Mahasiswa KKN Tim I Universitas Diponegoro mengajak Kelompok Tani di Desa Jatilawang (29/01/2024) untuk dapat memanfaatkan limbah jagung yang mereka hasilkan menjadi pupuk kompos organik.
Desa Jatilawang, yang dikenal akan kebun jagungnya yang luas, setiap musim panen selalu meninggalkan cerita tentang limbah batang, daun, dan tongkol jagung yang berakhir sia-sia. Praktik membuang atau membakar limbah ini telah lama berlangsung tanpa menyadari potensi tersembunyi di dalamnya. Limbah jagung yang sering dianggap sebagai sampah ternyata menyimpan kandungan kimia yang berharga. Dengan kandungan air sebesar 13,5%, protein 10%, lemak 4%, karbohidrat 61%, gula 1,4%, dan berbagai zat lainnya, tongkol jagung ini dapat menjadi sumber nutrisi penting bagi tanah. Penggunaan pupuk kompos bukan hanya meningkatkan kualitas tanah dengan menambah bahan organik, tetapi juga memperkaya kemampuan tanah dalam mempertahankan air. Tanah yang diperkaya dengan kompos menjadi lebih gembur, mampu menekan penyakit tanaman, dan memperbaiki unsur hara tanah.Â
Pengoptimalan tongkol jagung menjadi pupuk kompos menjadi langkah inovatif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani dan mendukung pertanian berkelanjutan. Berdasarkan permasalahan tersebut, Mahasiswa KKN Tim I UNDIP mengajak Kelompok Tani untuk dapat memanfaatkan secara optimal hasil dari pertanian jagung yang mereka peroleh. Kegiatan yang dilakukan berupa sosialisasi pemanfaatan tongkol jagung menjadi pupuk kompos dan pemberian bahan tambah pembuatan pupuk kompos (seperti EM4 dan Anfush) serta pemberian desain 3D alat pencacah tongkol jagung kepada Kelompok Tani di Desa Jatilawang.
Sosialisasi tersebut meliputi penjelasan tentang langkah - langkah cara membuat limbah jagung (tongkol) menjadi pupuk yaitu sebagai berikut :Â
- Siapkan air di dalam wadah kemudian masukan EM4 sebanyak 3 tutup botol, kemudian aduk hingga rata
- setelah dirasa cukup, tambahkan 1 sendok makan gula pasir lalu aduk kembali hingga gula pasir laruk sepenuhnya di dalam air
- kemudian siapkan tongkol jagung yang sudah dihaluskan, setelah itu tuangkan sedikit demi sedikit cairan yang telah dibuat tadi ke tongkol jagung yang telah dihaluskan sampai merata
- hentikan proses pemberian cairan ketika tongkol jagung dirasa cukup basah dan dapat dikepal
- selanjutnya taburkan serbuk anfush ke dalam olahan tongkol jagung yang sudah diberi cairan, lalu aduk hingga merata
- setelah tercampur, tutup pupuk kompos dan biarkan selama 30 hari
Tongkol jagung sebagai bahan utama, dipilih karena ketersediaannya yang melimpah dari hasil panen jagung. Tongkol jagung yang seringkali dianggap sebagai limbah pertanian dapat diubah menjadi sumber daya bernilai tinggi melalui proses pengomposan. Selain itu, penggunaan cairan EM4 (Effective Microorganisms 4) menambahkan manfaat bagi kompos yang dihasilkan. EM4 mengandung mikroorganisme yang bermanfaat untuk mempercepat dekomposisi materi organik dalam tongkol jagung dan meningkatkan kualitas pupuk kompos yang dihasilkan. Hal ini dapat meningkatkan kandungan nutrisi dan keefektifan pupuk tersebut saat digunakan pada tanaman. Dan tidak hanya itu, penambahan Anfush sebagai bahan tambahan juga menjadi faktor kunci dalam meningkatkan kualitas pupuk kompos. Anfush mengandung unsur-unsur mikro yang esensial bagi tanaman, sehingga meningkatkan efektivitas pupuk kompos dalam memberikan nutrisi pada tanaman.
Untuk mendukung proses ini, Mahasiswa KKN Tim I Rizka Natasya Maharani Mahasiswa Program Studi Rekayasa Perancangan Mekanik juga merancang mesin pencacah limbah jagung yang efisien. Alat ini dirancang untuk memudahkan proses penghancuran tongkol jagung menjadi ukuran yang lebih kecil, mempercepat proses dekomposisi, menghasilkan kompos yang lebih homogen dan meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga. Melalui inovasi yang diinisiasi oleh mahasiswa KKN, tidak hanya mengubah cara pandang petani terhadap limbah jagung, tetapi juga menyediakan solusi berkelanjutan yang meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan lingkungan. Limbah jagung, yang pernah dianggap sebagai beban, kini menjadi sumber daya yang menjanjikan. Dengan menggabungkan teknologi pencacahan yang efisien dengan formulasi bahan yang tepat, pengoptimalan tongkol jagung menjadi pupuk kompos dapat menjadi solusi yang berkelanjutan dan berdaya guna dalam mendukung pertanian modern yang ramah lingkungan serta meningkatkan produktivitas pertanian menyulap masalah menjadi peluang. Mahasiswa KKN tidak hanya meninggalkan jejak inovasi tetapi juga semangat baru bagi petani di Desa Jatilawang untuk menciptakan praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis.
Ditulis oleh Rizka Natasya Maharani - Mahasiswa Sekolah Vokasi, Program Studi Rekayasa Perancangan Mekanik, Universitas Diponegoro Semarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H