Mohon tunggu...
Rizka Alfi
Rizka Alfi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Hobi saya membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Air Mata Desa

30 Desember 2024   12:20 Diperbarui: 30 Desember 2024   12:18 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa yang terletak di salah satu kecamatan Kerek yakni desa Temayang tepat pada hari minggu 15 Desember 2024. Hujan turun deras sejak sore hari pukul 16.00.Di desa ini memiliki kesetaran tanah yang berbeda dan ada 3 tanggul atau jembatan besar di pertengahan desa yang menghubungkan warga desa Temayang.Karena di ujung barat memiliki dataran rendah sedangkan desa yang berada di ujung timur tepatnya itu memiliki dataran tinggi karena berada pada atas tanggul.

Jembatan yang berada pada ujung selatan sempat roboh karena banjir besar kala itu yang menghabiskan banyak kerugian termasuk peliharaan warga yaitu sapi hewan ternak warga yang ikut terbawa arus banjir.Ada pula, seorang kakek tua yang meninggal ketika banjir datang tak ada seorang warga pun yang tau termasuk keluargannya karena sibuk  dan kebingungan.Setelah air mulai surut baru mengetahui bahwa salah seorang keluargannya ada  yang meninggal,Tino seorang bapak muda atau anak dari kakek tua yang meninggal tadi menjerit dan menangis dengan tersedu-sedu,salah seorang tetanngannya menghampiri dan bertanya”Ini kenapa kok bisa-bisannya meninggal mendadak dan tidak ada orang pun yang tau?” Pak Tino menjawab”Bapak saya ini memang memiliki riwayat jantung,dan kemungkinan besar beliau kaget karena adannya petir dan badai yang datang saat hujan berlangsung”setelah itu,semua warga sekitar ikut membantu dan mengurus pemakamannya.Ke esokan harinnya bupati Tuban Aditya Halindra pun terjun langsung ke tempat kejadian dan memberikan bantuan berupa sembako,selimut,tikar,baju serta dana untuk membangun kembali  tanggul yang rusak itu.

Selang beberapa tahun kemudian hujan turun dengan amat deras selama 3 jam lamannya. Warga desa yang biasannya sedang menikmati waktu istirahat setelah beraktivitas seharian mereka mulai merasakan ketegangan di udara yang semakin dingin dan disertai mendung.Sungai atau biasannya warga sekitar menyebutkan dengan sebutan tanggul yang biasannya kering saat musim kemarau datang, kini meluap seketika hujan deras datang.Air hujan yang sebelumnyan jernih kini berubah menjadi keruh dan mengalir begitu deras hingga meluap ke desa.Teguh, seorang bapak muda sedang sibuk menemui tamu yang berdatangan ke rumahnya karena ada acara pernikahan adiknya yang digelar tepat didepan rumah.

Diono seorang bapak muda yang berkata“Banjir!!Banjir!!Air tanggul mulai meluap dan mengalir ke desa!! diharapkan untuk antisipasi pada warga sekitar”.Teriak Diono seorang bapak muda yang datang dan melihat situasi tanggul saat itu.namun tak ada warga satupun yang langsung bergegas untuk segera mempersiapkan dan membendung depan rumah mereka masing-masing.Namun, kekhawatiran nampak sangat jelas diwajah bapak Teguh karena takut banjir itu segera datang dan belum sempat menyelamatkan barang-barang yang ada seperti meja,kursi maupun hidangan yang ada dimeja.Parsi berkata “bunyikan saja kentongan itu agar warga yang lain mendengar”.Seketika Waji membunyikan kentongan itu,Dan  salah seorang warga  sekitar mendengar suara itu dengan wajah murung karena suara kentongan tersebut bunyi menandakan bahwa ada bencana tiba.Suara itu juga sebagai simbol untuk memanggil warga sekitar agar keluar rumah dan mencari tahu ada apa.

Setelah warga sekitar mendengarkan suara kentongan tadi banyak warga yang keluar rumah dan melihat kejadian itu.Melihat air yang perlahan datang dari ujung timur menuju ke tempat acara rumah bapak Teguh.Sejenak,matanya tertuju pada arah timur dan merasa kebingunan.Tanpa berfikir Panjang,Amat seorang pemuda itu ikut serta membantu untuk mengangkat batu-batu besar untuk membendung depan rumah bapak Teguh dan disusul warga lainnya ikut mengamankan meja,kursi  ataupun hidangan yang ada di depan rumah bapak Teguh.hatinya berdegup begitu kencang,takut air akan semakin banyak yang masuk kedalam rumah karena ada sebagian air yang sudah masuk dalam teras.Warga sekitar mulai resah,berlarian ke sana ke mari,berusaha mengamankan depan rumah yang memungkinkan air masuk kedalam.Namun,ada juga yang bergerak tenang,segera bergegas membantu tanpa bicara.

Malam pun semakin larut,dan hujan tak kunjung reda.Air semakin deras,rumah-rumah yang menjorok kedalam dan lebih tinggi jalan raya memungkinkan air masuk kedalam.Namun,ditengah kepanikan,Teguh merasa ada sesuatu yang berbeda.Meskipun sebagian air sudah masuk kedalam rumah,dia melihat tetangganya yang tidak pernah akrab pada warga sekitar,kini ikut serta bergotong royong membantu masyarakat yang ikut serta membendung depan rumah yang memungkinkan kemasukan air.Mereka semua saling membantu meskipun sebelumnya jarang berbicara.

Pagi harinya, hujan itu sudah reda dan mulai surut akan tetapi air dari mata airpun ikut surut dikarenakan adannya banjir malam itu,mungkin pipa dari sana itu tersumbat entah dedaunan ataupun ranting-ranting yang terbawa arus sehingga air tidak bisa berjalan.Teguh merasa lega karena tidak ada kerugian sama sekali, dan dia melihat betapa kuatnya semangat gotong royong di antara sesama. Di tengah kesulitan, mereka saling membantu dan itulah yang membuatnya merasa bahwa hidup ini lebih bermakna dari pada mementingkan ego sendiri.

Banjir yang datang mungkin merusak sebagian jalan raya dan ada salah seorang kambing warga yang ikut terbawa arus,tetapi juga mengajarkan mereka arti kebersamaan, bahwa di balik musibah maupun bencana ada kesempatan untuk tumbuh dan saling menguatkan satu sama lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun