Mohon tunggu...
Rizal Putra Milda
Rizal Putra Milda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca, menulis, traveling, kuliner, nonton berita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wakil Ketua Komisi VIII MPR RI Sebut Sekolah Virtual Kebangsaan LDII, Program Solutif Atasi Permasalahan Bangsa

23 November 2024   17:53 Diperbarui: 23 November 2024   20:38 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Singgih Januratmoko. Foto: Cak Rull

Jakarta (23/11) -- Sebagai tindak lanjut dari nota kesepahaman (MoU) antara MPR RI dan DPP LDII pada September lalu, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) menyelenggarakan Sekolah Virtual Kebangsaan Seri I bersama MPR RI. Kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid pada Sabtu (23/11), di Gedung DPP LDII, Jakarta, dengan 500 studio mini di provinsi, kota, dan kabupaten seluruh Indonesia.  

Mewakili Wakil Ketua MPR RI, Kahar Muzakir, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Singgih Januratmoko, menyampaikan bahwa program Sekolah Virtual Kebangsaan (SVK) yang diinisiasi oleh DPP LDII sangat relevan untuk menanamkan semangat kebangsaan kepada generasi muda. Menurutnya, dengan kemajemukan bangsa Indonesia yang disebabkan perbedaan latar belakang budaya dan kondisi geografis, diperlukan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki rasa cinta tanah air, memahami nilai-nilai Pancasila, dan menghargai keberagaman.  

"Indonesia membutuhkan generasi yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga memiliki rasa cinta terhadap tanah air, memahami nilai-nilai Pancasila, dan menghargai keberagaman," ungkap Singgih.  

Singgih juga mengingatkan tentang dampak besar era digital terhadap nilai-nilai kebangsaan. Ia menyoroti munculnya ideologi radikalisme dan liberalisme yang mengancam melalui perangkat digital tanpa kontrol yang memadai. "Kita harus memiliki kesadaran diri yang besar untuk mempelajari nilai-nilai luhur Pancasila dan jati diri bangsa kita," lanjutnya, menekankan pentingnya literasi wawasan kebangsaan sebagai langkah solutif untuk mencegah ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.  

Singgih mengapresiasi upaya LDII dalam menginisiasi kegiatan ini, yang diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. "Kami mewakili MPR sangat berterima kasih kepada ormas-ormas keagamaan seperti LDII yang terus menerus menanamkan nilai-nilai kebangsaan kepada warganya, terutama generasi muda," pungkas Singgih.  

Ketua Umum DPP LDII, KH. Chriswanto Santoso, menyebutkan bahwa nasionalisme Indonesia menghadapi tantangan besar, terutama dengan dampak globalisasi dan ekspansi neoliberalisme. "Kita punya kepentingan untuk memiliki negara yang kuat. Hanya negara yang kuat yang mampu melindungi rakyatnya," tegasnya. KH. Chriswanto juga mengungkapkan bahwa penurunan kualitas kebangsaan bisa berasal dari dinamika internal bangsa Indonesia, yang memerlukan perhatian besar agar Indonesia tetap menjadi negara yang kuat, sejahtera, dan adil.  

Lebih lanjut, KH. Chriswanto menjelaskan bahwa Sekolah Virtual Kebangsaan adalah wujud tanggung jawab LDII dalam memperkuat semangat nasionalisme dan memperdalam wawasan kebangsaan, yang penting untuk masa depan bangsa Indonesia. "Kami yakin bahwa upaya ini menjadi syarat mutlak bagi keberlangsungan kehidupan kita sebagai bangsa, dengan dasar empat pilar kebangsaan," ungkapnya.  

Senada dengan KH. Chriswanto, Ketua DPP LDII Singgih Tri Sulistiyono menjelaskan bahwa penguatan nilai-nilai Pancasila dalam "Empat Pilar Kebangsaan" yang telah dirumuskan oleh para pendiri bangsa menjadi kunci utama untuk menjaga persatuan Indonesia. Ia mendorong agar kegiatan ini tidak hanya melibatkan pengurus LDII tetapi juga warga LDII secara luas, agar kontribusi ini dapat dirasakan oleh masyarakat luas.  

Singgih juga menekankan pentingnya sinergi antara organisasi kemasyarakatan dan lembaga negara untuk membumikan nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari. "Kami mendorong lembaga-lembaga negara untuk terus memperluas kerja sama dengan ormas-ormas seperti LDII dalam mensosialisasikan nilai-nilai kebangsaan," tambahnya.

Sekolah Virtual Kebangsaan Seri I dihadiri oleh berbagai narasumber, di antaranya akademisi Ilmu Pengetahuan Indonesia (IPI) Prof. Yudi Latif, Guru Besar Universitas Diponegoro Prof. Irianto Widiauseno, dan akademisi Prof. Harry Truman Simanjuntak. Pembicara lainnya termasuk Ketua PWNU DKI Jakarta, Syamsul Maarif, dan perwakilan Kejaksaan Agung. Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan generasi yang tidak hanya memahami nilai-nilai kebangsaan tetapi juga menghidupkan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun