Mohon tunggu...
rizka vitasari
rizka vitasari Mohon Tunggu... -

sedang menunutut ilmu d Universitas Sebelas Maret PGSD'09

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perlunya Inovasi Pembelajaran

29 Desember 2010   04:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:15 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dengan kegiatan belajar mengajar konvensional pasti siswa akan merasa bosan. Proses pembelajaran selalu terpusat pada guru. Kegiatan belajar mengajar dirasakan monoton oleh siswa. Guru perlu mengadakaninovasi pembelajaran. Salah satunya dengan menggunakan pembelajaran berbasiskemampuan otak. Otak adalah organ yang paling vital bagi tubuh manusia. Para ahli membagi otak menjadi belahan kanan dan belahan kiri. Belahan kanan otak berfungsi holistik sedangkan belahan kiri berfungsi analitik. Otak memerlukan stimulasi yang optimal dan juga agar berkembang optimal.

Selain itu dapat juga dengan menginovasi teori pembelajaran seperti teori behaviorisme, teori kognitivisme, teori konstruktivisme, dan teori humanistic. Siswa dalam teori behaviorisme dianggap telah belajar apabila dapat menunjukan perubahan dalam perilakunya. Namun sebaliknya teori kognitif lebih mengutamakan kemampuan intelektual tetapi aspek moral tidak diperhatikan. Apabila teori ini diterapkan sepenuhnya maka lulusan pendidikan mempunyai moral yang kurang.

Teori konstruktivisme lebih mementingkan pada pembelajaran dari realitas lapangan. Guru bukanlah satu-satunya sumber informasi tetapi guru memberikan motivasi dan fasilitas untuk siswa. Fasilitas tersebut dapat berupa media pembelajaran dan pertanyaan. Sebenarnya semua teori baik asalkan para guru dapat memadukan keunggulan setiap teori dan menginovasinya. Keuntungannya siswa akan senang belajar dan bereksperimen.

Dari sekian banyak siswa, masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang berpikir kritis dan kreatif, ada yang menjadi problem solver, ada pula yang diam karena tidak berani menyampaikan pendapat. Dengan keadaan siswa yang sedemikian beragam, maka guru perlu memperbaharui strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Siswa yang diam akan mulai berpikir kritis dan siswa yang kritis, kreatif, dan problem solver semakin meningkat cara berpikirnya. Orang tua dan guru sebaiknya sabar, tidak membantah dalam menghadapi anak kritis. Berpikir kritis erat kaitannya dengan fungsi otak.

Dengan keutamaan otak sebagaipusat yang mengatur segala aktivitas tubuh manusia dalam perkembangannya otak memerlukan lingkungan yang kondusif. Peran nutrisi juga penting sebagai zat yang membangun otak. Nutrisi tersebut antara lain karbohidrat, protein, vitamin, dan lemak. Paling baik jika mampu setiap hari makan makanan empat sehat lima sempurna. Siswa akan semakin giat belajar karena otaknya fresh dan selalu semangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun