Mohon tunggu...
rizcha nur
rizcha nur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Menulis telah menjadi hobi saya sejak saya SMP. Saya mengisi waktu luang dengan menulis jurnal kegiatan, mencatat materi-materi sekolah yang sudah diterangkan oleh guru di sekolah, dan menulis karangan seperti quotes.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

BEM FISIP UNAIR Dibekukan dan Pertanyaan Tentang Etika Opini

4 Desember 2024   15:41 Diperbarui: 4 Desember 2024   15:53 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Belakangan ini, pembekuan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP Universitas Airlangga menjadi sorotan publik setelah pernyataan kritik mereka dalam rangka memberikan ucapan selamat untuk pelantikan presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober 2024. Isu ini menggugah pertanyaan penting: di mana batas antara kritik yang konstruktif dan hinaan tidak pantas yang berpotensi merusak dialog publik?

Kritik yang konstruktif bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan sesuatu. Ini sering disertai dengan saran konkret untuk perbaikan. Kritik yang baik disampaikan dengan cara yang sopan dan menghormati, menjaga dialog yang sehat. Ini menciptakan ruang untuk diskusi yang produktif. Hinaan menyerang karakter atau integritas seseorang, misalnya, dengan menyebut nama atau menggunakan kata-kata kasar. Hinaan sering kali disampaikan dengan emosi yang kuat dan dapat menciptakan ketegangan, menghalangi komunikasi yang sehat.

Dalam konteks ini, penting untuk membedakan antara kritik yang bertujuan membangun dan hinaan yang bersifat merendahkan. Ketika BEM menyampaikan pendapatnya, apakah mereka sekadar menyuarakan ketidakpuasan atau telah melewati batas dengan menyerang secara personal?

Dapat kita lihat, Pernyataan yang dikeluarkan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP Universitas Airlangga, yang mencakup ungkapan seperti "selamat atas dilantiknya jenderal bengis pelanggar HAM dan profesor IPK 2,3" serta frasa-frasa keras seperti "lahir dari rahim haram konstitusi" dan "bajingan penghancur demokrasi," menunjukkan bahwa kritik mereka telah melewati batas yang seharusnya ada dalam dialog publik. Meskipun tujuan dari sebuah kritik adalah untuk mendorong perbaikan, penggunaan bahasa yang menghina dan menyerang pribadi justru merusak kredibilitas argumen yang ingin disampaikan.

Lebih jauh lagi, pernyataan tersebut berpotensi mengancam stabilitas dan keharmonisan dalam masyarakat. Sebagai mahasiswa, BEM FISIP Universitas Airlangga seharusnya menyadari bahwa mereka tidak hanya mewakili suara mereka sendiri, tetapi juga suara rekan-rekan mahasiswa dan masyarakat luas. Dengan kata-kata yang demikian kasar, mereka tidak hanya merusak reputasi diri mereka sendiri tetapi juga mempengaruhi citra mahasiswa sebagai agen perubahan yang konstruktif dan cerdas.

Pembekuan BEM FISIP ini bukan hanya tindakan administratif yang bersifat teknis; lebih dari itu, tindakan ini menciptakan suasana ketakutan dan ketidakpastian di kalangan mahasiswa, yang seharusnya menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Kita harus mempertimbangkan apakah langkah ini akan membuat mahasiswa berpikir dua kali sebelum menyampaikan pendapat mereka, sehingga menghalangi mereka untuk berpartisipasi dalam diskusi publik, atau justru akan memicu lebih banyak protes dan ketidakpuasan, yang berpotensi menghasilkan gerakan mahasiswa yang lebih besar.

Mahasiswa seharusnya berfungsi sebagai suara kritis dalam masyarakat, mendorong perubahan dan akuntabilitas di semua tingkat pemerintahan. Kritik yang baik seharusnya mengedepankan fakta dan analisis yang tajam, disertai dengan saran konkret untuk perbaikan. Jika BEM FISIP ingin mendorong perubahan, mereka seharusnya menggunakan pendekatan yang lebih sopan dan argumentatif, sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik, dan bukannya menciptakan jarak antara mereka dengan pihak yang mereka kritik. Sebuah kritik yang konstruktif seharusnya membangun, bukan menghancurkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun