Industri kelapa sawit memiliki peran besar dalam ekonomi Indonesia, namun juga menghadapi masalah lingkungan dan sosial yang serius. Indonesia menargetkan untuk mencapai nol emisi karbon pada tahun 2060. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) adalah salah satu lembaga yang penting dalam membantu mencapai target tersebut.
Apa saja peran BPDPKS dalam Mendukung NZE ?
Hal ini berkaitan langsung dengan target Net Zero Emission, mengingat sektor kelapa sawit berpotensi menjadi sumber emisi GRK yang signifikan jika dikelola secara tidak bertanggung jawab. BPDPKS telah melakukan berbagai langkah, antara lain:
- Pengembangan Bahan Bakar Nabati (Biofuel): Salah satu kontribusi terbesar BPDPKS terhadap pengurangan emisi karbon adalah melalui dukungannya terhadap penggunaan biodiesel berbasis kelapa sawit. Program mandatori biodiesel yang diinisiasi pemerintah, seperti B30 (campuran 30% biodiesel dalam solar) yang berperan dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, sekaligus menekan emisi karbon di sektor energi.
- Pengelolaan Lahan yang Berkelanjutan: BPDPKS juga mendorong penggunaan lahan kelapa sawit yang sesuai dengan standar keberlanjutan seperti Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), yang memastikan bahwa perkebunan kelapa sawit dikelola dengan memperhatikan aspek lingkungan dan sosial. Pemantauan atas deforestasi dan konservasi hutan juga menjadi fokus BPDPKS dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
- Pengelolaan Limbah untuk Energi Terbarukan: BPDPKS mendukung inovasi dalam pemanfaatan limbah kelapa sawit, seperti biogas yang dihasilkan dari limbah pabrik kelapa sawit. Biogas ini dapat diolah menjadi energi terbarukan, yang tidak hanya mengurangi emisi tetapi juga memberikan nilai tambah ekonomi bagi perkebunan.
Kontribusi BPDPKS pada Penerimaan Negara
Selain berperan dalam penurunan emisi, BPDPKS juga memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan negara. Dana yang dikelola oleh BPDPKS berasal dari pungutan ekspor produk kelapa sawit, yang sebagian besar digunakan untuk mendukung program biodiesel dan penelitian untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit. Kontribusi BPDPKS pada penerimaan negara dapat dilihat dari beberapa aspek:
- Pendanaan Program Biodiesel: Program mandatori biodiesel yang dibiayai BPDPKS mengurangi impor bahan bakar fosil, yang berarti mengurangi defisit transaksi berjalan. Pada saat yang sama, program ini juga mendukung stabilitas harga kelapa sawit di pasar domestik, yang berdampak positif pada ekonomi nasional.
- Dukungan pada Inovasi dan Penelitian: BPDPKS mengalokasikan dana untuk mendukung penelitian terkait pengembangan kelapa sawit yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Penelitian ini diharapkan akan meningkatkan produktivitas perkebunan, sehingga mendorong peningkatan penerimaan negara melalui ekspor.
Ide Kreatif dan Solusi Aplikatif untuk Mendukung NZE (Net Zero Emission)
Untuk mencapai target NZE (Net Zero Emission) dan meningkatkan kontribusi pada penerimaan negara, BPDPKS perlu mengadopsi ide kreatif dan solusi aplikatif yang mendukung kelapa sawit berkelanjutan. Berikut beberapa ide yang bisa diimplementasikan:
- Pemanfaatan Teknologi Digital untuk Efisiensi: Implementasi teknologi digital seperti IoT (Internet of Things) dan Big Data dapat membantu memantau dan mengelola perkebunan kelapa sawit secara lebih efisien. Sensor dapat digunakan untuk memonitor kondisi tanah, cuaca, dan kebutuhan air, sehingga penggunaan sumber daya bisa lebih efisien dan emisi karbon dapat ditekan.
- Pengembangan Energi Terbarukan dari Limbah Sawit: Pengembangan energi terbarukan dari limbah sawit, seperti biochar atau pembangkit listrik tenaga biomassa dapat menjadi solusi praktis yang tidak hanya mengurangi emisi, tetapi juga menghasilkan energi tambahan yang dapat digunakan oleh masyarakat lokal. Hal ini dapat meningkatkan nilai ekonomi dari limbah sawit sekaligus berkontribusi pada target NZE.
- Kemitraan Internasional untuk Sertifikasi Global: BPDPKS bisa memperluas kerjasama internasional dalam hal sertifikasi global, seperti Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Ini akan meningkatkan akses pasar ekspor, yang berarti peningkatan penerimaan negara sekaligus mendorong kelapa sawit Indonesia berkelanjutan secara global.
Peningkatan Kesadaran dan Edukasi Petani Menjadi Masalah yang Serius
Salah satu tantangan besar adalah mengedukasi petani kelapa sawit kecil agar memahami pentingnya praktik berkelanjutan. BPDPKS dapat membuat program pelatihan berbasis komunitas yang melibatkan petani kecil untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga keberlanjutan lingkungan dan efisiensi produksi. Selain itu, penyediaan insentif bagi petani yang menerapkan praktik berkelanjutan dapat menjadi salah satu cara untuk mendorong perubahan perilaku. Penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan bisa menyebabkan deforestasi dan emisi yang lebih besar. Oleh karena itu, BPDPKS harus terus memperkuat upaya pelestarian hutan dan memastikan bahwa seluruh rantai produksi kelapa sawit mematuhi prinsip-prinsip keberlanjutan.
Di sisi lain, peluang juga terbuka lebar bagi BPDPKS untuk memanfaatkan kemajuan teknologi di bidang energi terbarukan dan pertanian. Pengembangan biodiesel generasi kedua, serta inovasi dalam pemanfaatan limbah sawit untuk energi dapat menjadi katalisator penting dalam mencapai target NZE dan meningkatkan kontribusi terhadap penerimaan negara. Kita mungkin kalah dalam perlombaan darurat iklim, tetapi ini adalah perlombaan yang bisa kita menangkan. Kita hanya perlu transisi yang cepat dan adil ke energi terbarukan untuk mencapai emisi nol bersih atau biasa disebut net zero emission.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H