Mohon tunggu...
rizkaita
rizkaita Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca, penulis, dan kawan seperjalanan

Mari berbicara lewat barisan kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Satay Kato Yogyakarta, Pilihan Baru Makanan Pedas yang Menggoda

22 Maret 2018   19:40 Diperbarui: 22 Maret 2018   20:43 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada tenda baru yang mengisi jajaran warung-warung maan di sepanjang Jl. Kaliurang daerah kampus UGM Yogyakarta. Tenda yang didominasi dengan warna merah dan tulisan Satay Kato berukuran besar di depannya ini tepatnya berdiri di depan Fakultas Farmasi UGM sejak pukul 17.00. 

Saya yang cukup lama kecewa karena belum bisa mencicipi makanan ini ketika pulang ke rumah, kini tak lagi harus iri dengan postingan teman-teman yang sudah berulangkali makan sate ayam ini. Iya, Satay Kato memang bukan makanan yang benar-benar baru, karena di Yogyakarta saja adalah cabang ke-16. Di Jabodetabek makanan ini memang sudah lebih dulu dikenal dan selalu ramai pembeli.

Berkali-kali melewati warung ini, saya pikir selera orang Jogja berbeda dengan daerah awal makanan ini booming. Karena jarang sekali saya mendapati antrean mengular layaknya sebuah tempat makan yang digandrungi. Usut punya usut, ternyata sang pemilik sudah membuka pemesanan melalui WhatsApp setiap hari sebelum warung buka. Jadi pukul 11.00 hingga 16.00 pembeli bisa terlebih dahulu memesan kemudian diantar oleh pihak warung, menggunakan jasa pengiriman ojek online, atau dijemput sendiri oleh si pembeli. Sungguh solusi ini memberikan kemudahan bagi pembeli seperti saya yang tidak sabaran menunggu tapi mau harga makanan tidak berubah karena tidak harus melalui pihak ketiga.

Satu porsi Satay Kato Yogyakarta yang berisi 10 tusuk dibanderol dengan harga Rp 18.000, untuk seporsi nasi putihnya diberi harga Rp 4.000, dan es teh seharga Rp 3.500. Tapi berkat bertanya sebelum memesan, saya mendapat harga yang lebih terjangkau untuk ketiganya yang disatukan dalam sebuah paket seharga Rp 20.000. Sebagai mantan mahasiswa yang kantongnya masih belum bisa move on, tentu saja Satay Kato jadi punya tempat di hati saya dan teman-teman. Iya, kali pertama saya mencicipi makanan ini memang atas ajakan seorang guru menulis dan 8 teman saya yang lebih sering bertemu di dunia maya.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Satay Kato ini disajikan dengan bumbu yang lebih sederhana dari Sate Madura atau Sate Padang. Sekilas mirip Taichan, tapi ternyata berebeda. Jika sate taichan umunya tidak dilumuri bumbu saat proses pembakaran sehingga benar-benar mengandalkan rasa sambal, Satay Kato teteap dilumuri bumbu bakar sederhana yang meresap sampai dagingnya. Jadi pada penyajiannya pun, tidak ada jeruk nipis dan penyedap rasa di piring pelanggan. Oh iya, bagian tubuh ayam yang digunakan dalam Satay Kato ini adalah bagian paha bukan bagian dada. Jadi ketika dimakan, seratnya lebih lembut dan tidak terselip di sela-sela gigi.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Satu tips dari saya jika kamu tidak kuat pedas tapi ingin makan malam dengan Satay Kato, mintalah sambal untuk disajikan terpisah. Karena beberapa teman saya megap-megap setelah makan yang dilumuri sambal merah merekah di atasnya. Toh, dagingnya juga memang sudah berbumbu. Tapi si sambal matang yang warnaya menggoda ini adalah penambah rasa bukan hanya pedas saja. 

Ada rasa asin, gurih dan sedikit manis di dalamnya jadi dicocol-cocol sedikit juga bukan masalah besar. Untuk si penggila pedas, kamu bisa menambah porsi sambalnya saja, karena sambal Satay Kato ini nggahanya pas disandingkan dengan satenya saja, dengan nasi hangat pun bisa menambah selera makan. Pun karena rasa pedasnya berasal dari cabai, setelah selesai makan dan seteguk es teh rasa terbakar di lidah ikut lenyap. Saya nggatau sih kalo yang terbakar hati.

Kalau kamu takut kesulitan menemukan warung Satay Kato meskipun sudah ada petunjuk saya di awal, silakan berkendara pelan-pelan di depan Fakultas Farmasi. Jika dari arah perempatan mBarek, beloklah ke arah selatan atau ke arah Grha Sabha Permana (GSP). Warung Satay Kato ada di sebelah kanan jalan. Di depan warung, biasanya sang penjual bersemangat mengajak pembeli untuk mampir. Warung yang seperti itu hanya satu di sepanjang Jl. Kaliurang. Kalau takut kehabisan atau sering gakpunya teman makan seperti saya pesan saja terlebih dahulu. Info pemesanannya ada di Instagram mereka, @sataykato.yogyakarta. Selamat mencoba dan menjelajah rasa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun