Mohon tunggu...
rizka rusydah
rizka rusydah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi melukis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membaca Kritis Menjadi Alat Penting dalam Era Informasi Layanan konseling yang Penuh dengan Hoaks

27 Maret 2024   12:22 Diperbarui: 27 Maret 2024   12:30 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam era digital saat ini, informasi dapat tersebar dengan cepat melalui berbagai platform media sosial. Misalnya Facebook, instagram, WhatsApp, YouTube, dan situs situs web yang tidak resmi dapat menyebarkan informasi yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Banyak sekali hoaks atau informasi palsu terkait layanan konseling yang sengaja disebarkan untuk menyesatkan masyarakat. Hal ini dapat menimbulkan dampak yang serius, baik secara sosial emosional, kesehatan mental maupun ekonomi.

Menurut data yang saya peroleh dari pengumpulan informasi dan analisis literatur pada Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia (Kominfo) menyebutkan ada sekitar 11.357 temuan hoax pada periode Agustus 2018-31 Maret 2023. Sebagai contoh studi kasus tentang penyebaran hoax dalam bidang ilmu bimbingan konseling, kita bisa membayangkan situasi di mana masyarakat mulai menerima informasi palsu tentang metode atau teknik bimbingan dan konseling yang tidak didasarkan pada penelitian ilmiah. Misalnya, ada klaim bahwa "terapi aliran tertentu dapat menyembuhkan gangguan mental tanpa memerlukan bantuan profesional" yang tersebar melalui media sosial atau platform online lainnya. Hal ini dapat menyebabkan orang-orang mencoba praktik-praktik yang tidak terbukti dan berpotensi berbahaya bagi kesejahteraan mental mereka. Studi kasus semacam ini menyoroti pentingnya kritis dalam mengonsumsi informasi, terutama dalam konteks kesehatan mental.

Mengapa Membaca Kritis Penting dalam Layanan Konseling? Dalam konteks layanan konseling, di mana individu mencari bimbingan untuk mengatasi masalah pribadi, sosial, atau psikologis, keandalan informasi merupakan hal yang sangat vital. Informasi yang salah atau tidak valid dapat menyebabkan keraguan, kebingungan, bahkan dapat memperburuk kondisi psikologis seseorang. Membaca kritis memungkinkan klien dan konselor untuk memilah dan memilih informasi yang dapat dipercaya, sehingga memastikan bahwa langkah yang diambil dalam proses konseling didasarkan pada pemahaman yang akurat.

Lalu apa hubungannya hoax dengan membaca kritis? Jadi teman-teman keterkaitan antara membaca kritis dengan hoax sangat erat loh. Kegiatan membaca kritis adalah Kegiatan membaca dengan memahami teks secara mendalam, memberikan respon, dan melakukan analisis evaluatif untuk menguji apakah informasi tersebut benar atau tidak.(Saddhono & Slamet, 2014).

Membaca kritis dapat menjadi alat penting untuk menangkal hoax. Dengan kemampuan membaca kritis, seseorang dapat menilai kredibilitas sumber informasi, memahami konteks, serta mendeteksi adanya manipulasi atau bias dalam sebuah informasi. Keterampilan ini sangat penting dimiliki oleh setiap individu agar tidak mudah terjebak dalam arus informasi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.

Solusi untuk menangani penyebaran hoax dalam bidang ilmu bimbingan konseling dapat melibatkan pendekatan berikut:

1.Edukasi Publik: Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mendapatkan informasi dari sumber yang dapat dipercaya dan memahami pentingnya dasar-dasar ilmiah dalam praktik bimbingan dan konseling.

2.Kampanye Kesadaran: Mengadakan kampanye secara aktif untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya dan konsekuensi dari mengikuti informasi palsu dalam hal kesehatan mental.

3.Kolaborasi dengan Ahli: Menggalang kerjasama dengan para ahli bimbingan dan konseling, serta profesional kesehatan mental lainnya, untuk memberikan informasi yang akurat dan mendidik masyarakat tentang praktik yang aman dan efektif.

4.Penguatan Regulasi: Memperkuat regulasi terkait dengan penyiaran informasi kesehatan mental, baik melalui platform online maupun media sosial, untuk mengurangi penyebaran informasi palsu.

5.Pengembangan Keterampilan Kritis: Mengembangkan keterampilan kritis dalam masyarakat, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda, untuk membantu mereka membedakan informasi yang sahih dan tidak sahih dalam konteks kesehatan mental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun