Diskusi merupakan tukar tambah pikiran dalam ruang publik yang eksistensinya telah dijamin dan dilindungi oleh Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Dalam suatu diskusi, sudah menjadi hal yang sangat biasa apabila silogisme dilemparkan dalam wacana publik. Hal tersebut juga menjadi hal yang biasa dalam suatu penelitian -Â penelitian ilmiah. Maka, dalam suatu penelitian sering terjadi novelty atau pembaharuan - pembaharuan kajian.
Silogisme, merupakan bentuk cara berfikir apel dengan apel, kalimat komprefensif. apabila dipotong kalimat satu dengan lainnya, maka kalimat selanjut atau sebelumnya sudah tentu batal.
Kita tau bahwa silogisme adalah suatu argumentasi deduktif yang terdiri dari dua premis dan satu kesimpulan. Silogisme adalah setiap penyimpulan tidak langsung, yang dari dua proposisi (premis-premis) disimpulkan suatu proposisi baru (kesimpulan).
Premis yang pertama disebut premis umum (premis mayor) dan premis yang kedua disebut premis khusus (premis minor). Kesimpulan itu berhubungan erat sekali dengan premis-premis yang ada. Jika premis-premisnya benar maka kesimpulannya juga benar.
sebagai contoh, Apabila saya masuk fakultas ilmu hukum, maka saya akan belajar pengantar hukum indonesia.
contoh yang lain, Jika saya minum saat puasa, maka puasa saya batal.
Narasi ini sudah biasa dalam tataran akademis. Contoh yang saya lontarkan adalah bentuk dari silogisme. Kesimpulannya adalah saya tidak akan belajar pengantar hukum indonesia apabila saya tidak masuk fakultas hukum dan/atau saya tidak akan batal puasanya apabila saya tidak minum saat puasa.
Contoh lain dari jenis silogisme adalah silogisme hipotesis dimana silogisme ini tidak semua didapatkan dan dipelajari oleh masyakrakat. Dapat dikatakan silogisme ini harus dilewati dalam proses berfikir dan memahami. Artinyam Silogisme hipotesis adalah silogisme yang premis mayornya berupa keputusan hipotesis dan premis minornya merupakan pernyataan kategoris.
Contoh silogisme hipotesis,
1. Jika hari ini tidak hujan, saya akan ke rumah paman (premis mayor)
2. Hari ini tidak hujan (premis minor)
3. Maka, saya akan kerumah paman (kesimpulan).
Contoh lain,
1. Jika fiksi adalah untuk mengaktifkan imajinasi, kitab suci itu fiksi (premis mayor)
2. Kitab suci mengaktifkan imajinasi (menuju thelos / surga / menuntun kita untuk berbuat sesuai tuntunan kitab suci) (premis minor)
3. Maka, kitab suci adalah fiksi (kesimpulan)