Mohon tunggu...
rizki romadhona ilhamy
rizki romadhona ilhamy Mohon Tunggu... -

Pemerhati dan pelaku pertanian

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Akulah Superstar Malam Ini!

31 Desember 2010   17:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:06 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hiruk pikuk dan riuh rendahnya persiapan menyambut detik pergantian tahun semakin menggelora. Sedari tadi lalu lalang manusia semakin cepat dan banyak seperti kerumunan lebah yang beterbangan kian kemari mengejar sesuatu. Tujuan mereka cuma satu, menuju lapangan desa untuk menyaksikan pertunjukan kembang api yang akan dinyalakan tepat pada titik pergantian tahun.

Kini lapangan itu semakin penuh dan sesak oleh para remaja, anak-anak dan orang tua yang berkumpul sambil tertawa riang gembira untuk menyaksikan pertunjukan kembang api yang baru diadakan pertama kalinya di desa.

Aku sangat bangga bisa berada bersama dengan mereka. Seakan-akan keluarga besar yang akrab dan penuh kehangatan menyambut momen yang spesial ini.  Sedari kemarin mereka menyambut aku dengan ramah, memberikan harapan dan asa untuk bisa memberikan yang terbaik.

Detik pergantian tahun pun semakin mendekat menuju tengah malam. Semua terdiam dan terpaku ketika bapak Kepala Desa memberikan wejangan akhir tahun. Wejangan yang terasa klise dan membosankan khas aparat birokrat tanpa ada realisasi nyata di lapangan.

Akhirnya semua pun tersenyum dan gembira ketika wejangan tersebut usai. Artinya kini mereka bersiap menyaksikan pertunjukan yang baru dan segar dipandang mata. Dengan penuh kehati-hatian Sekretaris Desa maju menuju tengah lapangan untuk menyalakan kembang api. Kembang api berupa roket yang dapat terbang dan ketika meledak di udara akan berbentuk seperti bunga.

Dialah aku! Ya akulah si kembang api. Kini orang-orang disekitar ku memicingkan mata dan menahan nafas menunggu apa yang akan terjadi. Keheningan semakin berasa dingin, hanya degup jantung dan desis sumbu terbakar serta semilir angin malam yang ada.

Tepat pada titik akhir sumbu terbakar, akupun terdorong dengan kencang ke udara, disertai desingan gesekan angin terasa. Aku terus melaju, melesat meninggalkan bumi, menuju angkasa. Kuyakin ajal menemuiku sesaat lagi, namun aku bangga dapat memberikan secercah warna ditengah kelamnya malam.

Di bawah sana senyum pun terukir dan suara terompet membahana dari para warga menyambut pergantian waktu.

SELAMAT TAHUN BARU 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun