing-masing.

Ketika itu pelajaran Bahasa Indonesia, pelajaran yang sangat Dillah sukai, "Oke anak-anak, sekarang kalian buat sebuah puisi untuk seseorang yang spesial menurut kalian, dan persiapkan penampilan kalian dengan sebaik-baiknya, karena pemenangnya akan menjadi wakil sekolah untuk lomba diKabupaten," kata Bu Sari, guru yang baru ku kenal ini. Pelajaranpun telah usai. Dillah sangat semangat untuk bisa merebut juara 1.

Bel pulang sekolahpun berbunyi. Langsung semua siswa-siwi keluar dari kelas mereka masing-masing. Namun tidak bagi Dillah, dia melamun, dan berpikir apa yang akan dijadikannya untuk obyek puisinya. "Dil, aku pulang dulu ya," sapa Siska, dan langsung meninggalkannya pulang sendirian. Setelah mendapatkan ide, ia langsung pulang. Dan baru menyadari bahwa hanya ada dirinya sendiri dikelas.

Dillah pun langsung pulang berjalan kaki. Ketika itu dia bertemu dengan Shela, "Dillah, pulang sendiri kamu?" sapa Shela, "Iya Shel, tapi aku kayaknya ingin jalan-jalan dulu," jawab Dillah, "Bareng aku aja yuk, ntar aku ajak kamu ke tempat yang indah di daerah ini," ajak Shela.

Dillah mengangguk, "Aku aja yang bawa sepeda motornya Shel," pinta Dillah, "Ya udah ayo," kata shela.

Jalanan sangat ramai dengan motor, dan mobil yang lalu lalang. "Kemana nih Shel," tanya Dillah, "Ke Danau impian Dill, dekat perumahan Jaya, kemudian lurus terus aja," kata Shela. Dillah masih gak kebayang dengan apa yang dialaminya saat ini, membonceng seorang peri.

Mereka berdua telah sampai di Danau tersebut. Dillah menatap kagum danau yang ada didepannya. "Wow, this is amazing Shel," gumam Dillah ke Shela, "Sudah ku bilangkan kamu pasti kagum dengan tempat ini," kata Shela. "Aku biasanya kalau ada masalah, atau kalau lagi gak semangat datang ke sini," lanjut Shela.

Dillah memandangi Shela dengan takjub, cewek yang didepannya ini sungguh luar biasa, tak tahu kenapa rasa suka dan cintanya pada pandangan pertama terus tumbuh, walaupun dia tidak tahu apakah cewek ini suka dengannya. Moga aja kamu jadi pacarku Shel, katanya dalam hati.

Karena asyiknya memandangi keindahan danau tersebut, mereka lupa tentang waktu. "Pulang yuk Shel," pinta Dillah, "Ayo Dil," jawabnya. Mereka berdua pulang bersama, hati Dillah berbunga-bunga.

Malam harinya Dillah terus memikirkan Shela terus, ntah kenapa hatinya sangat senang.

Keesokan harinya, setelah pulang sekolah, Dillah berjalan menuju ke rumah.

Tiba-tiba ada sebuah bola datang kepadanya, langsung Dillah mengembalikan bola itu dengan menendangnya. Bola melesat jauh dan mengenai seseorang sampai orang tersebut pingsan. Langsung Dillah mendekatinya, dan tampak teman-temannya.

Ketika itu Dillah melihat Jerry. "Hey, lo punya mata gak?" tanya salah seorang diantara mereka, seraya ingin menonjoknya. Namun ketika itu Jerry mencegahnya, "Udah, Sat, dia teman gue," kata Jerry. Tiba-tiba temannya yang tadi pingsan telah siuman. "Gila tendangan lo. Kenceng banget," kata orang yang belum dikenalnya.

"Ya udah, lanjut main yuk. Mau ikut gak Dil?" ajak Jerry. Dillah pun mengangguk. Mereka langsung bermain dan Dillah berbaur dengan mereka. Hingga akhirnya mereka merasa capek. "Udahan yuk," pinta Jerry. Dillah pun ikut berkumpul dengan teman-teman Jerry. "Oh ya Dil, kenalin, ini Satria,  Wahyu,  Nicky, Stevan, Arif," kata Jerry seraya mengenalkan Dillah ke teman-teman Jerry. Setelah itu Dillah pulang bareng Jerry.

Seperti biasanya, setiap malam Dillah selalu memikirkan apa yang telah dilakukannya dalam satu hari itu. Ternyata apa yang dipikirkannya tentang Jerry itu salah.

Hari-haripun terus berjalan, hubungan Dillah dengan Jerry semakin membaik, begitupula dengan Shela yang semakin dekat, mereka mengobrol entah lewat sms ataupun ketemu langsung. Namun Dillah masih malu untuk mengungkapkan isi hatinya.

Suatu hari, ketika olahraga, Dillah sedang duduk menulis puisi. Tiba-tiba ada yang menghampirinya, "Dil, main bola yuk bareng anak-anak, kita ditantang anak SMA Teladan," ajak Jerry, tanpa ikir panjang Dillah pun mengiyakan, "Ayo, Jer," kata Dillah. Dillah dan Jerry serta kesebelasan SMA Sejati 28 melawan SMA Teladan.

Lapangan telah ramai dipenuhi oleh pendukung dari kedua SMA, saat itu tatapan Dillah terarah kepada Shela, langsung Dillah menghampirinya. "Shel, doain ya biar SMA kita menang," kata Dillah. "Kalau kamu yang main, aku percaya SMA kita akan menang," ucapnya dengan senyum yang merekah. Semangat Dillah pun seperti ada yang menyetrum lagi. Dillah dan anak-anak  yang lainnya masuk ke lapangan.

Pertandingan berjalan dengan lancar. SMA Sejati 28 masih mndominasi laga hingga akhirnya Jerry mengoper ke Dillah dan dia menggiring bola kemudian menendang bola tersebut hingga gol. "Gol,..," kata Dillah, ia pun mengamati pendukung, setelah melihat Shela, dia memberikan gol tersebut khusus untuknya. Sampai pertandingan usai skor tersebut bertahan. Laga pun dimenangkan oleh SMA Sejati 28. "Keren tendanganmu Dil," kata Freddy, teman sekelas Dillah. Setelah itu mereka masuk ke kelas masing- masing. Ketika Dillah berjalan menuju kelas, ada seseorang yang berkata, "Golnya bagus," kata Shela, kemudian Dillah menoleh kebelakang, teryata Shela, dan Siska, "Shel, aku duluan ya," kata Dillah. Siskapun pergi dan meninggalkan mereka berdua. "Gol itu buat kamu," kata Dillah sambil tersenyum, Shela pun langsung menunduk, takut mukanya yang berubah menjadi merah diketahui oleh Dillah.

"Masuk kelas yuk," ajak Dillah, Shela hanya mengangguk, Shela pun berjalan mendahului Dillah. Langsung seketika itu Dillah memegang tangan Shela dan mencegahnya untuk berjalan. "Shel, kamu langsung pulang?" tanya Dillah, "Emang kenapa?" tanya Shela balik, "Aku ingin ngajak kamu jalan-jalan," kata Dillah dengan hati-hati. "Aku bisa kok," kata Shela. Mereka berdua pun berjalan beriringan tapi hening menyelimuti mereka.

Setelah pulang sekolah, sesuai dengan janji yang mereka ikat, Dillah pergi ke kelas XII A. Ternyata kelasnya belum bubar, tanpa pikir panjang, dia langsung pergi ke tempat parkir mengambil motornya. Tiba-tiba ponselnya bergetar, sms dari Jerry, gue tunggu di music square ya, kita ngeband di sana bareng teman-teman.

Gak tahu kenapa, saat ini, hubungan Dillah  dengan Jerry sangat dekat, padahal Jerry di matanya dulu sangat nakal, tapi saat ini Jerry adalah seorang sahabat sejati baginya. Contohnya saja saat Dillah sedang bertengkar dengan kakaknya, Jerry mengajaknya bersama teman-temannya jalan-jalan di tempat yang indah, dan pas untuk orang yang lagi ditimpa musibah. Seperti dirinya saat itu.

Ok, ntar gue nyusul.. jawab sms Dillah ke Jerry.

“Hey, udah lama nunggu ya?” tanya Shela mengagetkan Dillah dari lamunannya. “Nggak juga kok,” jawabnya. “Ayo naik Shel, time is money,” lanjut Dillah, “Ayo,” kata Shela dengan penuh semangat. Mereka berdua pun langsung meninggalkan sekolah.

“Kita mau kemana Dil?” tanya Shela saat dalam perjalanan, “Kasih tahu gak ya?” jawab Dillah yang membuat Shela makin penasaran. “Pelit ah Dillah...” cetus Shela, “Kalau aku kasih tahu sekarang nanti gak surprise buat kamu,” kata Dillah. Tanpa disangka-sangka oleh Shela, Dillah terus memandangi wajahnya yang cantik sekali lewat kaca spion. Tiba-tiba hati Dillah bergetar lebih kencang dari biasanya.

Mereka telah sampai di Taman Hiburan Masyarakat. Tempatnya begitu ramai dengan masyarakat yang lalu lalang. “Jadi ini tempatnya?” tanya Shela tak percaya, “Ikuti aku ya, tapi kamu tutup mata dulu,” pinta Dillah sambil menutup mata Shela. Kemudian ia menggandeng tangannya begitu mesra. Sampailah mereka berdua disuatu taman yang pemandangannya seperti di Disney land.

“Sekarang kamu boleh membuka mata,” kata Dillah seraya membantu Shela. Ketika Shela membuka mata dia takjub dengan apa yang dilihatnya. “Wow Dil, ini tempat apaan? Indah sekali,” gumam Shela. “Foto-foto yuk,” ajak Shela, Dillah pun hanya bisa mengangguk. Mereka pun mengabadikan kejadian ini dalam bentuk foto, dan di simpan dalam hati serta persaan mereka berdua.

Begitu nikmatnya mereka, sampai-sampai lupa waktu. “Shel, sebelum pulang aku mau ngomong sesuatu ke kamu,” kata Dillah.  “Apa Dil?” tanya Shela. “Semenjak aku pertama kali di SMA kita, aku selalu memperhatikanmu, aku suka apa yang kamu lakukan, dan entah mengapa dengan adanya kamu, aku lebih semangat menghadapi hidup, walau seperti yang pernah aku ceritakan ke kamu, bahwa hidupku sudah gak harmonis lagi, dan nilaiku yang dahulunya jeblok, sekarang tambah baik. Terus saat aku berada didekatmu aku merasa nyaman, aku suka sama kamu,” jelasnya, Shela hanya menunduk ke bawah. Suasana hening pun datang, “Ya udah, kita langsung pulang yuk,” kata Dillah membuyarkan keheningan. Shela pun mengangguk.Kata orang punya sahabat itu lebih mengasyikkan daripada mempunyai seorang pacar. Ternyata hal itu salah. Hal yang terindah adalah saat kita dapat memilikinya secara bersamaan dan kita dapat membahagiakan keduanya secara bersamaan.

Pagi itu Dillah pergi ke sokalah pertamanya, setelah libur panjang, SMA Sejati 28, sejak dia pindah rumah dan sekolah karena suatu alasan tertentu. Saat melewati suatu gang yang sepi sunyi, dia menemukan beberapa orang sedang berkelahi. Dia hanya mengamatinya. Kemudian meninggalkan apa yang dilihatnya.

Sesampainya disekolah, ia bertemu dengan bebrapa orang yang belum dikenalnya. "Hai!" sapa seorang cewek berambut panjang dan berparas seperti Taylor Swift itu, "Hai juga," jawabnya, "Kamu anak baru ya?" tanya cewek itu sekali lagi.

"Iya, aku baru pindah," jawabnya seraya memperkenalkan diri, "Namaku Ziedillah, kamu bisa panggil aku Dillah,aku kelas XII B" kata cowok yang berparas seperti artis Korea ini.

"Namaku Siska, kelasku juga itu, ya udah kita bareng aja yuk ke kelasnya," ajak Siska, Dillahpun mengangguk kecil, dia berjalan seperti menebarkan pesona dan cewek yang melihat ke arahnya langsung di buatnya kesem-kesem. Tak lama setelah mereka berjalan, ada seorang cewek menyapa Siska, "Sis, sorry ya gue terlambat," katanya yang membuat mereka berdua menoleh kebelakang, serta membuat Dillah bertanya-tanya, siapakah gadis ini? katanya dalam hati.

"Oh, gak apa-apa Shel. Oha iya, kenalin Shel ini Dillah, anak baru, teman sekelasku," katanya memperkenalkan Shela, sahabatnya sejak kecil sampai mereka duduk di bangku SMA ini kepada Dillah, mereka berduapun saling berjabat tangan.

"Shela," katanya kepada Dillah, "Dillah," jawabnya.

Dillahpun seperti melayang saat kedua mata mereka bertemu. Paras Shela yang cantik seperti Maddy Jane mampu menyihir Dillah, hingga dia kaku tak bisa bergerak, dan membuatnya melamun, serta jatuh cinta pada pandangan pertama. "Ayo, kita pergi, kok malah ngelamun," kata Siska membuyarkan mimpi indahnya. Mereka bertigapun langsung pergi menuju kelas.

Saat mereka berjalan, mereka bertemu seseorang yang sedang bersanda gurau dengan temannya, "Dil, kamu jangan pernah berteman dengan dia, namanya Jerry, dia suka berkelahi," kata Siska geram. Dillahpun memandangi cowok itu, sepertinya dia mengenalinya, tapi dimana? tanyanya dalam hati. Dia akhirnya teringat kejadian tadi pagi, oh iya, dia orangnya. Dia yang berkelahi tadi pagi.

Tanpa menghiraukan Jerry, mereka langsung melanjutkan perjalanan menuju kelas. Dillahpun memandangi keadaan sekitar sekolah yang tampak begitu ramai karena kesibukan orang-orang yang bermain, ngobrol bersama teman-temanya dengan ceria.

Bel masuk sekolahpun berbunyi.

"Dil, kamu duduk didepan aja, bangkunya kosong kok, gak ada yang nempati," kata Siska. Dillah hanya menuruti permintaan teman barunya itu, dan dia langsung menduduki tempat itu.

"Selamat pagi anak-anak," kata Pak Guru yang belum dikenali Dillah. Anak-anak sekelas menjawab dengan hal yang sama. "Sebelum itu, kita kedatangan anak baru, silahkan maju dan perkenalkan diri," kata Pak Guru, "Perkenalkan nama saya Ziedillah, panggil aja Dillah," ucapnya singkat seraya menunduk, "kamu duduk di situ saja ya," perintah Pak Guru padanya. Dillah pun mengikuti apa yang dikatakan Gurunya. Setelah itu Pak Guru melanjutkan pelajaran. Dan tentunya Dillah mengikuti pelajaran dengan sangat antusias.

Bel istirahat pun berbunyi.

Dillah langsung pergi ke kantin, karena tadi pagi dia tidak makan keburu-buru masuk kelas. Namun hanya dirinya sendiri, tanpa orang lain. Karena saat mengajak Siska pergi ke kantin, Siska sudah ada berjanji akan bertemu Shela. Dillah pun berjalan menyusuri jalan-jalan seraya melihat keadaan sekitar.

Saat sedang makan, dia dikagetkan sama Siska. "Boleh gabung gak?" tanya Siska, "Boleh, silahkan duduk," katanya. Siska langsung duduk diikuti Shela yang duduk disampingnya. Merekapun bercakap-cakap dengan riang, seperti teman lama yang cukup akrab.

Namun waktu terus berjalan dengan cepat sehingga bel masuk berbunyi. Mereka masuk kelas masing-masing.

Ketika itu pelajaran Bahasa Indonesia, pelajaran yang sangat Dillah sukai, "Oke anak-anak, sekarang kalian buat sebuah puisi untuk seseorang yang spesial menurut kalian, dan persiapkan penampilan kalian dengan sebaik-baiknya, karena pemenangnya akan menjadi wakil sekolah untuk lomba diKabupaten," kata Bu Sari, guru yang baru ku kenal ini. Pelajaranpun telah usai. Dillah sangat semangat untuk bisa merebut juara 1.

Bel pulang sekolahpun berbunyi. Langsung semua siswa-siwi keluar dari kelas mereka masing-masing. Namun tidak bagi Dillah, dia melamun, dan berpikir apa yang akan dijadikannya untuk obyek puisinya. "Dil, aku pulang dulu ya," sapa Siska, dan langsung meninggalkannya pulang sendirian. Setelah mendapatkan ide, ia langsung pulang. Dan baru menyadari bahwa hanya ada dirinya sendiri dikelas.

Dillah pun langsung pulang berjalan kaki. Ketika itu dia bertemu dengan Shela, "Dillah, pulang sendiri kamu?" sapa Shela, "Iya Shel, tapi aku kayaknya ingin jalan-jalan dulu," jawab Dillah, "Bareng aku aja yuk, ntar aku ajak kamu ke tempat yang indah di daerah ini," ajak Shela.

Dillah mengangguk, "Aku aja yang bawa sepeda motornya Shel," pinta Dillah, "Ya udah ayo," kata shela.

Jalanan sangat ramai dengan motor, dan mobil yang lalu lalang. "Kemana nih Shel," tanya Dillah, "Ke Danau impian Dill, dekat perumahan Jaya, kemudian lurus terus aja," kata Shela. Dillah masih gak kebayang dengan apa yang dialaminya saat ini, membonceng seorang peri.

Mereka berdua telah sampai di Danau tersebut. Dillah menatap kagum danau yang ada didepannya. "Wow, this is amazing Shel," gumam Dillah ke Shela, "Sudah ku bilangkan kamu pasti kagum dengan tempat ini," kata Shela. "Aku biasanya kalau ada masalah, atau kalau lagi gak semangat datang ke sini," lanjut Shela.

Dillah memandangi Shela dengan takjub, cewek yang didepannya ini sungguh luar biasa, tak tahu kenapa rasa suka dan cintanya pada pandangan pertama terus tumbuh, walaupun dia tidak tahu apakah cewek ini suka dengannya. Moga aja kamu jadi pacarku Shel, katanya dalam hati.

Karena asyiknya memandangi keindahan danau tersebut, mereka lupa tentang waktu. "Pulang yuk Shel," pinta Dillah, "Ayo Dil," jawabnya. Mereka berdua pulang bersama, hati Dillah berbunga-bunga.

Malam harinya Dillah terus memikirkan Shela terus, ntah kenapa hatinya sangat senang.

Keesokan harinya, setelah pulang sekolah, Dillah berjalan menuju ke rumah.

Tiba-tiba ada sebuah bola datang kepadanya, langsung Dillah mengembalikan bola itu dengan menendangnya. Bola melesat jauh dan mengenai seseorang sampai orang tersebut pingsan. Langsung Dillah mendekatinya, dan tampak teman-temannya.

Ketika itu Dillah melihat Jerry. "Hey, lo punya mata gak?" tanya salah seorang diantara mereka, seraya ingin menonjoknya. Namun ketika itu Jerry mencegahnya, "Udah, Sat, dia teman gue," kata Jerry. Tiba-tiba temannya yang tadi pingsan telah siuman. "Gila tendangan lo. Kenceng banget," kata orang yang belum dikenalnya.

"Ya udah, lanjut main yuk. Mau ikut gak Dil?" ajak Jerry. Dillah pun mengangguk. Mereka langsung bermain dan Dillah berbaur dengan mereka. Hingga akhirnya mereka merasa capek. "Udahan yuk," pinta Jerry. Dillah pun ikut berkumpul dengan teman-teman Jerry. "Oh ya Dil, kenalin, ini Satria,  Wahyu,  Nicky, Stevan, Arif," kata Jerry seraya mengenalkan Dillah ke teman-teman Jerry. Setelah itu Dillah pulang bareng Jerry.

Seperti biasanya, setiap malam Dillah selalu memikirkan apa yang telah dilakukannya dalam satu hari itu. Ternyata apa yang dipikirkannya tentang Jerry itu salah.

Hari-haripun terus berjalan, hubungan Dillah dengan Jerry semakin membaik, begitupula dengan Shela yang semakin dekat, mereka mengobrol entah lewat sms ataupun ketemu langsung. Namun Dillah masih malu untuk mengungkapkan isi hatinya.

Suatu hari, ketika olahraga, Dillah sedang duduk menulis puisi. Tiba-tiba ada yang menghampirinya, "Dil, main bola yuk bareng anak-anak, kita ditantang anak SMA Teladan," ajak Jerry, tanpa ikir panjang Dillah pun mengiyakan, "Ayo, Jer," kata Dillah. Dillah dan Jerry serta kesebelasan SMA Sejati 28 melawan SMA Teladan.

Lapangan telah ramai dipenuhi oleh pendukung dari kedua SMA, saat itu tatapan Dillah terarah kepada Shela, langsung Dillah menghampirinya. "Shel, doain ya biar SMA kita menang," kata Dillah. "Kalau kamu yang main, aku percaya SMA kita akan menang," ucapnya dengan senyum yang merekah. Semangat Dillah pun seperti ada yang menyetrum lagi. Dillah dan anak-anak  yang lainnya masuk ke lapangan.

Pertandingan berjalan dengan lancar. SMA Sejati 28 masih mndominasi laga hingga akhirnya Jerry mengoper ke Dillah dan dia menggiring bola kemudian menendang bola tersebut hingga gol. "Gol,..," kata Dillah, ia pun mengamati pendukung, setelah melihat Shela, dia memberikan gol tersebut khusus untuknya. Sampai pertandingan usai skor tersebut bertahan. Laga pun dimenangkan oleh SMA Sejati 28. "Keren tendanganmu Dil," kata Freddy, teman sekelas Dillah. Setelah itu mereka masuk ke kelas masing- masing. Ketika Dillah berjalan menuju kelas, ada seseorang yang berkata, "Golnya bagus," kata Shela, kemudian Dillah menoleh kebelakang, teryata Shela, dan Siska, "Shel, aku duluan ya," kata Dillah. Siskapun pergi dan meninggalkan mereka berdua. "Gol itu buat kamu," kata Dillah sambil tersenyum, Shela pun langsung menunduk, takut mukanya yang berubah menjadi merah diketahui oleh Dillah.

"Masuk kelas yuk," ajak Dillah, Shela hanya mengangguk, Shela pun berjalan mendahului Dillah. Langsung seketika itu Dillah memegang tangan Shela dan mencegahnya untuk berjalan. "Shel, kamu langsung pulang?" tanya Dillah, "Emang kenapa?" tanya Shela balik, "Aku ingin ngajak kamu jalan-jalan," kata Dillah dengan hati-hati. "Aku bisa kok," kata Shela. Mereka berdua pun berjalan beriringan tapi hening menyelimuti mereka.

Setelah pulang sekolah, sesuai dengan janji yang mereka ikat, Dillah pergi ke kelas XII A. Ternyata kelasnya belum bubar, tanpa pikir panjang, dia langsung pergi ke tempat parkir mengambil motornya. Tiba-tiba ponselnya bergetar,

Sms dari Jerry, gue tunggu di music square ya, kita ngeband di sana
bareng teman-teman.

Gak tahu kenapa, saat ini, hubungan Dillah  dengan Jerry sangat dekat, padahal Jerry di matanya dulu sangat nakal, tapi saat ini Jerry adalah seorang sahabat sejati baginya. Contohnya saja saat Dillah sedang bertengkar dengan kakaknya, Jerry mengajaknya bersama teman-temannya jalan-jalan di tempat yang indah, dan pas untuk orang yang lagi ditimpa musibah. Seperti dirinya saat itu.

Ok, ntar gue nyusul.. jawab sms Dillah ke Jerry.

“Hey, udah lama nunggu ya?” tanya Shela mengagetkan Dillah dari lamunannya. “Nggak juga kok,” jawabnya. “Ayo naik Shel, time is money,” lanjut Dillah, “Ayo,” kata Shela dengan penuh semangat. Mereka berdua pun langsung meninggalkan sekolah.

“Kita mau kemana Dil?” tanya Shela saat dalam perjalanan, “Kasih tahu gak ya?” jawab Dillah yang membuat Shela makin penasaran. “Pelit ah Dillah...” cetus Shela, “Kalau aku kasih tahu sekarang nanti gak surprise buat kamu,” kata Dillah. Tanpa disangka-sangka oleh Shela, Dillah terus memandangi wajahnya yang cantik sekali lewat kaca spion. Tiba-tiba hati Dillah bergetar lebih kencang dari biasanya.

Mereka telah sampai di Taman Hiburan Masyarakat. Tempatnya begitu ramai dengan masyarakat yang lalu lalang. “Jadi ini tempatnya?” tanya Shela tak percaya, “Ikuti aku ya, tapi kamu tutup mata dulu,” pinta Dillah sambil menutup mata Shela. Kemudian ia menggandeng tangannya begitu mesra. Sampailah mereka berdua disuatu taman yang pemandangannya seperti di Disney land.

“Sekarang kamu boleh membuka mata,” kata Dillah seraya membantu Shela. Ketika Shela membuka mata dia takjub dengan apa yang dilihatnya. “Wow Dil, ini tempat apaan? Indah sekali,” gumam Shela. “Foto-foto yuk,” ajak Shela, Dillah pun hanya bisa mengangguk. Mereka pun mengabadikan kejadian ini dalam bentuk foto, dan di simpan dalam hati serta persaan mereka berdua.

Begitu nikmatnya mereka, sampai-sampai lupa waktu. “Shel, sebelum pulang aku mau ngomong sesuatu ke kamu,” kata Dillah.  “Apa Dil?” tanya Shela. “Semenjak aku pertama kali di SMA kita, aku selalu memperhatikanmu, aku suka apa yang kamu lakukan, dan entah mengapa dengan adanya kamu, aku lebih semangat menghadapi hidup, walau seperti yang pernah aku ceritakan ke kamu, bahwa hidupku sudah gak harmonis lagi, dan nilaiku yang dahulunya jeblok, sekarang tambah baik. Terus saat aku berada didekatmu aku merasa nyaman, aku suka sama kamu,” jelasnya, Shela hanya menunduk ke bawah. Suasana hening pun datang, “Ya udah, kita langsung pulang yuk,” kata Dillah membuyarkan keheningan. Shela pun mengangguk.

to be continue...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun