Mohon tunggu...
Rizka Junanda
Rizka Junanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - writer

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Selanjutnya Apakah Kematianku?

21 November 2024   00:47 Diperbarui: 21 November 2024   01:09 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Badanku mendadak kaku. Mataku melotot dengan kaki dan tangan yang mendingin. Perasaan yang lebih besar dari rasa takut sempurna mengubur rasa mualku untuk sesaat. Dengan hati dan pikiran tak karuan, aku berlari keluar ruangan dan berteriak menyebut satu kata yang mewakili apa yang baru saja kulihat. 

Seonggok mayat dengan tubuh rusak yang terbuka di bagian dada hingga perut!. Oh, ayolah! Aku pergi dengan tujuan mengambil proposal kegiatan yang tadi siang tertinggal di ruang OSIS, bukan malah ingin melihat mayat sahabatku dengan organ yang telah hilang dan lubang mata kosong melompong penuh darah.

Tubuhku terhenti di depan satpam sekolah yang berjaga malam di depan gerbang. Dengan napas memburu dan wajah yang -aku yakin seratus persen- berwarna seperti manusia tanpa darah, oh yeah! Seperti mayat tadi maksutku, aku mencoba memberi tahu satpam dengan menarik lengannya sambil menunjuk ke dalam sekolah.

 Ia terlihat bingung dan berusaha menenangkanku dengan menanyakan perihal apa yang membuat aku berlari kesetanan dan hampir menangis di malam hari ini. Oh ralat! Aku sudah mengeluarkan air mata sejak berlari tadi.

 Dengan badan gemetar penuh keringat dingin, aku mulai mengucap kata mayat dan ruang OSIS dengan terbata. Aku tidak tahu bagaimana selanjutnya, yang aku sadari setelah itu adalah satpam yang bernama Setyo segera berlari ke dalam sekolah dengan mengajak satu temannya lagi, Anwar, yang tanpa aba-aba menyambar senter dari laci meja jaganya. Aku mengikuti dari belakang.

***

Pembunuhan berantai. Itulah kasus yang belakangan ini terjadi di sekolahku. Setelah malam di mana aku secara langsung menemukan mayat sahabatku, sekolah resmi diliburkan selama beberapa saat hingga kondisi kembali kondusif. 

Kasus itu tentu saja menimbulkan kegaduhan besar dan tidak menutup berbagai asumsi para siswa yang aku yakin, para guru pun diam-diam berasumsi dalam otak mereka masing-masing. 

Tidak ada satupun orang yang dapat dicurigai dalam kasus ini. Tidak denganku ataupun kedua satpam sore itu. Kami memiliki alibi kuat satu sama lain dan untungnya saling menguatkan. Sebenarnya sebelum mayat Maya, sahabatku yang terbunuh di ruang OSIS ini, juga ada dua kasus yang sama. 

Pertama, pembunuhan Jati di mana mayatnya ditemukan di tumpukan pembuangan sampah belakang sekolah dengan beberapa organ dalam yang telah raib. Jantung, hati, ginjal, dan sepasang matanya telah raib, sama seperti Maya. Kasus kedua, Angel. Mayat Angel ditemukan paling mengenaskan dengan organ hilang seperti Jati dan Maya, namun kepala, kaki, serta  tangannya terpisah dan tercecer di ruang musik. 

Semua itu terjadi di bulan yang sama. Satu bulan dengan tiga kasus pembunuhan tanpa ada seorang pun yang dapat dijadikan tersangka. Statusku? hanyalah seorang saksi dari salah satu kasus yang mirisnya, adalah kasus sahabatnya sendiri. Semoga statusku akan tetap seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun