Waktu makan siang hampir usai dan peserta lain mulai melangkah pasti saat saya kebingungan. Di tengah hari itu, memang ada tiga panel diskusi yang digelar di Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2018. Saya tahu siapa pembicara yang saya tuju, celakanya nama beliau tidak disebutkan oleh panitia, begitu juga ruangannya. Untunglah, saya memutuskan bertanya dengan nada paling manis dan panitia menunjuk kelas yang saya cari.
Pantas saja nama Murti Bunanta tak disebut berkali-kali oleh panitia. Ia punya tamu sendiri di ruang kelasnya, anak-anak balita hingga sekolah dasar yang sudah khidmat mendengarkan cerita ketika saya mencuri masuk. Di depan puluhan pasang mata para bocah, Eyang Murti--begitu ia menyebut dirinya--tengah mendongeng dengan suara lantang tapi berintonasi lembut.
Di tangannya, terdapat selembar kertas lipat berwarna kuning. Seluruh tubuhnya mendongeng, lalu tak lama jadilah bentuk penguin sesuai dengan cerita yang ia bawakan. Saya yang sudah setua ini saja langsung girang, apalagi tamu-tamu istimewanya.
"Apa pun di dekat kita bisa menjadi cerita, tidak perlu menunggu untuk menyampaikan kebaikan apalagi kepada anak-anak," kira-kira ini yang beliau katakan saat pembukaan acara BWCF 2018 di hari kedua. Kata-kata ini pula yang menjadikan saya bersikeras masuk dalam kelasnya, meski pemateri lain tak kalah menarik.
Sebagai bentuk perhatiannya terhadap cerita anak, Murti Bunanta mendirikan Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA). Organisasi ini sudah menyiapkan bekal bagi anak-anak selama 31 tahun melalui cerita anak. Tidak hanya itu, secara khusus Murti juga menggali berbagai kisah dari penjuru nusantara untuk dibukukan. Buku ini tentu saja ditujukan khusus untuk pembaca-pembaca kecilnya.
Eyang Murti berharap melalui workshop mendongeng pertama di ajang BWCF kali ini, semakin banyak orang dewasa yang mau mendongeng. Beliau meyakinkan, setiap orang bisa mendongeng, asal ada kemauan membawa hal-hal baik. Ia juga berpesan kegiatan mendongeng harus terus dibuat menarik dengan berbagai alat peraga, karena dengan cara itu anak-anak akan memusatkan perhatian. Lalu pada akhirnya, akan mengembangkan imajinasi dan kreativitas mereka di kemudian hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H