Relevansi Pemikiran Emile Durkheim
Disiplin Sosiologi telah berkembang sangat luar biasa di berbagai belahan dunia, terutama di Eropa timur dan Asia timur. Kedua wilayah ini 25 tahun lalu mengalami hegemoni dari rezim politik yang tidak memungkinkan perkembangan ilmu social khususnya Sosiologi.
Dalam konteks perkembangan global yang semakin cepat, Sosiologi menghadapi sebuah kondisi yang disebut “new world of global complexities”. Munculnya berbagai analisis dan perspektif baru dalam sosiologi merespon dinamika global tidak menegaskan perspektif sosiologi klasik seperti yang diruntis oleh Durkheim, Max Weber, George Simmel, maupun Karl Marx.
Desakan untuk penyegaran Sosiologi yang terjadi pada abad ke 21 merupakan upaya untuk merumuskan pertanyaan dasar modernitas yang terus mendesak imajinasi sosiologis. Penyegaran ini menjadi sebuah kritik sekaligus refleksi dari sebuah landasan ilmu sosiologi. Posisi Durkheim dan para Sosiolog klasik lainnya dalam diskursus sosiologi kontemporer tetap tidak memarjinalkan pengaruh dan relevansi pemikiran Durkheim. Setidaknya jika mengacu kepada berbagai gagasan yang diperkenalkan para Durkhemian dalam karya-karya akademisnya.
Pemikiran Durkheim dan konteks Sosiologi Pendidikan Perancis yang sangat dinamis dan memerlukan penafsiran sangat intensif. Posisi Durkheim dalam peta Sosiologi Perancis adalah realitas yang tidak terbantahkan. Durkheim dan sosiologi Perancis adalah dua sisi mata uang yang saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Sosiologi Perancis selalu identic dengan Durkheim. Legasi Durkheim dalam sosiologi Perancis. Namun, Durkheim tetap mendapatkan kritik dalam analisis dan pemikirannya. Durkheim harus disegarkan dalam perkembangan masyarakat yang sangat cepat.
Durkheim dengan karya-karya akademiknya sejak berkarir di Bordeaux hingga puncak karirnya di Paris telah memberikan inspirasi kepada mahasiswa-mahasiswanya yang tersebar di berbagai kelas untuk menyerukan kehadiran sosiologis. Durkheim memberikan legasi penting dengan memberikan semangat kepada mahasiswa-mahasiswanya dalam mendalami sosiologi. Di Perancis, ditengah pergolakan teori sosiologi yang sangat masif, sosiolog-sosiolog yang merupakan murid ideologis dari Durkheim mampu memberikan spektrum sosiologi Perancis kususnya dalam studi sosiologi Pendidikan.
Pelembagaan Sosiologi
Durkheim berkontribusi penting dalam melembagakan sosiologi sebagai disiplin ilmu yang mandiri dan otonom. Mempelajari Durkheim relevan dalam perkembangan ilmu social kontemporer khususnya sosiologi. Sosiologi terpisah dari ilmu psikologi (Borlandi&Muccielli, 1995; Berthelot, 1995).
Sosiolog tidak mungkin mempelajari dirinya tanpa melihat konteks sejarah dan peran Durkheim dalam pergulatan akademik dan intelektualnya. Semua disiplin sosiologi tumbuh subur dalam tradisi Sosiologi di Perancis. Muncul berbagai kajian baru melalui publikasi jurnal, buku, riset yang semakin memperkaya Sosiologi Perancis. Kajian baru tersebut seperti Sosiologi Agama, Sosiologi Hukum, SosiologiPoliti, Sosiologi perkotaan dan lain sebagainya. Studi baru seperti sosiologi arsitektur, sosiologi Seni dan masih banyak lagi studi barupun muncul dan berkembang. Ibarat supermarket, semua studi dan kajian sosiologi ada dan dibahas dalam ruang Sosiologi Perancis.
- Perkembangan dan Proyeksi Agama
Kontribusi Durkheim dalam menjelaskan agama sangat relevan dalan kondisi kontemporer. Penjelasannya tentang agama mampu membawa analisis pada masalah-masalah agama yang dihadapi masyarakat saat ini. Strenski (2005) menyebutnya dengan “the problem of religion”, masalah agama terjadi karena masyarakat barat berusaha berpikir lebih kritis terhadap upaya memutuskan kebenaran dari berbagai pendekatan dalam studi agama.
Durkheim dalam tesisnya menjelaskan bahwa agama bersifa eksternal, impersonal dan public. Agama dalam pandangan Durkheim bersifat pribadi yang berasal dari masyarakat. Kehidupsn beragama murni sosiologis. Perkembangan terjadi dalam studi sosiologi yang melahirkan kajian tentang sosiologi agama yang menjawab berbagai pertanyaan, seperti kekuatan social yang menguasai penganut agama. Kekuatan tersebut adalah produk langsung dari sentiment kolektif. Sentiment tersebut memiliki banyak materiilnya, kondisi-kondisi eksistensi kolektif.