Mohon tunggu...
Rizka Shabrina Ariesty
Rizka Shabrina Ariesty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berkuliah di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cikal Bakal Kesehatan Masyarakat hingga Tahap Terbentuknya Puskesmas di Indonesia

10 September 2024   20:22 Diperbarui: 10 September 2024   20:43 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Berbicara mengenai kesehatan, kita pasti tidak asing dengan sebutan kesehatan masyarakat atau biasa dikenal dengah public health. Menurut Winslow (2019), kesehatan masyarakat atau public health merupakan suatu ilmu dan seni dalam pencegahan penyakit, memperpanjang hidup, serta meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat, seperti perbaikan sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit menular, pendidikan kebersihan perorangan, pelayanan medis dan perawatannya untuk diagnosis dini sekaligus pengobatan, serta pengembangan rekayasa sosial guna menjamin setiap orang terpenuhi pemeliharaan kesehatan dalam hidupnya. Namun, menurut Ikatan Dokter Amerika (1948), kesehatan masyarakat atau public health merupakan ilmu dan seni dalam memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Berdasarkan kedua pakar tersebut, dapat diartikan bahwa kesehatan masyarakat merupakan bidang ilmu yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatan.

Fakta menariknya, kesehatan masyarakat sudah berkembang bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia abad ke-16, tepatnya sejak pemerintahan Belanda. Pada masa itu, bagaimana caranya memberantas penyakit kolera dan cacar yang menyebar di masyarakat. Dari peristiwa tersebut, ilmu kesehatan masyarakat mulai berkembang. Hal ini berlanjut pada tahun  1807 saat pemerintahan Jenderal Daendels membuka praktik pelatihan dukun bayi yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi yang pada saat itu sedang marak-maraknya. Sayangnya, praktik ini tidak berlangsung lama karena keterbatasan jumlah tenaga kesehatan. Pada tahun 1888, dibangun pusat laboratorium di Bandung, kemudian berkembang hingga ke Medan, Surabaya, Semarang, sampai Yogyakarta. Laboratorium ini berfungsi sebagai penunjang pemberantasan penyakit, seperti cacar, malaria, lepra, gizi, maupun sanitasi. Terbatasnya jumlah tenaga kesehatan pada saat itu dan tingginya angka kematian serta kesakitan mengakibatkan Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda, mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda penyuluhan kesehatan di Banyumas dan Purwokerto.

Kabar baik mulai bermunculan ketika memasuki tahun 1927. School tot Opleiding van Inlandsche atau STOVIA yang merupakan sekolah untuk pendidikan dokter pribumi berubah menjadi sekolah kedokteran di Universitas Indonesia atau yang saat ini dikenal sebagai FK UI. Syukurnya, sekolah ini berkontribusi besar dalam menghasilkan tenaga kesehatan khususnya dokter untuk mengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia. Tahun 1930, dukun bayi mulai didaftarkan sebagai penolong dan perawatan persalinan. Adanya epidemi penyakit pes, mengakibatkan tahun 1935 dilakukan penyemprotan DDT dan vaksinasi massal. Pada tahun 1951, Dr. Johannes Leimena dan Dr. Mas Haji Abdul Patah mengenalkan konsep Bandung Plan yang berisi bahwa kesehatan masyarakat tidak mungkin terlepas dari aspek kuratif dan preventif. Sejak saat itu, terbentuklah puskesmas. Tahun 1967, sistem puskesmas mulai terbagi menjadi puskesmas tipe A, tipe B, dan tipe C. Dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan tepadu, kemudian dikembangkan oleh pemerintah menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas tipe C mulai dihilangkan pada tahun 1969. Puskesmas tipe A dikepalai oleh dokter, sedangkan puskesmas tipe B dikelola oleh paramedis. Berlanjut pada tahun 1979, sistem tipe puskesmas ditiadakan, sehingga hanya ada satu tipe puskesmas saja. Puskesmas mulai mengembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana di tahun 1984, seperti KIA, KB, gizi, penanggulangan diare, imunisasi). Beranjak menuju awal tahun 1990, Puskesmas menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat juga sebagai pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni yang berfokus pada bidang kesehatan dan menitikberatkan pada promotif dan preventif, yaitu bagaimana cara mempromosikan kesehatan dan mencegah supaya masyarakat tidak sakit. Puskesmas yang semakin berkembang memberikan pusat pelayanan kesehatan masyarakat yang bertanggung jawab atas kesejahteraan dan upaya kesehatan di wilayah kerjanya.

KATA KUNCI: Ilmu, Kesehatan, Masyarakat, Puskesmas, Seni

DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Dian Yuniar Syanti dkk. (2023). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Purbalingga: Eureka.

Siyoto, Sandu dan Erma Retnaningtyas. (2016). Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ponorogo: FORIKES.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun