Saya guru di SMPN 2 Padang, karena tuntutan mengajar 24 jam, saya menambah jam di SMP Pertiwi 1 Padang yang kebetulan terletak persis dibelakang sekolah kami. SMP Pertiwi adalah sekolah swasta yang dikelola oleh yayasan Pemko Kota Padang. pertama kali mengajar wakil kesiswaan mengatakan bahwa ada siswa istimewa di kelas 8.3 kelas yang akan saya masuki. Ketika saya bertanya lebih lanjut, wakil kesiswaan hanya tersenyum dan berkata ibuk mendapat kehormatan mengenalnya.
Saya dag dig dug juga seperti apa anak istimewa yang akan saya temui? apakah siswa yang nakal sekali? apakah siswa yang pintar sekali? apakah siswa yang tampan atau cantik sekali? apakah siswa tersebut artis atau siswa bertalenta?
Tidak ada yang istemewa mula-mula yang saya temui, saya mulai mengabsensi, sampai pada Devan, dia tersenyum dan menjawab dia hadir dengan suara yang telo (tidak terartikulasi dengan baik). Saya pandang wajahnya tidak ada yang istemewa, saya ajukan beberapa pertanyaan sederhana, di jawabnya dengan telo (bahasa Padang, yang menyatakan anak tersebut tidak bisa berbicara normal) dan tidak nyambung dengan apa yang saya tanyakan. Dan Devan ini benar-benar menyita perhatian karena dia sangat "antusias belajar"
Ketika selesai mengajar saya jumpai wakil kesiswaan dan bilang bahwa Devan benar-benar istimewa. sejak hari itu perhatian saya 80% untuk devan selama mengajar. memang tidak adil untuk siswa lain, tapi saya tidak mungkin mengabaikan Devan, dengan antusiasnya dia menjawab 3 + 2 itu sama dengan 5 dan menghitung dengan tangannya. yah devan adalah siswa dengan kebutuhan khusus.
Saya pernah bertanya bagaimana bisa dia tamat SD? bagaimana bisa dia sekolah di sekolah biasa? ternyata Devan dulunya adalah siswa biasa, dia mengalami demam tinggi ketika kelas 7 SMP, untung nyawanya bisa selamat tapi sejak itu dia mengalami kemunduran intelektualnya. Dan guru-guru tidak ada yang tega untuk mengeluarkannya dari sekolah, kami semua sayang Devan.
Devan kadang-kadang mengganggu jalannya pembelajaran, tapi kami guru-guru tidak ada yang emosi atau marah, cara membujuk Devan juga mudah, minta tolong saja padanya membelikan permen ke kantin sekolah, berikan uang seribu rupiah, dia akan mendapatkan 6 buah permen, lalu minta tolong padanya menghabiskan, dengan alasan gigi ibuk lagi sakit. maka dengan senang hati dia akan duduk di luar kelas menghabiskan 6 buah permen tersebut. yang biasanya akan habis dalam waktu 1 jam... kadang-kadang dia datang dengan 5 permen, tinggal bilang permennya kurang, maka dia kan balik ke kantin, sibuk menghitung permen apakah sudah 6 atau belum xixixixix dan kelas akan berjalan normal lagi.
kadang-kadang teman-temannya mengganggu Devan, maka dia akan mengamuk, kalau hal ini terjadi agak susah juga menenangkannya, cara efektif menghentikannya adalah dengan memarahi siswa yang mengganggunya di depan Devan. Dia akan merasa dibela dan disayang.
Sejak saat itu saya lebih respect pada guru-guru SLB, sungguh berat tugas mereka. Mereka tidak hanya mengajar satu siswa istimewa tapi bisa sampai seratus siswa istimewa...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H