Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Tentara - Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa | Dewan Pengawas Sparko Indonesia

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menulis Sebagai Terapi

16 Oktober 2024   10:05 Diperbarui: 16 Oktober 2024   10:12 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa Kompasiana Jadi Pelarian di Kala Pikiran Kacau?

Setiap orang pasti pernah mengalami masa-masa sulit dalam hidup, di mana pikiran terasa begitu kacau dan perasaan tidak menentu. Dalam situasi seperti ini, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi kegelisahan, salah satunya adalah dengan menulis. Bagi sebagian orang, menulis bukan hanya sekadar hobi atau pekerjaan, melainkan juga sebagai bentuk terapi mental. Salah satu platform yang sangat populer untuk menulis di Indonesia adalah Kompasiana. Bagi saya, menulis di Kompasiana adalah solusi ketika pikiran sedang kacau.

Ketika pikiran terasa penuh, menulis membantu saya mengalirkan segala hal yang membebani. Menyusun kata demi kata di halaman kosong seolah mengurai benang kusut yang ada di dalam kepala. Dengan menuangkan perasaan dan pemikiran ke dalam tulisan, saya merasakan beban pikiran menjadi lebih ringan. Tidak hanya itu, menulis juga memberikan ruang bagi saya untuk merefleksikan apa yang sebenarnya sedang terjadi dalam hidup dan bagaimana saya bisa menghadapinya dengan lebih baik.

Kompasiana menjadi media yang sangat cocok untuk ini karena platformnya yang terbuka dan inklusif. Di sini, saya bisa menulis apa saja, mulai dari curahan hati, opini, hingga artikel yang lebih serius. Tidak ada batasan yang menghalangi saya untuk berbicara dan berbagi, dan itu memberikan kebebasan kreatif yang sangat dibutuhkan ketika pikiran sedang kacau. Selain itu, interaksi dengan pembaca yang memberikan komentar atau tanggapan atas tulisan saya juga sering kali memberikan perspektif baru yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya.

Bukan hanya sebagai tempat untuk meluapkan emosi, menulis di Kompasiana juga melatih saya untuk berpikir lebih jernih dan terstruktur. Saat menulis, saya dituntut untuk mengatur alur cerita dan menyusun argumen dengan baik. Proses ini secara tidak langsung membantu saya merapikan pikiran yang awalnya berantakan. Pikiran yang tadinya kacau kini tertata rapi melalui proses penulisan. Ini adalah bentuk terapi yang tidak hanya menenangkan tetapi juga melatih kemampuan analitis saya.

Dalam situasi di mana stres atau kebingungan muncul, sering kali kita merasa sulit untuk berbicara dengan orang lain. Ada rasa takut dihakimi atau merasa tidak ada yang benar-benar mengerti. Di sinilah menulis menjadi pelarian yang aman. Melalui tulisan, saya dapat mengekspresikan segala hal tanpa khawatir akan respons langsung dari orang lain. Saya bisa benar-benar jujur pada diri sendiri, dan itu sangat melegakan.

Menulis di Kompasiana juga memiliki manfaat jangka panjang. Saya dapat kembali membaca tulisan-tulisan lama saya dan melihat sejauh mana saya telah berkembang. Ini memberikan saya perspektif tentang bagaimana cara saya menghadapi masalah di masa lalu dan bagaimana saya bisa belajar dari pengalaman itu. Refleksi seperti ini sangat berharga, terutama ketika merasa terjebak dalam situasi yang tidak menentu.

Selain itu, Kompasiana sebagai komunitas juga memberikan saya rasa memiliki. Melihat orang lain yang juga berbagi pengalaman serupa memberikan kekuatan tersendiri. Saya tidak merasa sendirian dalam pergulatan mental yang saya alami. Berbagi cerita dan mendapatkan umpan balik dari sesama penulis memberikan rasa kebersamaan yang sulit ditemukan di platform lain.

Bagi banyak orang, termasuk saya, menulis adalah cara untuk menghadapi dunia. Kompasiana menjadi medium di mana saya bisa menuangkan segala kegelisahan tanpa batas. Proses ini membantu saya menemukan kedamaian di tengah kekacauan. Dengan menulis, saya tidak hanya menemukan solusi atas permasalahan yang saya hadapi, tetapi juga membangun kekuatan mental yang lebih baik untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Pada akhirnya, menulis di Kompasiana adalah bentuk pelarian yang positif. Saat pikiran terasa kacau, menulis menjadi jembatan yang menghubungkan saya kembali dengan ketenangan batin. Dan selama masih ada hal-hal yang mengganggu pikiran, menulis akan selalu menjadi solusi yang saya andalkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun