Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Tentara - Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa | Dewan Pengawas Sparko Indonesia

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filosofi Hidup Dari Tukang Parkir

9 Oktober 2024   11:44 Diperbarui: 9 Oktober 2024   11:45 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Bhumi Literasi Anak Bangsa

Pelajaran Berharga tentang Ketentraman dan Ketidakmelekatan


Dalam kehidupan yang penuh tekanan dan tuntutan, sering kali kita terjebak dalam pikiran bahwa kebahagiaan terletak pada kepemilikan. Namun, KH. Zainuddin MZ memberikan pandangan yang berbeda dengan menyatakan bahwa "Orang yang paling tenang hidupnya adalah Tukang Parkir." Pernyataan ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana cara pandang terhadap kepemilikan dapat memengaruhi kualitas hidup kita.

Mengapa tukang parkir dapat hidup tenang meskipun dikelilingi banyak kendaraan? Jawabannya terletak pada sikap mental yang mereka miliki. Meskipun mereka menjaga banyak mobil dan motor, mereka tidak pernah menunjukkan kesombongan atau kepemilikan. Saat kendaraan diambil oleh pemiliknya, tukang parkir tetap tersenyum, tanpa ada kesedihan di raut wajahnya. Ini adalah pelajaran berharga tentang bagaimana ketidakmelekatan pada barang-barang duniawi dapat membawa ketenangan.

Rahasianya, seperti yang disampaikan, adalah tukang parkir tidak merasa memiliki kendaraan tersebut; mereka hanya merasa dititipi. Sikap ini mengajarkan kita bahwa memiliki sesuatu seharusnya bukan berarti kita terikat padanya. Sebaliknya, jika kita merasa dititipi, kita akan lebih menghargai dan merawat apa yang kita miliki tanpa rasa takut kehilangan.

Dalam hidup, siapa pun yang merasa memiliki sesuatu, baik harta, jabatan, maupun orang-orang terkasih, harus siap untuk merasa kehilangan. Ketika kita terjebak dalam perasaan memiliki, kehilangan menjadi sebuah pengalaman yang menyakitkan. Namun, jika kita dapat melihat segala sesuatu sebagai titipan, kita akan belajar untuk tidak terikat, sehingga ketidakpastian tidak mengganggu ketenangan batin kita.

Dengan menerapkan filosofi ini, kita belajar untuk bersikap lebih rendah hati. Apa pun yang telah dititipkan Tuhan kepada kita---apakah itu harta, jabatan, atau hubungan---kita tidak boleh sombong atau besar kepala. Ketenangan hidup yang sejati muncul ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu adalah milik-Nya dan kita hanyalah penjaga sementara.

Selanjutnya, kita juga diingatkan akan pentingnya menjaga apa yang telah dititipkan kepada kita. Ketika kita menyadari bahwa apa pun yang kita miliki adalah amanah dari Tuhan, kita akan berusaha untuk menjaganya dengan sebaik mungkin. Kegagalan dalam menjaga amanah ini tidak hanya akan mengecewakan kita, tetapi juga dapat mengecewakan Sang Pemberi Amanah.

Filosofi tukang parkir juga mengajarkan kita untuk tidak menyembah dan menyekutukan sesuatu selain kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ketika kita mengutamakan apa yang kita miliki di atas segalanya, kita berisiko kehilangan arah dan ketenangan hidup. Dengan meletakkan iman kita pada Tuhan, kita akan menemukan makna sejati dari setiap titipan yang ada dalam hidup kita.

Melalui tulisan ini, saya berharap dapat mengajak pembaca untuk merenungkan kembali cara kita memandang kepemilikan dan ketidakmelekatan. Kita bisa belajar banyak dari tukang parkir, yang dengan sederhana mengajarkan kita untuk hidup dengan penuh ketenangan dan rasa syukur. Dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan ini, mari kita adopsi sikap tukang parkir, menjaga setiap titipan dengan penuh kasih dan tidak terikat pada kepemilikan.

Saya mengajak pembaca untuk menerapkan filosofi ini dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita belajar untuk tidak merasa memiliki, kita akan menemukan kedamaian dalam setiap aspek kehidupan. Hidup kita akan menjadi lebih berarti, dan kita akan mampu menghargai setiap momen yang diberikan Tuhan tanpa rasa khawatir akan kehilangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun