malam, saya duduk sendirian di beranda rumah, menatap bintang-bintang yang berkelap-kelip di langit. Tiba-tiba, bayangan seorang pria berpakaian jas hitam dengan dasi merah muncul di hadapan saya. Dia adalah Bung Karno, sang proklamator. “Selamat malam, anak muda,” sapanya dengan suara yang penuh karisma. “Apa yang kau pikirkan di malam yang sunyi ini?”
Di tengah heningnyaSaya terkejut namun tak merasa takut. “Bung, saya sedang merenungkan makna kemerdekaan,” jawab saya. “Apakah kemerdekaan yang kita raih benar-benar berarti bagi generasi sekarang?” Bung Karno tersenyum, mengangguk seolah memahami kegelisahan saya. “Kemerdekaan adalah hak setiap bangsa. Namun, ia harus diisi dengan karya dan pengorbanan. Apa yang telah kau lakukan untuk negeri ini?”
“Sejujurnya, Bung, saya merasa terjebak dalam rutinitas. Banyak pemuda kini lebih tertarik pada gadget dan hiburan,” saya mengungkapkan. Bung Karno menggelengkan kepala, “Anak muda adalah harapan bangsa. Jangan biarkan kemajuan teknologi menjauhkanmu dari tujuan mulia. Gunakanlah itu untuk membangun, bukan menghancurkan.”
Saya teringat dengan berbagai kisah perjuangan para pahlawan. “Tapi, Bung, bagaimana kami bisa memperjuangkan cita-cita yang lebih besar, ketika banyak orang tidak peduli?” tanyaku. Bung Karno menatap saya tajam, “Kepedulian itu bisa tumbuh dari satu tindakan kecil. Mulailah dengan lingkungan sekitarmu. Perjuangan tidak harus selalu berapi-api; bisa dimulai dari hal-hal sederhana.”
Dia melanjutkan, “Ingatlah, tidak ada yang lebih berharga daripada cinta terhadap tanah air. Dalam setiap tindakanmu, selalu sertakan semangat juang untuk bangsa. Pahami bahwa setiap generasi memiliki tantangan tersendiri.” Suaranya semakin membakar semangat saya. “Apakah kau berani untuk menjadi agen perubahan, meskipun kecil?”
“Saya ingin, Bung. Namun, kadang saya merasa putus asa,” saya mengakui. Bung Karno menepuk bahu saya, “Jangan biarkan putus asa menguasaimu. Justru saat-saat sulit itu adalah ujian untuk membuktikan semangatmu. Sejarah ditulis oleh mereka yang berani melawan arus.”
Malam semakin larut, dan bintang-bintang semakin bersinar terang. “Bung, apakah Anda percaya bahwa generasi saya bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik?” saya bertanya penuh harap. Bung Karno tersenyum lebar, “Saya percaya, anak muda. Setiap generasi memiliki potensi yang luar biasa. Jika kau ingin, bangkitlah dan tunjukkan kepada dunia bahwa kamu adalah bagian dari masa depan bangsa ini.”
Ketika saya ingin bertanya lebih jauh, sosok Bung Karno mulai memudar. “Jadilah pelopor perubahan, dan ingatlah selalu akan cita-cita bangsa,” katanya sebelum lenyap dalam kabut malam. Saya terbangun dari lamunan, merasakan semangat baru membara dalam diri. Malam itu, saya bertekad untuk berkontribusi bagi tanah air, mengikuti jejak perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan segalanya untuk kemerdekaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H