Sate bumbon ini awalnya berasal dari daerah pegandon pada masa penjajahan jepang. Orang yang berjualan pertama kali di daerah pegandon yaitu pak sarlan, beliau pada saat jualan sate sempat dicegat oleh prajurit jepang untuk dijadikan prajurit namun beliau tidak mau kemudian beliau kabur. Dan pada saat itu beliau berheti sementara untuk berjualan sate dan menghindari cegatan prajurit jepang. Beliau mulai jualan lagi pada tahun 1977, singkat cerita beliau meninggal dunia. Usaha sate bumbonnya pun dilanjutkan oleh anaknya yang bernama pak sarmadi yang warungnya terletak di sebelah timur perempatan pegandon dari tahun 1995 sampai sekarang pun masih buka.
Dengan berjalannya waktu, sate bumbon pun akhirnya dijadikan sebagai kuliner khas kota kendal jawa tengah. Dinamakan bumbon karena berasal dari kata bahasa jawa “bumboni” yang artinya sebelum dibakar dikasih bumbu rempah-rempah terlebih dahulu. Bumbu rempah-rempah seperti halnya jahe, kemiri, bawang putih. Tidak hanya itu saja, ada sekitar 30 bumbu rempah-rempah lainnya yang turut diracik kemudian ditumbuk sebagai bumbunya supaya bisa menghasilkan cita rasa yang lezat dan tekstur dagingnya yang lembut serta kenyal. Selain itu, sate ini menggunakan bahan baku daging sapi segar dan sebelum dibakar yang pastinya harus melalui beberapa proses terlebih dahulu diantaranya dicampuri bumbu rempah-rempah.
Ciri khas sate ini tidak dibakar dengan kecap melainkan dengan bumbu rempah-rempah. Tak salah jika banyak orang menyebutkan sate tersebut sate bumbon. Sate ini memiliki rasa rempah yang kuat dan aromanya pun sangat sedap ketika matang. Selain itu sate bumbon ini sangat cocok dimakan dengan lontong. Kebanyakan orang menyantap sate bumbon dengan lontong pada saat pada saat Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha.
Mohamad Rizal Shofa Nuha,siswa SMK Negeri 1 Kendal (Jawa Tengah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H