“Gemuk itu bukan masalah kok!”, itu kataku kepada seorang teman. “Gemuk itu cuma sexy yang tertunda”, lanjutku. Mendengar jawabanku, dia pun tertawa. Ya, karena memang bagiku gemuk atau kurus itu bukan masalah. Jangankan itu, sakit pun sudah saya saya anggap biasa. Sesehat-sehatnya orang pasti dia akan jatuh sakit juga, cuma kadarnya yang membedakan. Tapi bagi teman saya itu, gemuk dianggap masalah. Yaa..Kebetulan dia memang bertubuh gempal. “Kamu sih gak pernah gemuk, jadi belum tahu rasanya”, dia berkata seperti itu. Itu benar, karena saya memang belum pernah jadi gemuk. Tetapi ternyata apa yang menjadi masalah bagi teman saya itu malah menjadi sesuatu yang saya tunggu-tunggu. Dua puluh enam tahun menunggu dan saya belum menjadi gemuk. Lantas apa itu menjadi masalah buat saya, tidak sama sekali. Menjadi gemuk lebih seperti menunggu kedatangan tamu jauh, bahagia ketika dia datang tapi juga tak sedih ketika dia berhalangan. Kebiasaan tidak menjadikan segala sesuatu sebagai masalah, itulah yang sedang kubangun sekarang. Harapannya sih tidak muluk-muluk, cuma agar tidak terkena sakit saja. Jikalau diberikan sakit semoga sakit yang berkadar dan berbiaya rendah. Alhasil, saya senang-senang saja ketika mendapati diri saya masih kurus. Dan untuk teman saya tadi, saya juga menyarankan hal yang sama, menganggap segala sesuatu biasa saja. Karena yang kurus statusnya cuma menunggu untuk gemuk dan yang gemuk cuma menunggu untuk kurus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H