Di sebuah desa kecil bernama Cempaka, tinggal seorang gadis kecil bernama Lila. Setiap pagi, Lila melintasi jembatan kayu yang rapuh menuju sekolahnya yang sederhana. Meski sekolahnya tidak besar dan tidak memiliki banyak fasilitas, Lila sangat bersemangat untuk belajar.
Satu hari, saat sedang berlari menuju sekolah, Lila menemukan seekor kucing hitam kecil terjepit di antara batu-batu sungai. Dengan hati-hati, Lila mengangkat kucing tersebut dan membawanya pulang. Kucing itu tampak ketakutan, namun Lila memberinya nama "Si Manis" dan merawatnya dengan penuh kasih sayang.
Si Manis cepat beradaptasi dengan kehidupan baru di rumah Lila. Setiap hari, kucing itu menemani Lila belajar, melompat-lompat di sekitar meja belajarnya. Lila merasa memiliki teman baru yang selalu siap membuatnya tertawa di tengah pelajaran yang sulit.
Namun, pada suatu hari, Lila mendapati Si Manis tidak bisa bergerak dengan baik. Kucing kecil itu tampak sakit, dan Lila merasa sangat cemas. Dia berlari menuju rumah tetangganya, Bu Ani, yang dikenal sebagai dokter hewan di desa. Dengan penuh harapan, Lila meminta bantuan Bu Ani untuk merawat Si Manis.
Bu Ani melakukan pemeriksaan dan mengatakan bahwa Si Manis terkena infeksi ringan dan membutuhkan perawatan. Lila merasa sangat bersyukur ketika Bu Ani bersedia membantu dan memberi tahu cara merawat kucing kecil tersebut. Selama beberapa hari berikutnya, Lila dengan tekun merawat Si Manis sesuai dengan petunjuk Bu Ani.
Kesehatan Si Manis mulai membaik, dan Lila merasa sangat lega. Dia menyadari betapa pentingnya memiliki teman yang selalu ada di sampingnya, terutama saat menghadapi masa-masa sulit. Hubungan mereka semakin erat, dan Si Manis menjadi bagian tak terpisahkan dari hari-hari Lila.
Suatu sore, saat Lila duduk di beranda rumahnya sambil membaca buku, dia melihat anak-anak desa berkumpul di halaman sekolah, membicarakan lomba menulis cerpen yang diadakan oleh Bhumi Literasi Anak Bangsa. Dengan semangat, Lila memutuskan untuk berpartisipasi, ingin menceritakan kisahnya tentang persahabatan dan keberanian.
Di tengah keramaian desa, Lila mengumpulkan cerpennya yang berjudul "Kisah Kecil di Desa Cempaka" dan mengirimkannya ke panitia lomba. Dengan penuh harapan, dia menunggu kabar dari lomba tersebut. Meski dia tidak tahu apakah akan menang atau tidak, Lila merasa bangga bisa berbagi cerita tentang kisahnya dan Si Manis.
Beberapa minggu kemudian, Lila menerima kabar bahwa cerpennya terpilih sebagai salah satu pemenang lomba. Lila sangat bahagia dan berterima kasih kepada Si Manis, yang telah memberikan inspirasi dan dukungan sepanjang perjalanan ceritanya. Kisah mereka menjadi contoh bahwa kebahagiaan dan keberhasilan sering kali dimulai dari tindakan kecil yang penuh kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H