Mohon tunggu...
RIZKA HUSNU MAULANA
RIZKA HUSNU MAULANA Mohon Tunggu... Aktor - dosen

Pencari kebenaran yang haus ilmu..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Haji Formalitas vs Haji Berkualitas

3 Juni 2024   09:58 Diperbarui: 3 Juni 2024   10:25 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ibadah haji merupakan rukun islam kelima yang wajib dilaksanakan bagi seluruh umat muslim dengan syarat istitha'ah. Ada alasan mengapa haji di tempatkan sebagai rukun kelima, salah satu diantaranya adalah haji merupakan ibadah paling berat dan sulit untuk dilaksanakan, terutama bagi umat muslim di luar domisili Kerajaan Arab Saudi. 

Contohnya umat muslim dari Indonesia, setiap tahunnya Indonesia mendapatkan kuota haji sebanyak 241.000 orang yang terdiri dari jamaah haji reguler, jamaah haji khusus dan para petugas penyelenggara haji yang jumlahnya ribuan. Antusiasme masyarakat indonesia untuk berhaji, menyebabkan antrian haji yang begitu panjang, rata-rata sekitar 20 tahunan, bahkan di beberapa kota/kabupaten, antrian haji mencapai 30-40 tahun. Hal ini menyebabkan ibadah haji seperti barang mewah dan antik, punya uang belum tentu bisa berangkat karena kuota yang sangat terbatas.

Sebagian orang menganggap haji adalah sebuah gengsi, sebagian lagi menganggap haji sebagai ibadah wajib yang harus dilakukan dengan sepenuh hati dan jiwa. Melaksanakan ibadah haji tanpa panggilan jiwa menyebabkan haji kering dari hikmah, haji tak berdampak pada kehidupan, hingga sering disebut haji mardud atau kita sebut haji formalitas, haji yang berhaji hanya karena ingin dipanggil "Pak haji, Bu Haji", dia marah kalau orang tidak memanggil namanya tanpa embel-embel haji. 

Lawannya haji mardud adalah haji mabrur yang di idam-idamkan banyak orang, karena tiada balasan haji mabrur kecuali surganya Allah SWT. Satu dekade melayani jamaah haji dan umroh, membuat kami sadar, menyaksikan berbagai perilaku jamaah haji berbede-beda, beda latar belakang pendidikan, beda latar belakang ekonomi dan sosial. 

Kemabruran haji merupakan proses berkesinambungan, bukan sesaat ketika pelaksanaan haji, atau setelah pelaksanaan haji. Haji mabrur selain harus benar secara fikih ibadahnya, juga harus lurus dan benar dalam niat di hati ketika pelaksanaannya maupun setelahnya.

Besarnya jumlah jamaah haji dan yang telah berangkat haji maupun umroh setiap tahunnya, seharusnya mampu meningkatkan kualitas moral umat islam secara keseluruhan. Jamaah haji merupakan agent of change, agen-agen perubahan di daerahnya masing-masing. Agen perubahan perilaku, moral dan akhlak di komunitasnya.

 Agen perubahan sosial di komunitasnya. Berhaji seharusnya membekas dalam hati perilaku sehari-hari. Seperti yang disabdakan Rasulullah saw, haji babrur adalah berkata baik dan berbagi terhadap sesama. Jika ada jamaah haji yang masih berkata kasar, arogan, ngamukan, marah dan provokatif, patut dipertanyakan kemabrurannya, kecuali yang bersangkutan segera sadar dan istigfar memohon ampun pada Allah swt atas perilakunya.

Jika ada jamaah haji yang tidak peka secara sosial, membiarkan tetangga, kawan, saudaranya dalam kelaparan, maka patut dipertanyakan kemabruran hajinya. Jamaah haji harus menjadi garda terdepan untuk menjadi pelopor dalam sedekah, karena sejatinya harta itu bisa di bawa mati, yaitu harta yang dibelanjakan di jalan Allah SWT.

 Harta yang digunakan untuk berhaji, termasuk tektek bengek, pernak pernik asesoris perhajian, dalam kajian hikmah haji, itu termasuk bagian dari ibadah haji, dan terhitung sebagai pahala di sisi-Nya. Haji mabrur Allah beri balasan surga, dengan segala proses yang tidak mudah, dari mulai pendaftaran menunggu keberangkatan hingga puluhan tahun, di tahun berangkat disibukkan dengan berbagai proses ibadah haji, maka pantas hadiahnya surga, jika prosesnya mudah, mungkin hadiahnya hanya payung atau kulkas hehe..

                                                   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun