Mohon tunggu...
Rizky Amelia
Rizky Amelia Mohon Tunggu... -

a daughter, a sister, a friend, a lover. part time journo, full time dreamer. lives in Jakarta. soon in Europe. life observer. loves writing, swimming, diving, photography, traveling, cooking. does not take life too seriously. laughs her life

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menangis Semalam di Negeri Orang

13 September 2013   15:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:57 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13790612401373055824

Maret 2012, kali pertama saya bertualang ke negeri orang. Sendiri menjelajah dua negara: Malaysia dan Thailand. Perjalanan solo ini meninggalkan pengalaman yang tak terlupakan: tersasar. Rute liburan dengan budget terbatas ini adalah Kuala Lumpur - Hatyai - Krabi-Ao nang- Krabi - Hatyai - Penang - Kuala Lumpur. Perjalanan sampai Ao nang seorang diri bisa saya lalui dengan mudah. Tapi petualangan yang sesungguhnya baru akan saya alami saat meninggalkan Ao nang menuju Penang. Saat itu, saya baru selesai mengikuti tur keliling kepulauan Phi Phi. Sebelum menuju ke terminal, saya mampir dulu ke Seven Eleven yang letaknya persis di depan bungalow tempat saya tinggal. Saya membeli minuman paling murah. Sejenis jus rasa stroberi bercampur jeli. Untuk mencapai terminal saya harus menunggu angkot putih pemerintah. Lumayan lama menunggu angkutan umum ini. Hampir satu jam. Padahal di halte tertulis si angkot muncul setiap 15 belas menit sekali. Si angkot putih akhirnya tiba. Saya melambai-lambaikan tangan dan langsung loncat ke bagian belakang mobil. Bentuk angkot di sini persis  seperti bemo di Jakarta. Pintu untuk naik ke angkot ada di belakang dan angkot sama sekali nggak berjendela. Saya penumpang pertama di angkot itu. Di beberapa gang, si abang angkot ngetem menunggu penumpang. Tapi nggak ada satupun yang mau naik angkot. Si abang mungkin kesepian duduk di depan sendirian. Saya pun ditawarkan untuk duduk di kursi depan. Lumayan, di bagian depan ini ber-AC. Adem banget sementara cuaca di luar panasnya minta ampun. Ajaibnya, setelah saya pindah ke depan, satu persatu penumpang mulai mengisi kursi belakang. Tak sampai penuh , tapi lumayan untuk pemasukan si abang. Sepanjang jalan, si abang ngajak saya ngobrol pakai Bahasa Thailand. Hayaaah, lagi-lagi dikira orang Thailand. Saya jelaskan kalau saya dari Indonesia. Saya bilang ke abang kalau saya mau ke terminal bus, mau ngejar bus ke Hatyai. Si abang tak mengerti maksud saya. Dia malah menyodorkan saya kamus Inggris-Thailand. Dan saya menunjuka dua kata: bus dan station. Syukurlah si abang akhirnya mengerti. Dia besikukuh mengajak saya mengobrol. Sementara saya kelelahan, lemas dan ingin tidur. Setiap kali si abang tanya dalam bahasa Thailand, saya jawab dalam Bahasa Inggris. Entah dia tanya apa. Pokoknya saya meladeni dan merespon dia. Ao nang ke Terminal bus di Krabi luar biasa jauh.mSekitar satu setengah jam. Tapi cukup seru, karena pemandangan sepanjang jalan itu cantik. Di kota Krabi, walaupun terlihat sepi dibandingkan Ao nang, tapi pepohonan hijau di mana-mana. Sungguh menyegarkan mata yang dari tadi terserang kantuk. Akhirnya kami tiba di terminal. Baah, terminal macam apa ini? Kok busnya cuma sedikit. Kayaknya bis-bisnya sudah pada berangkat menunju kota lainnya. Saya siapkan uang 60 Bath dan siap-siap keluar angkot. Tapi tak diizinkan. Si abang ngoceh dalam bahasa Thailand yang kira-kira artinya: tunggu di sini saya tanyakan bis ke Hatyai masih ada atau enggak. So sweet. Si abang turun dari angkotnya dan masuk menyusuri loket dan bertanya soal bis ke Hatyai. Dia kembali. Ngomong dalam bahasa Thailand yang lagi-lagi saya tebak artinya adalah: Nggak ada bis ke Hatyai. Saya tadinya mau turun dan menunggu di terminal. Nggak apa-apa deh nunggu di terminal. Memang itu niat saya. Kalau bis malam ini nggak ada, saya akan tunggu bis pagi menuju Hatyai. Tapi pintunya dikunci sama si abang. Saya mulai parno. Jangan-jangan si abang punya niat buruk. Si Abang yang di terminal dapat banyak penumpang nyalain mesin dan mulai menjalankan mobilnya. Saya bilang saya mau turun di terminal. Tapi si abang jawab dalam bahasa Thailand yang nggak saya mengerti. Di perempatan jalan, lumayan jauh dari terminal. Saya diturunkan. Abang juga turun sambil membuat arahan dengan tangannya. Kira-kira maksudnya begini: kamu nyebrang ke depan, ambil kanan, di situ nanti lewat bis ke Hatyai. Saya turun dan mengikuti arahan si abang. Rasanya saya sudah sesuai ikuti arahan si abang. Tapi tetap nggak melihat ada satupun bis ke Hatyai yang lewat. Saya terus berjalan dengan perasaan bete. Karena saya merasa disasarin sama abang angkot. Sembari jalan, saya mikir apa yang harus saya lakukan. Mata saya pun mulai berkaca-kaca.... "Ibu, Kiky nyasar di negeri orang." Nggak boleh nangis!!! Backpacker macam apa yang nangis saat nyasar!! Positif.. ayo berpikir positif. Pasti ada solusi dari permasalahan ini. Saya mencoba menenangkan diri. Dan mana kala saya tenang, sebuah bis bertuliskan Bangkok-Surathani lewat. Saya  ikuti bis itu sampai pool-nya yang ternyata nggak begitu jauh. Di pool itu saya bertemu dengan seorang anak yang sedang sibuk membersihkan bis. Saya katakan kalau saya tersasar dan ingin ke Hatyai. Si pria kecil ini tampak mengerti omongan saya, namun dia tidak bisa membalas pertanyaan saya. Seorang pria ia panggil. Dan dia mulai berbicara dalam bahasa Thailand. Si pria besar yang mengendarai motor itu dengan baik hatinya mau mengantar saya ke tempat  stop bis Hatyai.  Dengan motornya, saya dibawa ke pinggir jalan dimana ada beberapa orang duduk menanti bis. Saya diturunkan dan dipesankan ke seorang Ibu bahwa saya ingin ke Hatyai. Sebelum si pria pergi, saya ingin memberinya ongkos dari tempatnya menuju tempat ini. Tapi dia menolak.  Saya hanya bisa mengucap terima kasih kepada si bapak. Alhamdulillah ya Allah, saya bisa mendapatkan minivan ke Hatyai seharga 240 Bath. Selagi menunggu minivan datang, saya melihat-lihat jalanan sekitar. Lhaaa.. itu kan tempat saya tadi diturunkan sama si abang angkot. Haaah, ternyata si abang angkot memang menunjukan jalan yang benar. Saya aja nih yang nggak mengikuti arahannya dengan baik. Pria Tampan Dalam Minivan Minivan pun datang. Sempitnya minta ampun apalagi dengan adanya tumpukan barang milik penumpang lain yang segede gaban. Sebelah saya duduk seorang pria. Saya nggak sempat  lihat muka rekan sebangku karena sudah keburu capek. Saya letakan tas di depan kursi. Kaki saya sandarkan di tas saya. Agak nggak nyaman jadi saya sering bergerak-gerak mencari posisi ternyaman. Saat bis melaju, saya sempat nengok melihat pria di samping saya. Boook, anak metal Thailand nih. Tindikan dimana-mana. Saya kembali bergerak. Menyilangkan kaki kiri saya dan menaruhnya di bawah paha kanan saya. Nggak sengaja paha si anak metal ini ketendang. Dia nengok ke arah saya dan ngomong dalam Bahasa Thailand. Saya ikutan nengok dan melihat mukanya yang tampan. Duh.. pria tampan Thailand pertama yang saya jumpai. "I'm so sorry. I don't speak Thai," kata saya sambil senyum. Dia diam. Saya juga diam. Krik..krik.. awkward!  Aaah, bodo amat deh. Saya mau istirahat. Mana AC-nya dingin banget lagi. Saya terpaksa pakai legging di dalam bis. Saya masih merasa kedinginan. Akhirnya saya pakai kaos kaki. Masih merasa dingin, saya pakai syal dan terakhir membalurkan minyak telon ke beberapa bagian tubuh saya. Si pria tampan itu melihat semua yang saya lakukan. Saya bilang ke dia kalau saya nggak enak badan. Dia cuma jawab dengan anggukan. Si pria tampan metal itu ternyata nggak satu tujuan sama saya. Huhuhu.. dia turun di sebuah mall. Kan! Kan! Dia anak gaul Thailand!!! Di satu sisi sedih karena nggak ngeliat muka si pria tampan itu, tapi di sisi lain, kursi saya jadi lega. Saya bisa tidur nyenyak. Dan nggak terasa sudah sampai terminal bis Hatyai. Nah, jam 12 malam, stasiun ini masih aja ramai. Tukang tiket merapat begitu saja berjalan di dalam terminal bus. Begitu tahu saya mau ke Penang, salah satu tukang tiket bilang kalau bis ke Hatyai adanya jam tujuh pagi. "Now sleep here. It's okay. Tomorrow, you can buy the ticket there," katanya sembari menunjuk sebuah restoran yang menjual tiket bis ke Penang. It's official.. saya seorang backpacker. Tidur di terminal, salah satu ciri seorang backpacker. Bukannya tidur, saya malah nonton televisi yang ada di langit-langit  gedung terminal. Walaupun semua acaranya dalam bahasa Thailand, tapi saya lumayan ngerti kok. Dua jam saya habiskan untuk menyaksikan drama Thailand dilanjutkan acara kuliner. Mata  saya merengek minta diistirahatkan. Saya lihat ke sekeliling, banyak juga yang sudah tertidur, termasuk si abang tukang tiket. Dia tidur persis di kursi di belakang saya. Tas ransel saya jadikan bantal, tas pinggang saya peluk karena isinya adalah uang, paspor, handphone dan kamera. Sempat agak khawatir bakal ada yang jahat ngambil tas saya. Tapi Alhamdulillah, semuanya masih ada ketika saya bangun pukul lima pagi. Si abang tiket nggak berapa lama kemudian bangun. Dia tanya kenapa saya masih juga bangun? "Sleep.. sleep.You still have one hour to sleep. Go sleep now," kata si abang. Laaah, saya sudah tidur kaliii. Sampeyan aja nggak ngelihat. Duh, si abang perhatian banget deh. Bentar-bentar dia bilang ke saya kalau tokonya sebentar lagi buka. Dan toko pun akhirnya dibuka. Saya langsung merapat ke situ. Si abang saya tinggal setelah saya mengucapkan terima kasih. Sayang banget, ketika saya tanya bis ke Penang, ternyata nggak ada. Yang ada justru minivan. Aduuuh, minivan lagi?? Saya agak trauma karena minivan itu sempit. Saya lebih suka naik bis. Tapi karena nggak ada pilihan lain, saya pun naik minivan seharga 450 Bath. Lagi-lagi harus nunggu. Minivan baru tiba jam 09.00. Untung di samping ada Tesco mini market.Saya mampir ke sana, bukan untuk cari sarapan, tapi beli oleh-oleh. Saya beli dua bungkus Thai tea sachet. Minuman favorit saya. Wajib banget pulang menenteng beberapa bungkus Thai Tea sachet ini. Selain beli Thai Tea, saya beli cemilan untuk dimakan di jalan, yaitu keripik udang. Minum? Masih ada air mineral dan susu kedelai serta jus stroberi. Selagi menunggu, saya ngobrol sama sesama penumpang. Ada sepasang orang India. Bapak dan Ibu yang mau ke Malaysia mengunjungi anaknya yang menikah dengan orang Malaysia. Lalu ada Mba-mba Thailand yang mau berangkat kerja ke Malaysia. Si Ibu India itu ngira saya orang Sril Lanka. Ini pasti gara-gara kulit saya yang super hitam setelah tur Phi Phi Islands. Serius, saya hitam bangeeeett! Mir Macy Gray, penyanyi  Afro Amerika yang terkenal dengan lagu berjudul  "I Try". Nih muka saya sehabis berhasil mencapai Penang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun