Mohon tunggu...
Rizka Venusia
Rizka Venusia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Islamic Studies dan Psikologi

Menyukai dunia sosial dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Vital Mahasiswa Mengawal Pemilihan Presiden 2024

30 Januari 2024   14:24 Diperbarui: 30 Januari 2024   16:23 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Artikel BBC News Indonesia Nov 2023)

Tidak lama lagi Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi rakyat terbesar. Dengan segala dinamikanya, Pilpres (Pemilihan Presiden) 2024 terasa berbeda bagi anak-anak muda setidaknya hal tersebut yang banyak diutarakan di media sosial. Selain karna mempertemukan 3 putra terbaik bangsa, Pilpres kali ini menyuguhkan model kampanye yang berbeda-beda. Paslon No Urut 1 misalnya, menggunakan kampanye berbentuk diskusi dan debat langsung dengan tajuk Desak Anies. Lalu Paslon No Urut 2, memasifkan kampanye via berbagai sosial media. Kemudian, Paslon No Urut 3, mengusung kedekatan dengan rakyat hingga menginap di salah satu rumahnya.

Meskipun demikian, seperti pada tahun-tahun sebelumnya, fenomena serangan hoaks dan misinformasi masih melanda panggung politik dengan kekuatan yang tak terbantahkan. Ketidakpastian dan kebingungan masyarakat semakin diperparah oleh penyebaran informasi palsu yang dapat mengubah persepsi publik terhadap calon presiden. Saat teknologi terus berkembang, serangan hoaks menjadi semakin kompleks dan merajalela di berbagai platform komunikasi, menimbulkan tantangan serius dalam menciptakan pemahaman yang sehat dan objektif. Sebagai dampaknya, tugas calon presiden tidak hanya terfokus pada penyampaian visi dan program kerja, tetapi juga pada perlunya membentuk pertahanan terhadap arus informasi palsu yang dapat merusak integritas kampanye dan proses demokratis secara keseluruhan.

Hal ini diperparah pula dengan banyaknya simpatisan atau pendukung fanatik yang menggunakan isu-isu tertentu untuk menyerang salah satu paslon capres. Tak ayal subtansi program para pasangan calon presiden terkadang luput diperhatikan padahal seharusnya menjadi poin utama yang harus dikritisi. Di tengah riuhnya kampanye dan dinamika pemilihan ini, anak-anak muda memiliki peran yang amat penting untuk bersikap objektif apalagi bagi mereka yang bertitel mahasiswa.

Mahasiswa tentu memiliki kesempatan untuk menyerap ilmu dan teori di bangku perkuliahan. Mereka juga memiliki kesempatan untuk mempelajari retorika menyampaikan ide bahkan saling bertukar gagasan baik didalam kelas maupun organisasi. Dengan segala fasilitas yang mereka dapatkan seharusnya mereka mampu berpikir kritis dan rasional.  Mereka seharusnya juga mampu setidaknya mengetahui sisi pro dan kontra dari suatu hal agar dapat memberikan informasi yang lebih berimbang bagi lingkungan sekitarnya. Harapannya, mahasiswa tidak hanya berperan sebagai pengamat dan pengawas terhadap aliran informasi yang beredar, tetapi juga sebagai pionir perubahan yang mengusung prinsip-prinsip integritas dan obyektivitas dalam diskusi publik. Melalui partisipasi aktif mereka dalam menyebarkan informasi yang benar dan memberikan kritik yang membangun, mahasiswa mampu membentuk suasana politik yang lebih terbuka dan etis.

Lalu timbul pertanyaan, "Lantas tidak bolehkah kami (mahasiswa) memilih sesuai dengan preferensi dan hak kami sendiri? Haruskah kami melihat fenomena pilpres ini seluruhnya dengan netralitas?". Tentu saja, mahasiswa memiliki hak untuk memilih sesuai dengan preferensi dan hak pribadi. Menjadi objektif tidak berarti harus mengabaikan preferensi pribadi. Sebaliknya, melihat fenomena pilpres secara netral dapat memungkinkan pemilih untuk membuat keputusan yang lebih terinformasi. Dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang dan melihat secara obyektif, mahasiswa dapat memastikan bahwa keputusan mereka didasarkan pada pemahaman yang lebih dalam dan kritis tentang isu-isu yang terlibat. Sebagai pemilih yang cerdas, mempertahankan keseimbangan antara netralitas dan hak untuk memiliki preferensi adalah kunci dalam melibatkan diri secara efektif dalam proses demokratis.

Peran sebagai pilar objektivitas masyarakat yang diemban mahasiswa tidak akan mencederai hak dan preferensi mereka dalam memilih. Karena sebaliknya, membantu masyarakat memilah-milih informasi adalah bentuk kesadaran akan tanggung jawab kita sebagai mahasiswa sekaligus mengamalkan salah satu Konsep TriDharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat. Dengan memainkan peran sebagai agen objektivitas, mahasiswa dapat membantu masyarakat dalam membuat keputusan yang informasional dan bertanggung jawab. Keterlibatan yang kritis dan objektif sejalan dengan hak dan preferensi pribadi, karena memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan yang penuh pertimbangan.

Bayangkan, apabila mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia sadar akan peran krusial ini lalu bergerak bersama menjaga Pemilihan Umum 2024. Bersama-sama berupaya menghalau segala hoaks dan misinformasi di sosial media serta membantu masyarakat dengan memberikan informasi yang berimbang dari sisi positif maupun negatifnya. Dalam jangka pendek, kolaborasi ini akan membantu mengurangi polarisasi di masyarakat. Kemudian jangka panjangnya, masyarakat akan terbiasa mengkritisi dan menyaring informasi hingga puncaknya mampu memilih pemimpin dan wakil rakyat yang terbaik bagi Indonesia. Kontribusi yang awalnya kita anggap sepele justru bisa membantu mencerdaskan masyarakat kedepannya.

Seiring waktu berjalan, peran vital ini diharapkan juga mampu bertransformasi menjadi budaya yang mana dapat memberikan siklus positif bagi Indonesia. Misalnya, kedepannya rakyat akan memiliki kecenderungan untuk memilih pemimpin yang benar-benar mewakili aspirasi dan kebutuhan mereka. Sehingga pemimpin yang dipilih masyarakat juga lebih bertanggung jawab dan mampu mencapai solusi yang lebih baik untuk tantangan-tantangan bangsa. Dengan demikian, kesadaran dan partisipasi mahasiswa dalam pemilu tahun ini bukan hanya sekadar tindakan singkat, melainkan investasi dalam pembangunan masa depan yang lebih cerah bagi Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun