Mohon tunggu...
rizka vitasari
rizka vitasari Mohon Tunggu... -

sedang menunutut ilmu d Universitas Sebelas Maret PGSD'09

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Setiap Otak Ternyata Unik

26 Desember 2010   05:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:23 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia lahir memiliki otak yang unik, bahkan dari orang yang kembar identik pun struktur otaknya berbeda. Rata-rata berat otak manusia dewasa sebesar 1,361 kilogram. Dengan perbedaan struktur otak tersebut tidak mungkin antara satu orang dengan yang lain akan memilki kesamaan dalam berbagai macam hal salah satunya gaya belajar. Hal tersebut malah akan menimbulkan hal yang buruk bagi kelangsungan hidup. Sebaiknya individu saling menghormati dan menghargai perbedaan dan keunikan struktur otak serta gaya belajar.

Otak manusia memiliki gaya belajar yang kompleks yang lebih instruksif daripada masalah mempertimbangkan gaya pembelajaran individual. Cara atau gaya belajar individu akan mempengaruhi struktur dasar otaknya. Ada penelitian yang mendefinisikan variasi cara belajar individu. Gerald Edelman, Ph.D. (1992) mengatakan bahwa mengaktifkan bagian-bagian yang berbeda dari otak dapat mengaktifkan bagian otak lainnya secara otomatis. Hal tersebut membuktikan apabila otak belahan kiri diaktifkan maka otak belahan kanan akan aktif secara otimatis.

Guru perlu memahami dan melakukan berbagai pendekatan guna mencukupi kebutuhan otak. Melalui otak sebelah kiri anak dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, matematika, dan analisa. Dengan otak belahan kanan anak mampu mengembangkan kreativitasnya. Bagi sebagian siswa pendekatan gaya pembelajaran akan mengembangkan keberhasilannya di sekolah namun untuk sebagian siswa lain akan mengakibatkan kemunduran.

Melalui pendekatan pengelompokan para siswa tidak menyelesaikan masalah belajar. Guru cenderung sibuk memilih anggota-anggota kelompok daripada kerangka pembelajaran itu sendiri. Sebaiknya guru memberikan variasi-variasi gaya belajar untuk membantu pembelajar lebih fleksibel. Guru menyiapkan dan membimbing anak untuk belajar secara efektif dan efisien dalam gaya belajar yang anak sukai.

Dengan keadaan otak yang unik dan berkembang apabila diasah dan diberi stimuli maka otak harus benar-benar dijaga dan diperkaya. Otak manusia dapat mempertahankan dan menumbuhkan koneksi-koneksi neural baru dengan stimuli walaupun manusia tersebut telah dewasa. Hal ini berarti semua anak dapat meningkatkan kemampuan intellegensianya menggunakan pengayaan yang sesuai.

Pengayaan lingkungan yang baik dan meningkatkan syaraf-syaraf otak berkomunikasi baik dengan yang lain. Sejalan dengan guru yang semakin memvariasikan pengayaan lingkungan otak pun memvariasikan cara tumbuh dan berkembangnya. Pada tahun 1985, Joseph Altman, Ph.D. mengklaim bahwa otak manusia bukan hanya dapat menumbuhkan dendrite yang lebih baik, tetapi juga menumbuhkan sel-sel baru (neurogenesis). Walaupun setiap hari individu dapat kehilangan sel-sel otak, namun tak perlu takut karena sel-sel baru dapat tumbuh di lingkungan yang subur.

Tumbuhnya sel-sel baru tentunya diiringi pemberian stimulus yang baru dan menantang. Selain itu stimulus juga harus koheren dan bermakna karena apabila tidak ada artinya maka pembelajar akan menolak stimulus tersebut. Belajar harusnya dilakukan sepanjang waktu untuk mengoptimalkan fungsi stimulus yang diberikan. Stimulus yang menantang akan menimbulkan umpan balik. Semakin kosisten, spesifik, on time, dan terkontrol maka umpan baliknya akan semakin baik. Umpan balik yang paling efektif dan efisien adalah yang bersifat spesifik dan langsung.

Otak mengandalkan proses berpikir dengan struktur dan sel otak yang banyak agar lebih efektif yang terikat stimulasi menjadi satu simultan. Apabila anak diberikan suatu umpan balik yang berkualitas baik maka anak tersebut akan menerima dan menyatukannya ke dalam kualitas hubungan yang lebih baik. Untuk itu guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang multisensory dengan keterlibatan anak dan aktivitas dalam belajar. Dengan demikian anak akan senang belajar dan mengeksplorasi serta menginovasi hal sesuai dengan keinginan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun