Mohon tunggu...
Rizka Permata Arianti
Rizka Permata Arianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dunia AI Menguasai Gen Z

29 November 2024   17:42 Diperbarui: 29 November 2024   17:41 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Era digital penuh dengan teknologi-teknologi canggih dari masa ke masa. Perkembangan teknologi yang pesat mempermudah kegiatan atau pekerjaan pengguna, dan teknologi juga bisa digunakan dalam berbagai bidang. Teknologi menjadi sarana bagi pengguna untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup.

Teknologi AI adalah kecerdasan buatan yang membantu pekerjaan manusia , dengan kehadiran AI manusia tidak lagi repot dalam berbagai bidang. Perkembangan AI dari tahun 1990 hingga awal 2000-an, para ilmuwan mencapai banyak tujuan inti AI seperti, mengalahkan juara dunia catur. Dengan lebih banyak data komputasi dan kekuatan pemrosesan di era modern dibandingkan dekade sebelumnya, penelitian AI sekarang lebih umum dan mudah diakses. AI berkembang pesat menjadi kecerdasan umum buatan sehingga perangkat lunak dapat melakukan tugas-tugas yang kompleks. Perangkat lunak dapat membuat, mengambil keputusan, dan belajar sendiri, tugas-tugas yang sebelumnya hanya dapat dilakukan oleh manusia.

Teknologi AI ini bermanfaat diberbagai bidang yaitu diagnosis penyakit yang dapat menganalisis foto rontgen, CT scan, MRI, dan citra medis lainnya untuk mendeteksi atau mendiagnosis penyakit. Mempermudahkan pekerjaan berbahaya seperti pengendalian hewan, penanganan bahan peledak, dan melakukan tugas di air laut dalam, dataran tinggi, atau di luar angkasa. Kamera smartphone yang dapat mendeteksi objek dalam frame foto secara otomatis, sehingga menghasilkan hasil foto yang maksimal kualitasnya. Asisten virtual yang dapat digunakan di aplikasi transportasi online maupun media sosial. Filter Instagram , keyboard virtual dan layanan hiburan yang dapat digunakan sebagai layanan hiburan seperti film, musik, dan aplikasi streaming lainnya. Layanan konsumen virtual atau chatbot dan pencarian di laman internet.

Pada masa sekarang ini gen Z mempemudah dengan menggunakan aplikasi seperti, Chat GPT (NLP) yang mampu menggunakan algoritma machine learning dan deep learning untuk memahami konteks dari suatu percakapan dan menghasilkan tanggapan yang sesuai. Hotpot.AI adalah contoh aplikasi kecerdasan buatan yang mampu menghasilkan grafik, gambar, dan teks yang menakjubkan. Syenthesia.AI adalah contoh aplikasi kecerdasan buatan yang dapat membantu untuk membuat konten video berkualitas tinggi dengan cepat dan mudah. Sembly.AI Buat yang malas mencatat materi saat online meeting, bisa digunakan sembly.ai untuk merekam percakapan dan merubahnya menjadi catatan tertulis. Lalal.ai adalah salah satu contoh aplikasi kecerdasan buatan yang dapat digunakan untuk pekerjaan berbasis audio dan video. Supermeme.AI telah menjadi salah satu budaya internet terbesar di era digital. Hanya dengan gambar atau video, dapat memasukkan komedi, pesan filosofi, dan sindiran ke dalam konten singkat.

Ketergantungan dalam penggunaan AI membuat pengguna tidak berpikir kritis, yang hanya menerima hasil dari AI. Kekhawatiran dampak AI terhadap pekerjaan pada gen Z yang mengikuti perkembangan zaman . Adopsi AI dapat menggantikan pekerja manusia dalam beberapa pekerjaan yang dapat dilakukan secara otomatis oleh AI. Hal ini dapat mengakibatkan pengurangan pegawai dan meningkatkan tingkat pengangguran.

Kemunculan teknologi AI membawa dampak bagi kesehatan mental. Seiring perkembangannya yang semakin maju, teknologi membuat banyak dari Gen Z yang mengalami isolasi social, dimana mereka enggan untuk berinteraksi dan bertemu secara langsung dengan orang lain karena ketergantungan mereka pada interaksi digital. Hal tersebut sangat berbahaya terhadap kondisi mentalnya karena kunci kesehatan mental yang baik juga didukung oleh adanya hubungan sosial yang kuat sebagai seorang manusia.

AI dapat memperburuk masalah kesehatan mental melalui penyebaran informasi negatif seperti berita hoax, isu-isu sosial, dan bahkan konten yang dapat memicu kecemasan bagi para pengguna AI dengan cepat sehingga paparan yang berlebihan tersebut dapat meningkatkan stress dan perasaan putus asa di kalangan Gen Z. Dengan berkembangnya AI dapat membuat Gen Z ketergantungan untuk selalu menggunakan AI apapun kesulitan yang dihadapi sehingga mereka cenderung malas untuk berpikir dan apabila mereka jauh dari yang namanya AI. Mereka akan merasa cemas dan stress yang berlebihan karena telah bergantung pada teknologi serta tidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, hal itu yang nantinya akan memengaruhi kesehatan mental Gen Z.

Perubahan yang terjadi dengan begitu pesatnya membuat generasi-generasi terbawa arus untuk mengikuti perkembangan zaman. Banyak generasi yang tidak pandai dalam mengendalikan teknologi yang bergantung sekali kepada teknologi. Sekarang teknologi yang menguasai gen Z, karena itu pengguna yang banyak menggunakannya untuk memepermudah pekerjaan yang ingin dilakukan.

Untuk mengatasi ketergantungan generasi Z pada AI, perlu mengambil pendekatan yang melibatkan kesadaran, keseimbangan, dan pengembangan keterampilan secara menyeluruh. Pengguna harus meningkatkan pemahaman mereka tentang batasan teknologi AI melalui pendidikan yang lebih mendalam. Selain itu, penting juga untuk mendorong mereka agar tidak terlalu banyak terjebak dalam dunia digital dengan memperkuat interaksi langsung di dunia nyata.

Dengan meningkatkan keterampilan interpersonal dan kreativitas melalui pendidikan yang inklusif, generasi Z dapat lebih siap menghadapi tantangan masa depan tanpa kehilangan koneksi dengan realitas sehari-hari. Dengan cara ini, mereka dapat menggunakan AI dengan bijaksana. Oleh karena itu, generasi Z perlu menggunakan AI dengan bijak dan bertanggung jawab, serta mengembangkan keseimbangan antara teknologi dan kemanusiaan. Mereka perlu memanfaatkan AI sebagai alat yang dapat meningkatkan kreativitas, produktivitas, dan efisiensi mereka, namun juga tetap menjaga kemampuan dan keterampilan mereka sebagai manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun