Mohon tunggu...
Mikey
Mikey Mohon Tunggu... Lainnya - Hhh

Uuuu

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Interpretasi Subjektif Terhadap Makna Filosofis Kalimat

20 Juli 2024   18:33 Diperbarui: 21 Juli 2024   14:28 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya adalah seorang kutu buku, dan setiap hari saya bisa membaca buku sebanyak 100 halaman. Di antara buku-buku yang saya baca salah satunya, adalah novel bergenre filsafat dari Jostein Gaarder yang berjudul "Dunia Shopie". Saya membaca novel ini sebagai pengantar filsafat sebelum memasuki dunia filsafat yang lebih rumit. Ketika saya asik membaca novel tersebut, secara tak sengaja saya menemukan sebuah kalimat dalam novel tersebut yang membuat saya terheran-heran, yaitu, "Manusia itu dikutuk untuk bebas".

 

Saya sungguh merasa heran dan bertanya-tanya kepada diri saya sendiri dalam pikiran saya bahwa apakah benar manusia itu dikutuk untuk bebas. Jikalau benar manusia itu dikutuk untuk bebas, mengapa realitas yang terjadi justru sebaliknya. Banyak manusia yang terjebak dalam aturan yang tak masuk akal dari agama, tradisi, dan norma masyarakat.

 

Saya memikirkan kalimat "Manusia itu dikutuk untuk bebas" selama berhari-hari. Saya selalu penasaran akan kalimat itu dan dari mana perkataan itu pun saya lupa siapa yang mengucapkan kalimat itu. Hingga akhirnya, karena rasa penasaran saya dan merasa terinspirasi dari kalimat novel Dunia Sophie yang mengatakan bahwa "Filsuf sejati adalah orang yang selalu ingin tahu". Tentu kalimat di atas sudah saya rubah sedikit, dan dari inspirasi kalimat itu saya pun akhirnya mencari berbagai sumber tentang siapa yang mengatakan bahwa manusia itu dikutuk untuk bebas.

Saya pun membaca artikel dan saya menemukan bahwa yang mengucapkan kalimat itu adalah filsuf Prancis abad ke-20 aliran filsafat eksistensialisme yang bernama Sartre. Sartre menjelaskan bahwa manusia itu dikutuk untuk bebas dalam menciptakan makna dan tujuan hidupnya sendiri, tanpa terikat pada apapun. Setelah mendapatkan referensi yang memadai, saya ingin menginterpretasi kalimat itu dengan pikiran saya sendiri.

Dalam pikiran saya terhadap kalimat,"Manusia itu dikutuk untuk bebas". Menurut saya manusia itu dikutuk untuk bebas dalam kehidupan pribadi mereka bukan pada kehidupan secara sosial. Dalam kehidupan pribadi, semua manusia berhak bebas sebebas-bebasnya dalam menentukan hal-hal yang dalam kendali mereka sendiri dan bukan pada hal-hal yang mereka tidak bisa kendalikan. Contohnya seperti pilihan agama, suami/istri, dan masa depan serta tujuan hidup semua itu bebas untuk dilakukan secara prinsip pribadi tanpa terikat apapun. Adapun tentang hal yang tidak bisa dikendalikan seperti jenis kelamin, tempat lahir, dan lain-lain sebagainya manusia tidak bisa bebas dalam menentukan itu semua, karena semua itu sudah diberikan Tuhan pada mereka tanpa harus dirubah.

 

Jadi, sepantasnya kehidupan pribadi yang bisa kita kendalikan, kita bebas dan sangat bebas dalam menentukannya. Tidak ada satu orang pun yang berhak menentukan siapa jodoh kita, masa depan kita, pilihan profesi di masa depan, dan agama karena itu semua adalah pilihan bebas dalam hidup kita sebagai manusia.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun