Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Tentara - Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa | Dewan Pengawas Sparko Indonesia

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Penjaga Setia Motor Perjuangan

1 Oktober 2024   12:38 Diperbarui: 1 Oktober 2024   12:38 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: arsip penulis

Di sebuah lahan parkir sederhana di daerah Tanjung Barat, seorang pria paruh baya yang biasa dipanggil Bang Gacor sudah bertahun-tahun mengabdikan dirinya sebagai penjaga parkir. Pekerjaannya tampak sederhana, namun bagi Bang Gacor, ia lebih dari sekadar tukang parkir. Ada satu motor yang selalu ia jaga dengan sepenuh hati. Motor itu milik seorang perwira militer muda bernama Letnan Satu Cke Rizal Mutaqin, S.Kom., M.Sc.

Setiap pagi, motor itu terparkir di tempat biasa, tepat di sudut lahan parkir yang sudah Bang Gacor tandai khusus. Motor tua itu adalah saksi bisu perjalanan hidup pemiliknya. Rizal bukan orang sembarangan, meskipun ia selalu merendah. Ia adalah seorang perwira yang berkarir cemerlang di militer, tapi tak pernah melupakan masa lalunya yang penuh perjuangan. Bang Gacor tahu, motor ini bukan sekadar kendaraan, melainkan bagian dari cerita hidup Rizal yang panjang.

Rizal pertama kali dibelikan motor oleh mendiang abahnya saat ia masih kelas 1 SMA. Waktu itu, hidupnya tidak mudah. Kedua orang tuanya merupakan seorang guru yang selalu mengajarkan tentang kerja keras, sehingga Rizal selalu percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk meraih cita-citanya. Untuk itu, ia selalu belajar skill baru dan bekerja paruh waktu di berbagai tempat. Ia mempelajari sedikit demi sedikit skill baru hingga akhirnya hidupnya bisa seperti saat ini. Motor itu menjadi saksi bisu perjuangannya---mengantarkannya ke sekolah, tempat les, dan bahkan ke pekerjaan paruh waktunya.

Sejak saat itu, motor tersebut menjadi teman setia Rizal dalam setiap langkah perjuangannya. Bahkan ketika ia diterima di jurusan Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, motor itu tetap setia menemani. Berkali-kali motor itu diajak berjuang melewati jalur ekstrim, namun motor tersebut selalu tangguh dan bertenaga karena Rizal rutin merawatnya. Setiap kali ia merasa lelah atau putus asa, motor itu seolah mengingatkannya pada masa-masa sulit yang pernah ia lalui, dan ia selalu menemukan kekuatan untuk terus maju.

Bang Gacor yang sehari-hari menjaga motor itu merasa terhubung dengan cerita perjuangan Rizal. Ia bukan sekadar penjaga parkir, tapi juga teman yang selalu mendukung dari kejauhan. Meski mereka jarang berbicara banyak karena waktu yang terbatas, Bang Gacor tahu betapa berharganya motor itu bagi Rizal. Setiap kali Rizal menitipkan motor tersebut, Bang Gacor menjaganya seolah-olah itu adalah miliknya sendiri.

Ada rasa bangga yang tersembunyi dalam diri Bang Gacor setiap kali Rizal kembali dari tugasnya di militer. Meskipun jarang bertemu karena kesibukan Rizal, setiap kali pria itu kembali, Bang Gacor selalu menyambutnya dengan senyum ramah dan kata-kata sederhana, "Motornya aman, ndan!" Dan Rizal selalu membalas dengan senyuman penuh rasa terima kasih.

Suatu hari, Rizal mendatangi Bang Gacor lebih lama dari biasanya. Ia bercerita bahwa ia akan segera berangkat keluar pulau untuk tugas khusus. Bang Gacor mendengarkan dengan seksama, merasa bangga sekaligus berat hati. "Motor ini nggak akan sering di sini lagi, Bang," kata Rizal sambil menepuk motor tuanya. "Tapi saya tahu, selama saya pergi, motor ini bakal aman di tangan Abang."

Bang Gacor terdiam sesaat sebelum menjawab, "Jangan khawatir, Bang. Selama saya di sini, motor ini bakal saya jaga seperti biasa. Biarpun Abang jauh, motornya tetap aman." Ada haru yang terasa dalam suasana sore itu, namun keduanya paham bahwa kehidupan terus berjalan dan perjuangan tidak pernah berhenti.

Di hari-hari berikutnya, Bang Gacor tetap menjaga motor tua itu dengan setia. Setiap kali ia melihat motor tersebut, ia teringat pada sosok Rizal dan perjuangannya. Bagi Bang Gacor, motor itu bukan sekadar barang titipan, melainkan simbol dari ketekunan, kesetiaan, dan perjalanan hidup seorang perwira muda yang tak pernah melupakan asal usulnya.

Sampai kapan pun, Bang Gacor akan selalu menjaga motor itu dengan penuh dedikasi, seperti ia menjaga harapan dan kenangan yang ditinggalkan oleh pemiliknya. Motor perjuangan Letnan Satu Rizal Mutaqin kini bukan hanya menjadi bagian dari kisahnya sendiri, tetapi juga menjadi bagian dari hidup Bang Gacor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun