Namun, belum lengkap rasanya apabila kita pulang tanpa membawa buah tangan berupa olahan khas tanaman bakau yang ada di mangrove wonorejo, salah satunya adalah sirup mangrove yang bisa kita beli di area loket. Sirup yang terbuat dari buah pohon mangrove berjenis Bogem (Sonneratia Casseolaris) ini memiliki manfaat untuk mengobati panas dalam, sariawan, mencegah flu, dan menjaga kestabilan tubuh.
Meski rasanya agak aneh bagi sebagian orang, tetapi sirup ini tetap banyak diburu masyarakat karena khasiatnya yang luar biasa. Sirup dengan nama produk “Sirup Bogem” ini dijual dengan harga Rp. 25.000,- / botol. Distribusi penjualannya pun dapat dipertanggungjawabkan, karena telah mendapatkan hak paten dari Departemen Hukum dan HAM RI, PIRT dari Departemen Kesehatan dan sertfikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dari apa yang saya dan kelompok saya amati langsung di lokasi dan setelah melakukan wawancara dengan Pak Devid, selaku salah satu pengurus di sana, kami dapat mengambil kesimpulan, bahwa kebanyakan pengunjung yang datang ke Ekowisata Mangrove Wonorejo ini adalah dari kalangan remaja (pelajar) dan orang dewasa (yang sudah memiliki anak). Kalangan pelajar biasanya datang dari rombongan sekolah untuk melakukan wisata edukasi (study tour).
Kegiatan yang biasa dilakukan para pelajar di kawasan ini adalah mempelajari lebih dalam tentang hutan mangrove, serta melakukan penanaman bibit bakau bersama-sama sebagai bentuk cinta terhadap alam. Bibit bakau ini bisa diperoleh dengan merogoh kocek sebesar Rp. 5.000,- saja. Sedangkan, pengunjung dari kalangan orang dewasa, kebanyakan datang untuk sekedar liburan ataupun berjalan-jalan bersama keluaraga.
Jumlah pengunjung yang datang ke kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo bisa mencapai 1.000 orang per harinya. Namun, setelah pandemi COVID-19, jumlah pengunjung menurun drastis hingga 85%. Dari yang awalnya 1.000 orang menjadi 150 orang saja per harinya. Karena pandemi COVID-19 juga, kawasan wisata ini sempat ditutup sementara selama 3 bulan.
Dalam masa pandemi seperti saat ini, Ekowisata Mangrove Wonorejo telah menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan yang dianjurkan pemerintah. Protokol kesehatan yang diterapkan juga sudah berbasis CHSE, namun belum mendapatkan sertifikasi.
Penting bagi kita untuk selalu mematuhi protokol kesehatan dengan cara selalu memakai masker dan handsanitizer, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, serta memastikan bahwa diri kita dalam keadaan sehat. Alangkah baiknya jika kita juga menyiapkan starter pack barang-barang yang perlu dibawa saat kita akan berwisata ke tempat terbuka seperti Mangrove Wonorejo, misalnya sunscreen.
Pemakaian sunscreen ini sangat penting, mengingat kawasan wisata ini dibalut oleh teriknya matahari yang dapat membuat kulit kita terbakar (sunburn). Selain menyiapkan sunscreen, kita juga bisa menyiapkan jenis pakaian yang akan kita pakai untuk berkunjung ke sana. Karena cuacanya yang panas, kita bisa memilih pakaian yang simple dengan tipe kain yang bagus dalam menyerap keringat, salah satunya adalah katun. Untuk alas kaki, kita bisa memilih antara menggunakan sepatu ataupun sendal. Lalu yang terakhir, ada makanan dan minuman yang juga tidak boleh ketinggalan dibawa saat pergi ke sana. Kita bisa membawanya dari rumah ataupun membelinya langsung di sekitaran lokasi.
Berkunjung ke kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo tentunya akan sangat menyenangkan dan menenangkan, mengingat pemandangan alam yang disuguhkan begitu cantik, seolah-olah menjadi harta karun di tengah padatnya perkotaan. Selain itu, harga tiket masuk yang tidak menguras kantong menjadi salah satu alasan yang tidak bisa kita tolak untuk tidak meluangkan waktu berkunjung ke sana bersama keluarga, teman, sahabat, atau bahkan bersama pacar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H