Mohon tunggu...
Rizka Muzdalifah
Rizka Muzdalifah Mohon Tunggu... Lainnya - Pendidikan Fisika Univeritas Indraprasta PGRI (UNINDRA)

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ Ada pada gengaman Allah SWT

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kau Sendiri yang Memilih

10 November 2024   07:27 Diperbarui: 10 November 2024   07:42 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Bismillah,

Dalam hidup ini kau akan dihadapkan dengan kejadian-kejadian yang tidak terdeteksi wahai diri.

Karena takdir telah usai dituliskan oleh-Nya. Tinta itu sudah kering.

Dalam perjalanannya hidup ini menorehkan hal manis dan juga pahit.Kedua hal tadi tak luput dari kehidupanmu. 

Wahai diri, akankah kau mengambil hikmah dan akhirnya berempati terhadap orang lain, atau malah kau jadikan itu sebagai bumerang yang pada akhirnya hal tersebut akan melukai dirimu sendiri.

Mungkin dalam hal manis hampir semua orang tidak kerepotan untuk menerimanya, bahkan hal itulah yang paling dinanti-nanti. Sebenarnya tidak semua hal manis itu baik jika pada akhirnya hal tersebut malah membuatmu jauh dari yang Maha Baik. Terkadang yang menurutmu baik belum menurut-Nya juga baik. 

Tetapi dalam hal pahit tidak semua orang bisa menerimanya, tidak semua orang dapat berlapang dada, dan tidak semua orang mengambil hikmah dari kejadian yang telah usai.

Dari kurangnya pengamatanku wahai diri, ada 2 jenis manusia dalam menerima kepahitan.

Yang pertama ada manusia yang menjadikan kepahitan itu sebagai ajang balas dendam. Dan dari luka-luka yang pernah ia alami, ia hanya menumpuknya dalam diri, tanpa mau mengambil hikmah dari kejadian itu, mungkin ia sendiri tak sadar jika perbuatan buruknya selama ini terhadap orang lain penyebab terbesarnya adalah luka-luka yang ada di dalam dirinya di masalalu yang tak mau ia relakan, ia obati dan ia ambil pelajaran. Akhirnya dari luka-luka itu berdampak pada sikapnya sehari-hari yang mana menjadi kebiasaan dan membentuk karakter baru pada dirinya. Dan yang menyedihkannya lagi, dia yang terluka orang lain yang ikut terkena imbasnya. Karena akibat ia tidak peduli sama dirinya sendiri. Membiarkan luka itu menggerogoti tingkah lakunya kepada keburukan. Bukankah itu tidak adil untuk orang lain yang terkena imbasnya?????. Padahal jika mau dipikirkan dia tidak sendiri karena hampir semua orang pernah terluka dan pernah trauma.

Yang kedua ada manusia yang menjadikan kesakitan itu ajang untuk bertumbuh dan berempati terhadap sesama. Ia tau semua yang terjadi pada dirinya sudah ada yang mengatur. Ia meraba dan merasakan dalam dirinya. Seperti ini ya sakitnya jika disakiti oleh orang lain. Ia pun berempati pada orang lain untuk tidak berbuat keburukan, jadi ia tidak ingin orang lain merasakan hal yang sama seperti dirinya. Dan yang lebih hebatnya lagi kebiasaan itu membentuk karakter baru yang berwarnakan kebaikan. Kesabarannya meluas empatinya tajam terhadap sesama dan akan banyak kebaikan yang akan tumbuh mewarnai hidupnya dan yang lebih dahsyat ia akan memperoleh balasan yang sempurna dari Rabb yang Maha Bijaksana. Inilah orang yang menjadikan kepahitan sebagai pelajaran hidup. Berusaha berlapang dada terhadap apa yang telah terjadi pada dirinya dan baiknya lagi diobati secara perlahan, walaupun hal tersebut tentu tidak mudah bagi siapapun. 

Dan pada akhirnya wahai diri, kau sendirilah yang memilih kehidupanmu. Kau mau menjadi orang yang peduli pada dirimu dengan cara melihat kedalam dirimu dan mengambil hikmah ataukah kau mau menjadi orang yang abai pada dirimu dan pada akhirnya kau sendiri yang akan menuai akibatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun