Apa itu beauty privilege? Secara umum, keistimewaan kecantikan atau beauty privilege adalah salah satu bentuk diskriminasi yang sering terjadi di berbagai aspek kehidupan, kepada orang-orang dengan penampilan lebih menarik.
Mereka dianggap lebih menguntungkan untuk bidang-bidang tertentu dibanding orang lain karena penampilannya yang dianggap lebih cantik. Meski beberapa orang memang memiliki inner beauty-nya masing-masing, namun keistimewaan akan hal ini menjadi salah satu bentuk diskriminatif yang paling sering terjadi di lingkungan sosial.
Contoh beauty privilege yang paling sering ditemui adalah, orang yang dianggap menarik cenderung mendapat perlakuan lebih baik dan dihargai dalam konteks pekerjaan, serta seringkali dipandang lebih positif secara umum.
Namun, hak istimewa ini juga dapat membawa tekanan tersendiri, terutama bagi mereka yang merasa perlu untuk selalu menjaga penampilan dan memenuhi standar kecantikan yang ditetapkan oleh masyarakat.
Dalam praktiknya, keistimewaan seperti ini tidaklah seimbang dan seringkali berdampak pada orang yang tidak dianggap menarik. Sebab, orang yang dianggap kurang sesuai dengan standar kecantikan yang ditetapkan oleh masyarakat seringkali mengalami penolakan, dikucilkan, dan parahnya diskriminati.
Kondisi yang membuat mereka mungkin mengalami kesulitan dalam menemukan pekerjaan atau mendapat perlakuan yang sama dengan orang yang dianggap cantik.
Menurut beberapa peneliti, beauty privilege is real (nyata). Ini bahkan dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan sosial dan ekonomi seseorang.
Sebuah jurnal beauty privilege yang dilakukan oleh Daniel Hamermesh dan Jeff Biddle menunjukkan bahwa orang dengan visual memukau cenderung mendapat penghasilan yang lebih tinggi, memperoleh banyak kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, dan mendapat perlakuan yang lebih baik dalam interaksi sosial dibandingkan dengan orang yang dianggap kurang menarik.
Selain itu, keistimewaan ini juga mempengaruhi hubungan percintaan, di mana orang yang dianggap cantik cenderung lebih banyak mendapatkan pasangan dan memiliki hubungan yang lebih stabil dan bahagia.
Namun, kondisi ini juga mempengaruhi tekanan yang dirasakan oleh orang yang dianggap cantik untuk selalu menjaga penampilan dan memenuhi standar kecantikan yang sangat sempit dan tidak realistis.
Sejalan dengan hal itu, penelitian tentang The effects of attractiveness on employment decisions oleh Langlois, Ritter, Roggman, dan Vaughn (1991), menunjukkan bahwa orang yang dianggap lebih menarik secara fisik memiliki peluang kerja yang lebih baik dan menerima penilaian yang lebih positif dalam proses seleksi karyawan.