Mohon tunggu...
Rizal
Rizal Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - I am a Muslim and a Class 12.D student at Man 2 Polman

Upload Artikel Setiap Selasa dan Sabtu✍️ Dan Hanya Menulis Sesuatu Yang Saya Pikirkan ✍️

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pramuka Tak Lagi Wajib: Opini Pribadi Atas Kebijakan Baru Menteri Pendidikan

20 April 2024   00:02 Diperbarui: 20 April 2024   01:27 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kegiatan Pramuka. Sumber foto: umsu.ac.id

Baru-baru ini, Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan Indonesia, telah mengeluarkan aturan baru terkait Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib. Di mana, aturan terbaru yang dikeluarkan oleh beliau yang menyatakan bahwa Pramuka sudah tidak lagi menjadi ekstrakurikuler wajib yang harus diikuti oleh semua siswa. Aturan baru terkait Pramuka yang tidak menjadi ekstrakurikuler wajib lagi, jelas telah menimbulkan berbagai respons, baik yang pro terhadap aturan baru ini ataupun yang kontra.

Dalam topik pilihan yang disediakan oleh Kompasiana, terkait hal ini. Maka dalam tulisan kali ini, saya memberikan perspektif pribadi saya terkait penghapusan Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah. Menurut saya, aturan baru terkait penghapusan Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib adalah langkah yang sangat saya setujui. 

Mengapa dan apa alasannya? Karena seringkali ketika Pramuka menjadi wajib dalam ekstrakurikuler membuat sebagian besar siswa terpaksa mengikuti nya, karena takut nilai rapor ekstrakurikuler nya rendah, dan bukan karena dorongan dari hati mereka. Menurut saya, kebijakan yang sebelumnya yang membuat Pramuka sebagai ekstrakurikuler yang wajib diikuti semua siswa, adalah hal yang sangat diskriminatif. 

Padahal, setiap siswa memiliki bakat dan minat yang berbeda satu sama lain, namun bagaimana bisa mereka lalu dipaksa mengikuti kegiatan yang sama dan tak sesuai dengan bakat minatnya. Hal ini bertentangan dengan ajaran pendidikan dari Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara, yang menegaskan bahwa setiap anak didik harus dididik sesuai dengan bakat dan minat mereka. Dalam hak asasi manusia, Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib jelas telah melanggar kebebasan manusia secara individu yang unik dan spesifik. 

Berdasarkan pengalaman pribadi saya, ketika mengikuti kegiatan Pramuka yang diadakan oleh sekolah saya. Ketika saya mengikuti kegiatan ini, tidak ada satupun pelajaran berharga yang bisa saya ambil. Karena saya terpaksa mengikuti ini dan bukan sesuatu kegiatan yang sesuai dengan apa yang menjadi bakat dan minat saya. 

Bahkan dalam pengamatan saya, Pramuka yang diadakan di sekolah. Seringkali, menjadi ajang senior kelas untuk menindas junior kelas mereka. Kami semua yang ikut dalam kegiatan ini, hanya mendapatkan teriakan, makian dan cacian dari para senior kami dan tidak mendapatkan satupun pelajaran yang berharga yang berguna dari kegiatan ini. 

Jadi, kesimpulan saya adalah saya merasa sangat setuju 100 persen terhadap keputusan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim yang telah menghapus status wajib Pramuka dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Apa gunanya memaksa anak didik mengikuti kegiatan yang tidak mereka minati sama sekali? Apa gunanya Pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib, jika hanya menjadi ajang senior menindas junior mereka? Bukankah lebih baik jika sekolah mengizinkan semua siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan bakat dan minat mereka, sehingga merekapun merasa bahagia lalu bisa memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kemajuan bangsa dan negara?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun