Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Tentara - Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa | Dewan Pengawas Sparko Indonesia

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Mas Bhumi dan Mbah Madha

30 Agustus 2024   21:51 Diperbarui: 30 Agustus 2024   21:55 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kehidupan ini, ada hubungan yang begitu kuat sehingga tak terputus oleh batas dunia dan akhirat. Salah satu kisah yang menggambarkan kekuatan tersebut adalah hubungan antara Mas Bhumi dan Mbah Madha. Meski mereka tidak pernah bertemu di dunia ini, kasih sayang Mbah Madha untuk cucu kesayangannya itu tetap terasa, bahkan setelah beliau berpulang.

Mbah Madha adalah sosok yang sangat disayangi oleh keluarganya. Beliau memiliki hati yang penuh kasih dan perhatian, terutama terhadap cucunya. Sebagai cucu pertama dan satu-satunya saat ini, Mas Bhumi memiliki tempat istimewa di hati Mbah Madha, meski mereka tak pernah bertatap muka di dunia fana ini. Kekuatan cinta seorang kakek terhadap cucunya mampu melampaui batas-batas kehidupan.

Sebulan setelah Mbah Madha dipanggil oleh Sang Pencipta, sebuah kabar menggembirakan tiba. Mas Bhumi, cucu yang begitu dinantikan, telah ada di rahim ibundanya. Keberadaan Mas Bhumi seolah menjadi jawaban atas doa-doa Mbah Madha, yang selalu merindukan kehadiran cucu yang akan meneruskan nilai-nilai kehidupan yang beliau tanamkan dalam keluarga.

Meski tak pernah bertemu secara fisik, hubungan spiritual antara Mbah Madha dan Mas Bhumi tak pernah pudar. Banyak kejadian yang menunjukkan bahwa Mbah Madha selalu hadir untuk melindungi cucu kesayangannya. Kekuatan cinta dari alam barzakh itu sering kali dirasakan oleh keluarga, seolah-olah Mbah Madha hadir di tengah-tengah mereka, menjaga dan merawat Mas Bhumi dari segala bahaya.

Kisah ini menunjukkan bahwa cinta sejati tak mengenal batas ruang dan waktu. Mbah Madha, dengan segala keikhlasan dan kasih sayangnya, terus melindungi Mas Bhumi, cucu yang tak pernah ia temui namun selalu ada dalam doanya. Ini adalah bukti bahwa hubungan batin antara kakek dan cucunya tetap terjalin kuat, bahkan setelah maut memisahkan mereka.

Banyak yang meyakini bahwa doa dan restu Mbah Madha lah yang selalu menjadi penolong bagi Mas Bhumi dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Keberadaan beliau dalam dimensi yang berbeda tak mengurangi peranannya sebagai pelindung bagi cucunya. Setiap kali Mas Bhumi menghadapi kesulitan, ia selalu merasa ada kekuatan yang menuntunnya, seolah-olah Mbah Madha hadir untuk memberinya kekuatan dan keberanian.

Keluarga pun percaya bahwa Mbah Madha selalu mengawasi Mas Bhumi dari alam barzakh, memberikan perlindungan dari kejauhan. Dalam doa-doa mereka, nama Mbah Madha dan Mas Bhumi selalu disebut, menguatkan ikatan yang tak pernah pudar di antara mereka. Kisah ini menjadi pengingat bahwa cinta dan kasih sayang yang tulus akan selalu menemukan caranya untuk hadir, meskipun raga sudah tiada.

Kisah Mas Bhumi dan Mbah Madha menjadi inspirasi bagi keluarga tentang pentingnya menjaga hubungan spiritual dengan orang-orang yang kita cintai, meskipun mereka telah meninggalkan dunia ini. Kasih sayang yang sejati tak akan pernah hilang; ia akan terus hidup dalam hati dan jiwa mereka yang ditinggalkan, menginspirasi dan melindungi setiap langkah mereka.

Mas Bhumi tumbuh dengan keyakinan bahwa Mbah Madha selalu bersamanya, menjaga setiap langkah yang ia ambil. Dengan bekal doa dan cinta dari kakeknya, Mas Bhumi melanjutkan hidupnya dengan penuh semangat, mewujudkan impian dan harapan yang pernah Mbah Madha panjatkan untuknya. Hubungan mereka menjadi bukti bahwa kasih sayang yang tulus adalah kekuatan yang abadi, mengatasi segala batas dan rintangan, bahkan kematian sekalipun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun