[caption id="attachment_356581" align="aligncenter" width="333" caption="Ilustrasi (Kompasiana/Shutterstock)"][/caption]
Sepintas dua kepribadian ini terlihat sama, yakni “sama-sama memiliki keinginan besar yang ingin digapai”. Namun tentunya cara yang dilakukan sangatlah terlihat berbeda. Saya melukiskannya sebagai “Si Kura-kura” dan “Si Kalajengking” atau “Si Melankolis-Plegmatis” dan “Si Koleris Sejati”
Kepribadian ulet dan tekun memandang hidup ini sebagai suatu perlombaan yang harus dilakukan, mau tak mau risikonya. Kepribadian ini mempunyai mimpi besar, sekalipun itu berpeluang kecil untuk terealisasi. Namun dengan percaya diri, kepribadian ini akan berkata di hadapan orang-orang bahwa dia akan menggapai mimpi besarnya. Dan biasanya perkataannya memang akan terbukti kebenarannya. “Orang lain hanya bisa berbicara dan bermimpi. Namun bagi saya, itulah adalah suatu perlombaan lari maraton yang memungkinkan saya jatuh bangun dan nafas terengah-engah untuk sampai ke garis finish.” Begitulah sudut pandang seorang “Ulet dan Tekun”.
Seorang ibu dengan kepribadian ini akan yakin bahwa anaknya akan hidup berbeda 180° dengan masa kanak-kanaknya. Bila dulu si nenek menjerumuskan si ibu ke dalam jurang kemiskinan, penuh tekanan dan tanggung jawab, maka si ibu akan berjanji pada dirinya sendiri agar anaknya kelak tidak bernasib sama seperti dirinya. Seusai menikah, suaminya menceraikannya dan tak menafkahinya sama sekali, maka itu bukanlah suatu penghalang terbesar baginya untuk memulai hidupnya dari nol. Si ibu akan bekerja mati-matian tidak peduli siang malam agar anaknya dapat hidup berkecukupan, bahkan mungkin lebih. Dan ucapannya itu terwujud, walaupaun 8 tahun telah berlalu. Ya, nothing is impossible bagi kepribadian ini.
Lain kepribadian, lain lagi sudut pandang hidupnya. Kepribadian Ambisius memandang hidup ini sebagai perlombaan lari maraton yang memungkinkannya untuk berpikir cerdas bagaimana caranya agar bisa tiba di garis finish terlebih dahulu. Meski mungkin ia harus berpura-pura menyuruh temannya berisitirahat dan ia mulai berlari meninggalkannya. Atau mulai menambah kecepatannya bila ada peserta lain yang mencoba mendahuluinya. Ia begitu serius. Menyukai tantangan besar dan memikirkan bagaimana caranya menaklukan tantangannya itu.
Kepribadian ini identik dengan kata “ kerja keras”, “kerja cerdas”, “waspada”, “tidak tergesa-gesa”. Kepribadian ini memiliki dorongan besar untuk selalu mencatat kemajuan dirinya dan orang lain sebagai musuh yang harus diwaspadai. Dia akan merasa dongkol sekali dikalahkan oleh adik kelasnya dalam sebuah kompetisi menyanyi di sekolah, meski terkadang tak menunjukkannya secara langsung. Seorang ibu dengan kepribadian ini yang merasa masa kanak-kanaknya tidak menguntungkan dan selalu hidup kekurangan, akan bekerja keras, bekerja cerdas dan waspada terhadap apa saja yang menjadi penghalang terbesarnya. Dia akan berusaha meningkatkan kualitas dirinya, mulai dari kecantikan wajah, kecerdasan otak, hingga keterampilan hidup sehari-hari yang wajib dikuasainya. Setelah semua itu tergapai, maka dia dengan percaya diri akan mendekati pangeran impiannya yang kaya raya dan bisa membahagiakan kehidupannya dan anak mereka kelak. Ibu ini begitu sportif, dia mengenal kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya, kemudian berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangannya itu untuk memuaskan standar hidupnya yang tinggi. Lalu, dalam sekejap, terwujudlah keinginannya bersuamikan pangeran kaya raya dan dihormati rakyatnya.
1.Masa Kanak-kanak
Masa kanak-kanak orang dengan kepribadian Ulet dan Tekun dilukiskan mirip dengan tumbuh kembang anak berprestasi, yakni anak yang menyenangkan, ramah, dan senang menarik perhatian orang lain. Bila seusai sekolah, teman-temannya memilih untuk pergi bermain, mungkin si anak dengan kepribadian ini akan buru-buru pulang ke rumah, mengerjakan PRnya, baru menyusul teman-temannya di lapangan yang sedang bermain bola. Ia sadar penuh bahwa hak dan kewajiban harus dilakukan secara imbang.
Sedangkan masa kanak-kanak orang dengan kepribadian Ambisius dikenal sebagai anak yang agresif, pantang menyerah, dan terlihat tegas melebihi usianya. Hatinya mungkin dongkol karena ibunya lebih mempedulikan adiknya yang masih balita. Ia akan mencari cara untuk menghibur dirinya sendiri. Mungkin menonton film kartun kesayangannya atau membantu ayahnya yang sedang memperbaiki kulkas. Ia tanpa sungkan akan mencerca siapa saja yang ramai sendiri sewaktu guru menerangkan pelajaran di kelas. Gadis dengan kepribadian ini tanpa sungkan akan menegur seorang siswi yang ketahuan berbohong tentang kekayaan keluarganya. Ia mungkin bukanlah anak yang pintar di kelas. Dia paham betul hal itu dan mulai mendekati siswa pintar di kelasnya, yang sekiranya bisa dimanfaatkannya untuk meraih gelar juara 10 besar di kelas. Ia akan bertindak sebagai figur pelindung yang akan selalu melindungi “aset berharganya” itu dari bully-an teman-temannya, dengan imbalan “aset berharganya” itu memberi contekan padanya sewaktu ulangan. Walhasil, dia mendapatkan masuk 10 besar di kelasnya.
2.Masa Remaja
Memasuki masa remaja, ada dua macam perkembangan emosi yang terjadi pada kepribadian yang ulet dan tekun. Pertama, mungkin ia akan tumbuh menjadi anak nakal demi mencari perhatian dari orang tua dan guru-gurunya. Atau bisa saja dia akan sangat patuh pada peraturan-peraturan yang diterapkan di sekolah dan rumah. Dia adalah pertengahan antara sifat baik dan buruk. Ia sadar akan tanggung jawab pribadi dan kepentingan bersama. Ia akan berdandan secantik mungkin saat ia terpilih mewakili kelasnya sebagai kartini-kartini muda di sekolah, meskipun sebenarnya kecantikannya itu ditujukan untuk senior yang diincarnya di sekolah tersebut.
Ia mungkin terlihat sibuk bercengkrama dengan guru kelasnya dibanding mengobrol dengan sesama temannya yang dirasanya hanya sia-sia dan tidak bermanfaat. Ia begitu rajin akan tugas-tugasnya dan tetap berprestasi cemerlang di luar akademiknya. Ia memiliki banyak teman dari berbagai kalangan, mulai dari si cupu, si kuper, si badung, si primadona, si gaul, si pendiam, si cerewet dan banyak lagi. Mereka menyeganinya, sekalipun ia tidak suka terlalu membuka diri dengan mereka. Pertemanan itu hanya dianggap sebagai formalitas belaka. Ia memandang bahwa pergaulan yang luas akan membuatnya lebih mudah membentuk relasi-relasi baru yang bertahan lama untuk bekal kesuksesan dia ke depannya.
Sedangkan tumbuh kembang anak ambisius ditandai dengan sifatnya yang tidak suka mengalah. Kalaupun mengalah, pasti memiliki maksud dibalik semua itu. Sifatnya yang paling menonjol adalah keras dan tegas terhadap apapun di sekelilingnya. Sering memenangkan perlombaan sains tingkat nasional, membuatnya juga sering mengupload foto-foto piagamnya di akun media sosialnya. Terlibat dalam suatu kegiatan bakti sosial tertentu yang berstandar tinggi, ia akan mengganti foto profilnya yang sedang berdiri bersama ibu walikota. Kepribadian ambisius ini begitu bangga akan prestasi-prestasi yang berhasil diraihnya berkat kerja keras dan kerja cerdasnya. Ya, ia memiliki standar tinggi terhadap apapun yang ingin diraihnya di dunia ini. Jika si “ulet dan tekun” berkata suatu hari saya akan pergi ke Perancis, maka si “ambisius” berkata tepat hari Sabtu, tanggal 3 Januari 2015, saya akan berfoto di bawah menara Eiffel. Bagi kepribadian ini, ada 7 hari dalam seminggu dan “suatu hari” itu tidak termasuk di dalamnya. Ia akan berusaha keras mencapai target-target yang diinginkannya dengan tepat waktu. Bila ia berkata, “Saya akan menjadi mawapres tahun ini!” Maka tahun itu juga dunia kampus akan membicarakannya sebagai mahasiswa berprestasi yang memiliki segudang keunggulan sehingga membuatnya menang di kompetisi tersebut.
3.Masa Dewasa
Memasuki usia dewasa, si “ulet dan tekun” akan cenderung tertarik kepada lawan jenisnya yang memberi perhatian khusus padanya. Mantan-mantan yang menjalin hubungan dengannya, rata-rata adalah manusia dewasa yang punya cara berpikir matang, terencana, sistematis, sadar akan tujuan hidup, dan bertanggung jawab. Bila anda seorang pemalas dan hobi bersenang-senang, jatuh cinta pada kepribadian ini, maka jangan harap untuk bisa berkencan dengannya. Kepribadian ini begitu selektif memilih teman hidupnya sehingga tak mudah didekati oleh kalangan tertentu. Ia jatuh cinta pada teman SMAnya selama 3 tahun. Namun teman SMA-nya ternyata cenderung lebih kekanak-kanakan dibanding dirinya, ia akan berpikir dua kali untuk mendekatinya. Ia terus menanti temannya itu berubah meski 6 tahun telah berlalu. Ternyata temannya belum menunjukkan perubahannya, maka otomatis ia akan menghapus kenangan bersama temannya itu dan lebih memilih pilihan orang tuanya yang dinilai lebih dewasa dan mampu menjaga dirinya. Ia dikenal sebagai sosok pekerja keras yang ramah. Ia berkeyakinan akan sukses di bidang “X”. Tak peduli apapun profesinya, seberapa besar kesulitannya, ia akan tetap menjalaninya dengan senang hati. Dan 10 tahun kemudian, impian besarnya itu terwujud.
Sedangkan si “ambisius’ cenderung tertarik pada mereka yang sama-sama berasal dari golongan “kuat” namun bukan musuh besar baginya. Ia semakin produkti akan usaha-usahanya. Ia akan lebih bersifat hati-hati dan mulai skeptis terhadap pujian yang diberikan kepadanya. Karena ia mengganggap bahwa mereka adalah kompetitor-kompetitor yang berkemungkinan membahayakan posisinya. Namun terlepas dari itu semua, negatif tidaklah selalu melekat pada tipe ini. Negatif muncul jika tipe ini terlalu berlebih-lebihan meninggikan dirinya. Sikap positif yang patut dicontoh adalah sikapnya yang pekerja keras, dan senantiasa memperbaiki kualitas diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H