Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Tentara - Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa | Dewan Pengawas Sparko Indonesia

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dialog Imajiner dengan Lionel Messi

4 Oktober 2024   11:02 Diperbarui: 4 Oktober 2024   11:21 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku berdiri di tengah lapangan sepak bola yang sunyi, memandang bola yang tergeletak di depan kakiku. Hari itu, awan menggantung rendah, menutupi langit biru yang biasanya cerah. Di sini, aku sering datang untuk melepaskan lelah, bermain bola seorang diri, dan berpura-pura menjadi pemain hebat. Tapi hari ini, ada yang berbeda.

Saat aku menendang bola dengan ringan, mendadak ada suara lembut yang menyapaku dari belakang. "Bagaimana rasanya jadi bintang di lapangan ini?" Aku terkejut dan berbalik. Di sana, berdiri seorang pria dengan tubuh mungil namun berkarisma luar biasa. Lionel Messi. Aku terpaku. Apa mungkin? Apakah aku sedang bermimpi?

Messi tersenyum. "Jangan khawatir, ini cuma percakapan kecil. Anggap saja kita berbagi momen imajinasi," katanya sambil berjalan mendekat. Jantungku berdebar, tapi aku berusaha tenang. "Aku sering memikirkan bagaimana caramu bermain," ucapku gugup, "semua terlihat begitu mudah bagimu."

Dia mengangguk. "Kuncinya adalah mencintai apa yang kamu lakukan. Bukan soal mudah atau sulit, tapi bagaimana kau menghadapi setiap tantangan dengan kegembiraan." Aku merenung sejenak. Ternyata, rahasia Messi bukan hanya soal teknik, tapi juga tentang sikap mental.

"Kau pernah merasa takut gagal?" tanyaku tiba-tiba. Messi menatap bola di depan kami. "Tentu saja. Ada saat-saat di mana tekanan sangat besar. Tapi ingat, kegagalan adalah bagian dari proses. Tanpa kegagalan, kemenangan tidak akan terasa berarti."

Percakapan itu membuatku merenung tentang semua hal yang pernah kutakutkan dalam hidupku. "Jadi, bagaimana cara mengatasi rasa takut itu?" tanyaku lagi. Messi tersenyum tipis. "Kau harus tetap bergerak maju. Tak peduli seberapa besar ketakutanmu, jangan pernah berhenti. Kegagalan bukanlah akhir, melainkan langkah menuju keberhasilan."

Aku menendang bola pelan-pelan, membiarkannya bergulir. "Apa kau pernah merasa lelah? Bukan secara fisik, tapi secara mental?" tanyaku, ingin tahu lebih dalam. Messi menatapku dengan tatapan serius. "Ya, ada saat-saat di mana semuanya terasa terlalu berat. Tapi aku ingat, mengapa aku memulainya. Cinta pada sepak bola adalah sumber kekuatanku."

Lalu dia melanjutkan, "Hidup ini seperti permainan. Kadang kau menang, kadang kau kalah. Tapi yang terpenting adalah kau menikmati prosesnya." Kata-katanya begitu sederhana, tapi penuh makna. Aku merasa mendapatkan pelajaran berharga dari seorang legenda.

Messi menepuk bahuku. "Jangan khawatir soal menang atau kalah. Selama kau bermain dengan hati, kau selalu akan berada di jalur yang benar." Aku tersenyum. Percakapan ini, meski hanya imajiner, terasa sangat nyata dan menyentuh hatiku. Bola di depan kami seolah menjadi saksi bisu dari percakapan mendalam ini.

Di akhir percakapan, Messi mulai berjalan menjauh, tubuhnya perlahan memudar seperti kabut yang diterpa sinar matahari. Aku berdiri diam, tersenyum, dan menatap lapangan kosong itu. Hari itu, aku mungkin tak bertemu Messi secara nyata, tapi pesan dan semangatnya akan selalu hidup dalam setiap langkah yang kutempuh di lapangan kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun