Di era teknologi informasi yang sudah sangat maju seperti sekarang, media massa sudah bukan menjadi hal yang asing lagi bagi masyarakat. Bisa kita lihat, dalam sehari saja ada puluhan, hingga ratusan artikel berita yang terbit setiap harinya. Entah itu dalam media cetak, media online, ataupun media online berbasis blog. Media massa yang berperan sebagai wadah aspirasi masyarakat sekaligus alat komunikasi, tentunya memegang peran yang sangat penting dalam mewujudkan keterbukaan informasi publik. Sampai saat ini, media dianggap sebagai salah satu sarana untuk mengetahui berbagai peristiwa yang sedang terjadi di luar sana. Media tidak hanya menjadi tempat lalu lalangnya informasi saja, tetapi juga menjadi partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang interkatif.
Lalu bagaimana eksistensinya di masa pandemi ini, apakah media massa masih bisa menjalankan peran dan fungsinya dengan baik? Â Apakah bisa menjadi sumber informasi yang bisa diandalkan?
Di masa pandemi, akan ada banyak sekali pemberitaan-pemberitaan terkait COVID-19 yang dimuat di media. Hal ini tentunya membuat masyarakat menjadi mudah untuk mengakses beragam informasi. Namun, dengan banyaknya pemberitaan yang muncul seperti ini, maka kesempatan untuk munculnya sebuah berita hoax juga semakin tinggi. Masyarakat yang tidak bisa membedakan mana yang merupakan berita hoax dan mana yang bukan dari sekian banyaknya berita, akan langsung menelan mentah-mentah isi berita dan menyebarkannya ke orang lain. Penyebaran berita hoax ini dapat memicu munculnya presepsi-presepsi yang tidak benar terkait COVID-19. Serta, menimbulkan kekhawatiran, keresahan, dan ketakutan antar masyarakat. Akibatnya, beberapa anggota masyarakat menjadi nekat untuk bertindak di luar dugaan. Salah satu contohnya adalah berita tidak benar terkait proses penguburan jenazah pasien COVID-19 yang dimakamkan dengan prosedur khusus COVID-19. Beberapa keluarga dari pasien COVID-19 yang salah paham dan tidak mengerti, memilih untuk mengambil jenazah secara paksa dan menguburkannya sendiri. Tindakan yang seperti ini justru sangat berbahaya karena dapat menyebarkan virus lebih luas lagi.
Namun, di luar maraknya pemberitaan berita hoax, media massa mempunyai peran yang sangat penting dan menjadi sumber terpercaya terkait COVID-19 di masa pandemi ini. Pernyataan ini berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan UNICEF dan AC Nielsen yang dilakukan pada Agustus 2020 terhadap 2000 responden acak di enam kota, yakni Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Makassar dengan cara tatap muka. Hasil dari survei ini mengungkapkan bahwa media massa masih menjadi sumber terpercaya bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi seputar pandemi COVID-19. Media massa TV mendapatkan angka paling tinggi, yakni mencapai 85%. Kemudian dibawahnya ada media online, koran dan radio. Dalam hal ini, media massa mempunyai dampak yang besar dan positif terhadap perubahan perilaku masyarakat selama pandemi COVID-19. Jika digunakan dengan baik dan benar, peran media massa di masa pandemi akan banyak sekali memberikan manfaat. Di masa pandemi yang membatasi segala bentuk aktivitas fisik ini, kehadiran media massa seolah menjadi sebuah solusi atas segala pertanyaan yang ada dalam benak kita. Kita bisa mencari segala bentuk informasi terkait COVID-19 ataupun informasi lain yang kita inginkan.
Dari sini, dapat kita simpulkan kalau media massa bisa memberikan dampak yang positif dan bisa juga negatif. Jika diibaratkan, media massa ini seperti dua sisi mata pisau. Satu sisinya positif, apabila digunakan dengan baik, dan sisi yang lain bisa menjadi negatif jika berita yang dimuat dan disebarkan adalah berita hoax. Dengan media massa, kita bisa mengetahui berita apa saja yang sedang ramai dibahas di luar sana. Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi informasi yang sudah semakin maju seperti saat ini, kita dapat dengan dengan mudah mengaksesnya. Namun harus kita ingat, tidak semua yang diberitakan di media adalah hal yang sebenarnya. Oleh karena itu, menjadi tugas kita untuk selalu cermat dalam memilah dan menyaring suatu berita. Kita tidak boleh langsung menelan sebuah berita secara mentah-mentah, dan kemudian menyebarkannya ke orang lain. Sikap bijak dalam bermedia harus senantiasa kita tanamkan dalam diri kita, agar berita yang kita dapatkan bisa menjadi manfaat bagi diri kita maupun orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H