Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Tentara - Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa | Dewan Pengawas Sparko Indonesia

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menulis sebagai Warisan Abadi: Inspirasi Rizal Mutaqin dari Pramoedya Ananta Toer

10 September 2024   07:53 Diperbarui: 10 September 2024   07:56 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Bhumi Literasi

Rizal Mutaqin, seorang tokoh literasi yang dikenal sebagai pendiri Bhumi Literasi Anak Bangsa, selalu mengedepankan pentingnya menulis dalam setiap aspek kehidupannya. Inspirasi yang mendalam ia dapatkan dari kutipan terkenal Pramoedya Ananta Toer, "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." Bagi Rizal, kata-kata ini tidak sekadar menjadi semboyan, melainkan pedoman hidup yang terus ia pegang erat hingga saat ini.

Pramoedya Ananta Toer, seorang maestro sastra Indonesia, melalui kutipan tersebut menyadarkan kita akan arti penting menulis sebagai bentuk kontribusi abadi. Rizal sangat percaya bahwa tanpa jejak tulisan, pikiran seseorang akan tenggelam di tengah hiruk-pikuk zaman. Itulah sebabnya ia mendorong setiap individu untuk menulis, tidak hanya demi eksistensi diri tetapi juga sebagai warisan pemikiran bagi generasi mendatang.

Rizal mengimplementasikan kutipan ini melalui berbagai karya tulisnya dan juga dalam mendirikan Bhumi Literasi Anak Bangsa. Melalui platform ini, ia menciptakan ruang bagi banyak orang untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan cerita. Baginya, setiap tulisan yang dihasilkan adalah langkah menuju keabadian, di mana ide dan pemikiran tidak akan hilang tergerus waktu.

Menulis, bagi Rizal, bukan hanya soal menciptakan karya. Lebih dari itu, menulis adalah tanggung jawab moral seorang manusia kepada sejarah. Setiap kata yang dituliskan memiliki potensi untuk mengubah perspektif, membentuk budaya, dan bahkan mempengaruhi kebijakan sosial. Inilah yang ia ajarkan kepada setiap anggota Bhumi Literasi, bahwa tulisan bukan sekadar ungkapan diri, melainkan warisan yang akan dikenang selamanya.

Sebagai seorang penulis dan perwira militer, Rizal selalu mendorong anak-anak muda untuk menulis sejak dini. Ia percaya bahwa kebiasaan menulis perlu dibangun sejak awal agar kelak mereka dapat menjadi bagian dari sejarah. Dengan menulis, seseorang tidak hanya mencatatkan kisah hidupnya, tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap masyarakat dan peradaban.

Selain mengajarkan pentingnya menulis, Rizal juga mencontohkannya melalui produktivitasnya sendiri. Ia terlibat dalam berbagai proyek buku yang bertujuan untuk menginspirasi dan mendidik masyarakat, seperti "Membangun SDM Unggul di Lingkungan Militer" dan "Anak IT Juga Bisa Jadi Tentara." Melalui karyanya, ia menegaskan bahwa menulis adalah cara untuk meninggalkan jejak yang tidak akan pernah pudar.

Pandangan Rizal terhadap menulis juga tercermin dalam kebijakannya di Bhumi Literasi Anak Bangsa, di mana ia mendukung penuh para penulis pemula untuk terus berkarya. Ia selalu mengatakan bahwa menulis bukanlah tentang seberapa bagus gaya bahasa atau seberapa hebat tema yang diangkat, tetapi lebih kepada seberapa jujur tulisan itu dalam menyampaikan pesan kepada pembaca.

Bhumi Literasi di bawah kepemimpinan Rizal Mutaqin telah berkembang menjadi tempat di mana gagasan-gagasan baru muncul dan terus hidup melalui karya tulis. Ia mengajak setiap orang untuk tidak takut menulis dan terus mengembangkan potensi diri dalam berkarya. Baginya, setiap tulisan adalah investasi bagi masa depan, baik bagi penulis itu sendiri maupun bagi masyarakat luas.

Melalui perjalanan hidupnya, Rizal Mutaqin telah membuktikan bahwa menulis adalah bentuk perjuangan untuk keabadian. Setiap kata yang dituliskan memiliki kekuatan untuk menghidupkan ide-ide, mencatatkan sejarah, dan memberikan inspirasi bagi generasi berikutnya. Dan bagi Rizal, selama ia terus menulis, ia percaya bahwa dirinya akan terus hidup dalam ingatan orang-orang dan tercatat dalam sejarah.

Kutipan Pramoedya Ananta Toer telah menjadi panduan bagi Rizal dalam berjuang di dunia literasi. Dengan keyakinan bahwa menulis adalah bekerja untuk keabadian, Rizal tidak hanya menulis untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk semua orang yang ingin mencatatkan jejak pemikiran mereka di dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun