Wawancara Imajiner dengan Bung Hatta: Antara Prinsip dan Kepentingan
Pada suatu sore yang tenang di ruang kerjanya yang sederhana, Bung Hatta, salah satu proklamator Indonesia, bersedia meluangkan waktu untuk wawancara eksklusif yang tak biasa. Dalam imajinasi yang melampaui batas ruang dan waktu, saya, seorang wartawan muda, duduk di hadapan tokoh besar ini. Dengan senyum ramahnya, Bung Hatta mempersilakan saya untuk memulai pertanyaan.
"Pak Hatta," saya membuka, "bagaimana pandangan Bapak mengenai fenomena orang yang suka cari muka, terutama dengan mengorbankan orang lain demi kepentingan pribadi?"
Bung Hatta menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Fenomena ini bukan hal baru, Nak. Sejak dulu, ada saja orang yang ingin tampil menonjol di hadapan atasan atau publik, bahkan jika harus menjelekkan atau menyakiti orang lain. Ini sangat bertentangan dengan prinsip moral dan keadilan yang seharusnya dijunjung tinggi."
Saya menatapnya dengan kagum. "Tapi, Pak, mengapa ada banyak orang yang tetap melakukan itu? Apa yang membuat mereka rela mengorbankan orang lain demi keuntungan mereka sendiri?"
"Orang yang cari muka, Nak, biasanya lebih mementingkan citra daripada esensi. Mereka merasa dengan menonjolkan diri, mereka akan mendapat pujian atau keuntungan, padahal sering kali tindakan mereka hanya memperburuk keadaan. Mereka lupa bahwa kebenaran dan kejujuran adalah hal yang paling penting dalam memimpin dan berpolitik."
"Apakah Bapak pernah menyaksikan kejadian seperti itu saat menjadi Wakil Presiden?" Saya bertanya lebih jauh, penasaran dengan pengalaman pribadi Bung Hatta.
Hatta tersenyum tipis, seolah mengenang masa lalu. "Tentu saja, hal semacam itu selalu ada. Ada orang-orang yang mendekati kami, para pemimpin, bukan karena ingin berjuang demi negara, tapi demi ambisi pribadi. Mereka menjilat, menghasut, bahkan memfitnah kolega mereka sendiri. Namun, saya selalu percaya bahwa integritas dan karakter sejati seseorang akan terlihat seiring waktu."
Saya termenung mendengar kata-katanya. "Apa nasihat Bapak untuk orang-orang yang tergoda untuk ikut-ikutan dalam praktik semacam itu?"
"Saya akan katakan pada mereka, jangan pernah menjual harga diri dan prinsip demi keuntungan sesaat. Dunia ini berubah, tapi nilai-nilai moral akan tetap abadi. Memperoleh sesuatu dengan cara yang tidak benar hanya akan membawa kehancuran, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Masyarakat akan menghormati orang yang jujur, meskipun mungkin ia tidak selalu berada di puncak."