Mohon tunggu...
Islah R. Nusa
Islah R. Nusa Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Siswi SMAN 1 Padalarang

14 Januari 2003

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Melawan Self Diagnose

26 Februari 2020   21:01 Diperbarui: 26 Februari 2020   21:07 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mental Health (Kesehatan Mental) adalah suatu bentuk ketiadaannya sebuah penyakit mental.  Kesehataan mental sangatlah penting bagi setiap orang, karena kesehatan mental mempengaruhi hidup kita secara keseluruhan. Jika mental state kita sangatlah sehat, hidup kita akan terasa berwarna dan menyenangkan. 

Tetapi, jika kita memiliki sebuah mental illness (penyakti mental), kita akan merasa bahwa semua yang kita lakukan itu tidak ada maknannya, bahkan jika sudah parah akan beranggapan bahwa hidup itu tidak ada artinya. Tentu saja kondisi  tersebut sangat mengkhawatirkan, tetapi bagaimana kalau sang penderita adalah seorang yang self diagnose?

Memang benar, apa yang dirasakan mungkin sama dengan beberapa mental illness ( contohnya adalah depresi, kecemasan berlebih, paranoid, dan lain-lain) tetapi apakah perlu mengumbarnya di sosial media hanya untuk beberapa likes? Sebenarnya seseorang yang benar-benar menderita mentall illness akan tetap diam dan tidak akan mengumbarnya, karena mereka mungkin takut jika mereka membicarakan topik ini malah akan menambahkan beban pikiran mereka yang sudah sangat banyak. 

Kecuali sang penderita memiliki alasan dibalik mereka menceritakan penyakit mereka (seperti untuk memotivasi, meringankan beban dengan berbicara, dan membantu orang lain dengan penyakit mental yang sama), tetapi kebanyakan orang yang berkata bahwa mereka adalah seorang 'penderita'  malah mengumbarnya dengan sengaja agar mendapatkan perhatian dari orang sekitar mereka dan menjadikannya alasan ketika mereka melakukan suatu tindakan yang buruk.

Contohnya bagaimana seorang teman yang menjauhi kita tiba-tiba datang dan berkata "maaf ya, aku agak bipolar akhir-akhir ini". Apakah mereka benar-benar bipolar? Atau malah karena mereka memang sedang bosan dengan kita, jadi mereka mencari teman yang lebih mernarik dan kembali kepada kita ketika mereka selesai? Hal tersebut sangat salah untuk dilakukan, karena jika ada seseorang yang terkena bipolar namanya akan tercoreng karena dianggap semua orang yang menderita bipolar adalah orang yang tidak loyal. Banyak perilaku orang yang self diagnose yang merugikn dan malah menciptakan sebuah stigma tentang orang-orang penderita mental illness.

Padahal hal terakhir yang paling dibutuhkan bagi mereka adalah masalah dan atensi. Mereka semua hanya ingin hidup dengan tenang dan orang yang benar-benar peduli, bukan orang yang hanya ingin mendengar ceritanya dan menyebarluaskan sebagai topik pembicaraan antar teman.  Mungkin tidak semua yang self diagnose berperilaku seperti itu. 

Tolong, jika kalian merasa seperti semua yang ada di hidup kalian tidak berarti dan kalian selalu merasa sedih tanpa sebab yang jelas, hubungi seorang ahli dan bukannya malah mengambil 'Tes Depresi Online'. Mulailah tata hidup kalian satu-persatu, dimulai dengan pola tidur, pola makan, beribadah, dan lingkungan dimana kalian berada. Dengan begitu, kita akan bisa dengan mudah melangkah menuju masa depan yang cerah tanpa harus pusing memikirkan hal yang tidak relevant.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun