Ada hal yang saya pikirkan dan ingin mengetahui pendapat orang lain tentang apa yang saya pikirkan. Tapi, saya tidak berani untuk membicarakan hal tersebut. Haruskah saya pendam? Atau mencari orang yang berpikiran sama dengan saya? Hanya karna takut untuk mendapatkan hal yang tidak saya inginkan. Tapi, setiap saya pikirkan hal tersebut, selalu membuat otak saya berpikir keras dan akan di bantu oleh hati untuk memikirkan hal itu.
Sejenak terlintas dalam pikiran saya untuk membicarakan kepada orang lain tentang apa yang saya pikirkan tapi tidak untuk meminta atau menerima pendapat orang lain. Salahkah saya? Egoiskah saya? Seolah-olah saya sudah sangat pintar dan sangat hebat untuk tidak mendapat kritikan atau saran dari orang lain.
Betapa lucunya saya saat ini. Sampai-sampai dalam diri saya hadir orang ke-2 hanya untuk mengatakan "Haha, dasar pengecut!, bodoh!, tolol!" Dan sampai saat ini pun orang itu tidak akan hilang hanya karna keberanian saya belum juga muncul untuk membicarakan hal tersebut kepada orang lain. Padahal dia hadir hanya karna pikiran saya, yang sekiranya mudah untuk menghilangkan orang itu.Â
Tapi, dia seakan melawan saya sehingga otak saya lebih berpihak kepada dia. Dan dia pun mengatakan "Haha, melawan saya saja kau sudah tidak mampu. Padahal kau yang menciptakan saya lewat pikiranmu yang bodoh itu. Dasar tolol!" Dan mulailah bermunculan orang lain seperti dia yang ikut mengatai saya. Sehingga saya bertanya kepada mereka, "apa yang harus aku lakukan?". Mereka tidak memperdulikan apa yang saya tanyakan dan tetap terus bicara yang membuat kebisingan di dalam kepala saya. Kepala saya mulai terasa sakit, seakan mau pecah dan seakan otakku akan di ambil secara paksa. Segeralah saya meminta bantuan kepada obat dengan meminumnya agar supaya sakitnya mereda.
Dan mulailah saya melawan mereka dengan memberanikan diri dan seakan saya berteriak kepada mereka dengan mengatakan "Besok, aku akan berbicara besok kepada orang lain dan meminta pendapat mereka. Berhentilah mengganggu pikiran saya. Pergilah. Dan terima kasih karna kalian telah membangun keberanian saya."Â
Dan di dalam pikiran saya, saya melihat mereka hilang dengan pelan satu per-satu, dan ada satu orang berkata sebelum ia menghilang sepenuhnya "Tetaplah tegar seperti biasanya, berani seperti biasanya, dan lalui semuanya seperti biasanya. Jangan pernah menyerah. Jangan pernah takut. Karna orang sepertimu tidak cocok untuk menyerah apalagi takut sebelum mencoba." Dan hilanglah mereka dari dalam pikiran saya. Saat itu pun pikiran saya langsung kembali seperti semula, dan rasa sakit yang saya rasakan sebelumnya sudah tidak terasa lagi.
Tiba-tiba tanpa saya sadari, saya langsung terpikir orang-orang yang muncul di pikiran saya sambil bertanya kepada diri saya sendiri "siapa yang saya ciptakan lewat pikiran itu? Mengapa dia bisa saya ciptakan hanya untuk membangun keberanian saya? Apakah ada hubungannya dengan orang yang ingin saya sampaikan tentang apa yang saya pikirkan?" saya mulai tersenyum sendiri dan tertawa kecil memikirkan hal yang baru saja terjadi. Dan mulailah saya menutup mata untuk tidur karna tidak sabar ingin datangnya besok agar supaya bisa membicarakan apa yang saya pikirkan kepada orang lain dengan keberanian saya yang malam ini saya ciptakan dan juga tidak memikirkan hal yang lain hanya untuk menurunkan keberanian saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H