Istilah kelekatan untuk pertama kalinya dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby. Ia menekankan pentingnya kelekatan pada tahun pertama kehidupan, dan juga pentingnya responsivitas pengasuh. Bowlby (dalam Santrock, 2007) percaya bahwa baik bayi dan pengasuh primer mereka secara biologis sudah terdisposisi untuk membentuk kelekatan. Bowlby mengungkapkan bahwa kelekatan merupakan gestur dan sinyal yang meningkatkan dan mempertahankan tingkah laku ketertarikan/ kedekatan dengan pengasuhnya. Menurut Bowlby, kelekatan memiliki nilai keberlangsungan hidup yang bukan hanya fisik. Bowlby meyakini bahwa kelekatan memberikan "keterhubungan psikologis yang abadi di antara sesama manusia". Ia juga meyakini bahwa ikatan-ikatan paling awal yang terbentuk antara anak-anak dengan orang-orang yang mengasuh mereka berdampak pada pembentukan hubungan yang berlanjut sepanjang hidup (Upton, 2012).Â
Menurut Jhon Bowlby, pioner yang mencetuskan istilah kelekatan (attachment) dalam perkembangan anak pada tahun 1940-an menjelaskan bahwa kelekatan adalah kehangatan, keintiman, dan hubungan yang berkelanjutan antara ibu dan anak, dan hubungan tersebut memunculkan kepuasan dan kebahagiaan (Centre for Parenting & Research, 2006; Malekpour, 2007). Orangtua khususnya ibu berperan sebagai figur sentral dalam proses perkembangan anak.
Anak yang memperoleh kelekatan yang aman (secure attachment) memiliki pertumbuhan dan kematangan otak yang lebih baik, sedangkan anak yang mengalami kelekatan yang tidak aman (insecure attachment) cenderung mengalami psikopatologi.
    Menurut John bowlby, pentingnya attachment dalam tahun pertama kehidupan bayi adalah karena bayi dan ibunya secara naluriah memiliki keinginan untuk membentuk suatu attachmen. Secara biologis, bayi yang baru lahir diberi kelengkapan untuk memperoleh attachment dengan ibunya. bayi menangis, menempel, merengek, dan tersenyum. kemudian bayi merangkak, berjalan perlahan lahan, dan mengikuti ibunya. Semua tingkah laku ini adalah mempertahankan ibu selalu dekag dengannya. pada waktu yang sama, ternyata ibu juga memiliki rasa attachment dengan bayinya. ketika perasaan attachment dengan bayi itu muncul, ibu akan terlihat suka mengajak bayinya berbicara atau bercanda, menenangkannya, mengayun ayunkan, serta berusaha memenuhi kebutuhan bayi dengan sebaik baiknya.Â
   Menurut Ainsworth (1969) attacment adalah ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang bersifat spesifik, mengikat mereka dalam suatu attachment yang bersifat kekal sepanjang waktu. Attachment merupakan suatu hubungan yang didukung oleh tingkah laku lekat (attachment behavior) yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut (Durkin,1995). Attachment merupakan suatu ikatan emosional yang kuat dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kwhidupannya, biasanya orang tua (Mc cartney dan Dearing, 2002).
    Berdasarkan beberapa definisi attachmen diatas dapat disimpulkan bawa attachment adalah suatu hubungan emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan indivudu lainnya yang mempunyai arti khusu, dalam hal. ini biasanya hubungan ditunjukan pada ibu atau pengasuhnya. Hubungan yangdibina bersifat timbal balik, bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak.Â
     Namun Ainsworth melakukan observasi dan penelitian sehingga membagi attachment kedalam tiga bentuk. Menurut Ainsworth, blehar, waters, and wall (1978) pola-pola attachment antara anak dan orang tua terbagi atas tiga pola antara lain secure attachment, anxious attachment dan avoidant attachment.
   setiap individu mempunyainkelekatan yang berbeda beda, menurut Mary Ainsworth terdapat tiga variasi gaya kelekatan yaitu pola kelekatan aman, pola kelekatan cemas, dan pola kelekatan menghindar.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H