"Munafik!"
"Aku ingin berdua tanpa dirinya."
"Tidak bisakah ia tidak menjadi sumber masalahnya?!"
Bahkan cermin persegi itu kurang besar untuk dirinya. Diri bukan sumber masalahnya, namun dia. Tak ingin tahu
menahu kesalahanya, seonggok masalah terlimpah pada jiwa lemah, sungguh miris dirinya. Dulu topengnya sangat tebal, diri bahkan
tak menyadari kepalsuan indah itu. Ia tutup mata, bahkan telinga, masalah kepercayaan yang terganggu. Tak ada yang bisa kupercaya
sekarang, semuanya penuh 'Kepalsuan.'
Aparat yang di banggakan, mulut demi mulut tentang aparat yang sungguh keparat. Aku tak membencinya hanya tak
menyukainya. Selalu turut campur dalam diriku, memprovokasi diri untuk terlihat semakin jelek di hadapannya. Andai saja aku bisa
merobek lembar demi lembar kebajingan dirinya, akankah masih di banggakan 'Aparat' bertopeng itu.
Lelaki yang penuh senyum Pepsodent terkadang menyimpan sayatan tajam tusuk oden. Hingga wanitanya, pergi kesana