Mohon tunggu...
rizka rahmawati
rizka rahmawati Mohon Tunggu... lainnya -

seorang yang mulai jatuh cinta ma dunia tulis menulis. semoga akan terus mencintai dunia ini

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hanya Senyuman

1 April 2012   09:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:10 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oh Tuhan....lelaki itu. Kenapa harus kulihat lagi sosoknya?

Seorang lelaki dengan postur yang sangat kukenal. Tinggi dan kurus, dengan kacamata baca yang sesekali dipakainya, masuk ke ruang tunggu sebuah maskapai penerbangan. Lelaki yang tak mau lagi kutemui.

Aku mengalihkan perhatianku pada novel di genggamanku. Duduk ditemani lantunan musik dari ipod yang mengaliri telingaku. Mencoba mengalihkan perhatian dan rasa yang tidak jelas dihatiku. Rasa benci dan juga rindu yang membanjiri detiap denyutan jantungku kali ini.

Kalau mengingat apa yang dia lakukan padaku, mengingat luka yang dia toreh. Rasanya, rasa benci ini membuncah tak terbendung. Benci dan muak dengan sikap, ucapan dan tingkahnya yang telah berbohong padaku, menghancurkan komitmen yang sudah dijaga bertahun tahun. Hanya karena seorang wanita lain yang baru sebentar dikenalnya.

Tetapi, kalau mengingat sejarah yang sudah dibuat dengannya selama 4 tahun. Selalu bersama. Dan tiba-tiba menjauh,tak pernah saling tau, rasa rindu itu pun ikut menyeruak. Ikut protes ingin mengatakan bahwa dia ada. Bahwa rasa rindu itu masih selalu muncul dalam tiap tarikan nafas.

Come on...stop memikirkannya. Memikirkan apapun tentang dia. Dia bukan milikku lagi. Dia yang membuat senyum ini hilang, air mata yang sudah sampai kering merasakan luka yang dia toreh. Meskipun dia pernah memberi sejuta senyum dan hati yang berbunga, priceless. Itu semua proses, itu semua alur yang harus dilakoni.

Dia..dia menatapku, aku tak melihatnya. Tapi aku masih bisa merasakannya.

Ya Tuhan...kenapa waktu lambat sekali berjalan??? Aku ingin segera pergi dari tempat ini. Mengambil kembali ketenangan yang sempat kumiliki tadi.

Novel ini tak dapat mengalihkan pikiranku dari sosoknya yang ada disana. Mengalihkan rasa benci dan rindu yang menyelubungi hatiku karna sosoknya ada di depan mataku.

Oh Tuhan...aku ketauan. Aku ketauan tlah menatapnya. Meskipun hanya dalam hitungan detik. Ada rasa malu dan juga senang kembali menatapnya.

Aku kembali mencoba menikmati dentuman lagu lagu yang mengaliri ruang dengarku, dengan sesekali melirik jam ditangan.

5 menit lagi...5 menit lagi aku bisa menghilang dari ruang pandangnya. Dan menyudahi gejolak rasa ini. Semoga tak ada kata pesawat delay kali ini.

Apa yang dia lakukan? Dia berjalan pelan ke arahku. Berjalan terbata namun pasti menuju ke arahku.

Tuhan....jangan. jangan buat aku berbincang dengannnya. Aku tak siap. Aku tak siap kembali membuka hubungan baru dengannya kali ini. Hati ini belum sepenuhnya terlepas dari benci dan harapan kembali bersama, yang itu sama sekali tidak mungkin.

2 meter dia di depanku, hatiku semakin tak karuan. Dag dig dug tak jelas, sepertinya sendi sendi ini lemas karena gugup.

Akhirnya....panggilan itupun datang. Aku menutupnovel,mengambil ransel dan beranjak dari dudukku, bergegas menuju pesawat.

Tapi...dia tepat berdiri di depanku. Jangan, jangan lakukan hal paling bodoh padanya.

Ya,...senyuman muncul spontan dari bibirku untuknya. Ya...untuknya.tanpa kata, hanya senyuman

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun