PSIM Yogyakarta adalah klub sepak bola Indonesia yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. PSIM merupakan kepanjangan dari Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram yang didirikan di Yogyakarta pada 5 September 1929. Â Nama 'Mataram' digunakan karena Kerajaan Mataram yang saat itu berpusat di daerah Yogyakarta. Mari kita simak perjuangan klub ini pada era 90-an.
1.) Bertekad Bangkit dari Kegagalan
Sejak kegagalan di kendang sendiri pada ajang Kompetisi Divisi 1 PSSI 1989/1990, pengurus PSIM yang dikomandoi oleh Ir. Dasron Hamid MSc bertekad untuk meloloskan 'Banteng Mataram'. Kekalahan di semi final yang dialami dari Persema Malang melalui adu penalti. Kegagalan ini menyebabkan prestasi PSIM yang waktu itu ditangani oleh trio pelatih Drs. Soedjono, YB. Soegiyanto, dan Bambang Kawijono mengulang tiga kegagalan sebelumnya.Â
Tahun berikutnya PSIM gagal di babak penyelisihan dari Persegres Gresik, begitu juga dalam Kompetisi Divisi 1 PSSI tahun 1987. Dengan kekuatan maksimal, PSIM kembali tereliminasi di penyelisihan wilayah tengah yang dimana satu wilayah dengan Persika Karawang, Persitara Jakarta Utara, PSIM juga menelan kekalahan melawan Persitara Jakarta Utara yang berhasil promosi ke Divisi Utama PSSI.
Ketua umum PSIM, Ir. Dasron Hamid MSc bertekad habis - habisan setelah mengalami kekalahan yang menyakitkan. Obsesi pengurus PSIM dalam Kompetisi Divisi 1 PSSI tahun 1991/1992 dengan meloloskan PSIM ke Divisi Utama PSSI sebelum masa kepengurusan yang dipimpin berakhir. Tekad untuk meloloskan PSIM ke Divisi Utama PSSI, membuat pengurus melakukan pembinaan sedini mungkin guna menghadapi kompetisi yang bisa dikatakan sangat ketat.Â
Selama satu tahun dengan uji coba seminggu sekali baik dengan klub - klub yang ada di Yogyakarta, maupun perserikatan yang berasal dari daerah lain terus dilakukan. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan pengalaman yang luas kepada para pemain, guna menimba dan memecahkan masalah yang timbul di lapangan pertandingan. Disamping itu juga guna membiasakan pemain dalam satu tim, memupuk rasa kebersamaan mereka.
2.) Mencari Pelatih yang 'Berkualitas'
Sejak Indonesia merdeka, keberadaan Universitas Gadjah Mada (UGM) di DIY mengakibatkan bakat - bakat sepak bola juga tampil ke depan dan bermain untuk klub Yogyakarta. Ditambah lagi munculnya universitas - universitas swasta yang membuat Langkah sepak bola di Yogyakarta semakin marak. PSIM Yogyakarta mengalami keuntungan yang sangat besar, yang dimana mencakup Wilayah DIY. Orang - orang saat itu tidak banyak yang tahu adanya klub - klub lain seperti PSS Sleman dan Persiba Bantul, begitu pula dengan keberadaan Komda PSSI DIY. Pada saat itu PSIM lah menjadi satu - satunya perserikatan yang ada di DIY, merupakan salah satu anggota dari Komda PSSI Jawa Tengah.
Pada tahun 80-an muncul Angkatan Mellius Mau, Nurdin Basyar, Haryanto, Syaiful yang masih berkiprah sampai PSIM menata secara apik manejemen organisasi mereka di bawah asuhan Ir. Darson Hamid MSc dan mulai berupaya membangkitkan citra sepak bola Yogyakarta. Selama tahun 80-an terdapat beberapa pemain yang mengundurkan diri antara lain, Bernadus Handy, yang mengantarkan PSIM melaju ke Divisi 1 PSSI, menyusul Triono, Sugito, Bambang Haryanto, dan Achmad Gunarto yang lebih banyak aktif di klub baik sebagai pemain maupun menjadi pelatih.
Dari 21 perserikatan yang bergabung dengan PSIM, tidak seluruhnya memiliki pelatih yang 'berkualitas'. Tidak meratanya pelatih yang benar - benar mengerti teknik dasar sepak bola, memang sempat dikeluhkan oleh pengurus maupun pelatih pada saat itu (Berce Matulapelwa). Tidak banyaknya pelatih yang 'berkualitas' memang menjadi masalah PSIM saat itu.Â