Mohon tunggu...
Riza Seitra
Riza Seitra Mohon Tunggu... wiraswasta -

Indigenous Indonesian who love to meet and blend with many people... ever tried to think and act like a politician, and thx I failed....hahaha.. A politician never match with me. And right now I start to be a netizen...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teman Lama, Prospek dan Hutang

28 September 2011   03:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:33 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada beberapa bentuk teman lama. Yang pertama teman lama murni, bentuk ini datang  tanpa maksud apapun. Bentuk inilah yang paling saya suka. Bagi saya bertemu teman lama merupakan kegembiraan yang tidak bisa digambarkan apalagi jika dia datang membawa kabar kesuksesannya.

Bentuk yang kedua adalah teman lama yang datang sambil membawa misi. Pada tahun-tahun menjamurnya MLM, ada beberapa teman SMP saya yang datang ke rumah. Layaknya saudara jauh yang baru bertemu, pastilah semua hal kita bicarakan. Mulai dari yang bersifat remeh sampai ke hal-hal rumit di kampus masing-masing. Di penghujung pembicaraan ternyata silaturahmi ini membawa misi tersendiri. Misi yang sebetulnya saya anggap sia-sia terutama bila ditujukan ke saya, yaitu misi prospek MLM.

Bukan tidak senang dengan praktek bisnis semacam ini, tetapi saya terlanjur menganggap diri ini sebagai pribadi yang agung, yang tidak bisa diganggu cuma dengan hal yang sia-sia. Kedatangan teman saya ini pastilah tidak sia-sia, tetapi maksudnya itu yang saya anggap sia-sia. Sia-sia karena saya pasti tidak akan ikut prospeknya. Bukan benci, tapi lebih ke masalah biaya pendaftaran yang tidak masuk akal bagi saya yang sedang kuliah saat itu. Keputusan saya itu pasti membawa dampak kekecewaan tersendiri bagi sang teman. Kecewa karena teman yang dianggap bisa diharapkan ternyata malah menolak.

Yang terakhir adalah kombinasi teman lama yang datang cuma untuk berhutang. Bentuk ketiga ini yang baru saja kurasakan. Sedikit kaget karena yang dianggap sebagai pihak yang mampu ini cuma sebagai pihak yang pura-pura mampu karena tak tega. Dihadapkan dengan peminta hutang pasti kita mempunyai kewenangan memberi atau tidak. Lebih mudah jika si peminta itu tidak kita kenal tapi ketika si peminta itu teman baik, keputusan itu menjadi sulit. Perasaan tak tega inilah yang membuat sulit padahal saya tidak benar-benar mampu. Makanya ketika ada pihak yang meminta hutang pasti akan saya beri meskipun jumlahnya tidak banyak. Setidaknya si hutang telah mempertemukan saya dengan sang teman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun